Suatu hal yang sangat penting di dunia ini yang sangat
tidak boleh dicampuri oleh orang lain adalah perasaan. Ia adalah sisi kehidupan seseorang yang amat
privasi, tak boleh ada intervensi apapun dari pihak luar. Karena perasaan lah
tempat ia menjadi manusia paling jujur. Seberapa besar kebohongan yang pernah
ia buat, ia tetap harus jujur dengan perasaannya.
Tak boleh kita memaksakan perasaan orang lain terhadap
kita, baik itu benci, rindu, dendam, hingga cinta. Setiap orang berhak membenci
setiap orang yang dia inginkan, setiap manusia berhak mendendam kepada siapapun
yang dia mau. Jika pun ada seseorang yang membenci kita. Bukan ranah kita untuk
memaksanya menyukai kita. Begitu-pun perasaan cinta, ia tak bisa dibuat-buat
dan dipaksakan. Karena Kahlil Gibran pernah berkata bahwa “cinta adalah tunas pesona jiwa, dan jika
tunas itu tak tercipta dengan sesaat, ia takkan tercipta bertahun-tahun bahkan
berabad-abad”.
Maka berhentilah memaksa perasaan seseorang, karena itu
menghabiskan tenaga. Engkau hanya perlu memainkan peran dengan sebaik yang
engkau punya kepada setiap orang disekitarmu. Tak boleh ada yang termarjinalkan
atau kita asingkan. Berlakulah adil dalam pergaulan, menyebar senyum ke sesama,
membantu jika sanggup dan menjadi seseorang yang terbaik semampu kita.
Jika masih ada seseorang yang membenci kita, tak perlu
risau. Itu hak mereka. Jika ada dendam kepada kita, tak perlu gundah. Jadilah
insan terbaik semampu kita dihadapannya. Tetap menjadi seseorang ramah dan
pemaaf. Juga perasaan dendam dan benci dihati kita, itu juga hak kita untuk
mengaturnya, mau disimpan atau dibuang, sekali lagi itu hak kita. Namun karena
itu perasaan kita, tentu kita bisa mengaturnya dengan baik, kan? Melenyapkan
benci dan dendam bukannya lebih baik?
Begitu
juga bila seseorang yang kita cintai, ternyata tak mencintai kita. Tak perlu
memaksakan. Masih banyak cinta lain yang bisa kita perjuangkan, bukan? Atau
mungkin, ada seseorang di ujung sana yang menyimpan cinta amat dalam kepada
kita. Bahkan orang itu sedang berada disekeliling kehidupan kita sekarang.
Siapa yang tahu, kan?
Azmul Pawzi
#MelangkahMenginspirasi