Rabu, 01 Agustus 2018

Jika Kita Terjaga, Jangan Iri Dengan Maksiat

Pada sesi tanya jawab dalam sebuah kelompok mentoring yang wajib diikuti mahasiswa baru Unand, seorang mahasiswa ekonomi bertanya.

"Bang, kan tadi abg bilang nyontek dan titip absen adalah bentuk dusta yg dianggap wajar mahasiswa. Ini berbahaya karna bisa bikin ilmu yg dipelajari ga berkah karna berbohong.

Tapi bang, beruntung banget mereka (yang nyontek dan TA), usaha kecil tapi nilai bagus. Itu gmn bang?" Sang mentor menjawab dengan gamblang, "Kitalah yg beruntung temen-temen. Karna terhindar dari dosa bohong. Kita aja lagi yg belajar rajin biar nilai bagus."

Ketika saya SMA juga ada teman saya berkata. "Beruntung banget ya dia, gonta-ganti pacar mulu, tiap bulan ganti. Udah cantik-cantik lagi ceweknya. Bisa gandengan,pelukan,dan (sensor). Gue yg jomblo akut gini, pengenlah kayak dia."

Tiba-tiba teman lain nyamber "Bro, kite-kite yg jomblo ini yg beruntung, terhindar dari dosa pacaran."

Satu cerita lagi, seorang teman satu kampus dengan saya pernah mengungkapkan, "enak ya jadi si fulan, kerja di (salah lembaga keuangan konvensional), gajinya gede."

Teman saya yg sholeh menimpali pernyataan itu dengan bahasa minang yg artinya, "kerjaan kamu yg enak, bebas gajinya dari unsur riba yang haram."

Ah, kadang hati manusia iri dengan pencapaian saudaranya walau bercampur maksiat. Dan hilang kepercayaan diri karna saat taat kepada-Nya, hasil dunia tak memuaskan.

Ingatlah sahabat, ketika kita taat dengan aturan Allah, itulah keberuntungan yg hakiki. Karna ia murni, tak terkotori debu maksiat.

Bukan malah iri pada keberuntungan semu yg digapai dengan menumpuk dosa. Menghalalkan segala cara. Ingkar akan aturan Allah dengan sengaja.

Maka jika kita terjaga, bersyukurlah dengan karunia Allah itu. Karna akan menjauhkan kita dari siksa neraka. Percayalah ada balasan besar menanti kita di akhirat.

Jadi, walau kadang berat, tetaplah taat kepada-Nya. Karna masuk surga butuh pengorbanan untuk mencapainya.

#MelangkahMenginspirasi

0 komentar:

Posting Komentar