Rabu, 23 November 2022

Belajar Jadi Pejuang Sejati dari Sosok Perdana Menteri Baru Malaysia : Anwar Ibrahim


Sanggupkah kita, berkali-kali difitnah, hingga 3 kali masuk penjara, bahkan dengan tuduhan palsu yang sangat keji seperti sodomi. Namun tetap berjuang memperjuangkan cita demi negerinya tercinta, Malaysia.

Begitulah perjalanan politik Dato Anwar Ibrahim, sosok anak emas penguasa pada awalnya. Namun terbuang karena niat baiknya memberantas kebusukan partai penguasa.

Kisahnya berawal sejak pelajar, bergerak lewat aktivisme jalanan pada tahun 1960-an hingga 1970-an. Lalu dipenjara tanpa peradilan di tahun 1974 tersebab gerakannya.

Hingga mendapat perhatian dari tokoh besar Mahathir, lalu beberapa tahun kemudian Anwar Ibrahim menjadi Menteri Pemuda, lalu berpindah jabatan menteri lainnya. Karirnya sangat cemerlang ketika ditunjuk sebagai Menteri Keuangan Malaysia.

Ditangannya perekonomian Malaysia meroket dan mendapat penghargaan dari berbagai lembaga internasional. Puncaknya dia ditunjuk menjadi Wakil Perdana Menteri Malaysia tahun 1993.

Awalnya, semua berfikir bahwa dia adalah anak emas Mahathir yang akan menjadi suksesor Perdana Menteri Malaysia selanjutnya. Namun akhirnya dia berlawan pikiran dengan mentor politiknnya itu, khususnya dalam penanganan krisis ekonomi 1997/98 saat itu.

Anwar Ibrahim disingkirkan, dengan tuduhan yang keji, melakukan sodomi katanya. Berbagai media pun ikut menyuarakan jika itu fitnah. Namun tetap saja dia tersingkir dari pemerintahan, lalu masuk jeruji besi untuk kedua kali.

Walau terjebak dalam hotel prodeo, namun tekadnya mengejar cita untuk bangsa tak surut. Sejak saat itu Anwar menjadi pemimpin oposisi paling berpengaruh di Malaysia. Ikhtiarnya berlanjut dengan membuat partai baru, karena dia masih tak boleh melakukan kegiatan politik. Partai barunya, Partai Keadilan Rakyat dipimpin oleh istrinya, Wan Azizah.

Meski tahun 2008 kembali difitnah dengan kasus yang sama hingga dia kembali masuk penjara. Namun Anwar Ibrahim semakin berhasil membawa partainya menjadi partai oposisi terbesar di pemerintahan.

Perjuangannya melawan pemerintahan koruptif berbuah ketika Perdana Menteri Malaysia dari partai penguasa, Najib Razak ditangkap karna kasus korupsi. Hingga koalisi Pakatan Harapan yang dibangunnya memenangkan pemilu. Tentunya dengan kerjasama dengan mantan mentor yang pernah mengkhianatinya, Mahathir.

2018 berkat koalisi Pakatan Harapan, Mahathir menjadi Perdana Menteri Malaysia kembali, Wan Azizah jadi wakilnya. Perjanjiannya 2 tahun memimpin Mahathir akan memberikan tongkat kepemimpinannya kepada Anwar Ibrahim yang saat itu masih di penjara.

Namun dua tahun berselang, saat Anwar sudah keluar dari jeruji besi dan berhasil menjadi anggota parlemen kembali. Drama politik terjadi, Muhyidin membelot, Mahathir berkelit. Jadilah Perdana Menteri Malaysia saat itu Muhyidin, Anwar dituntut kembali bersabar.

Barulah tahun ini, November 2022, setelah koalisinya Pakatan Harapan kembali menjadi suara mayoritas di Parlemen Malaysia dengan 82 kursi, namun diwarnai dengan drama tak ada pemenang mutlak dalam pemilu Malaysia.

Anwar Ibrahim akhirnya ditunjuk oleh Kerjaaan Malaysia menjadi Perdana Menteri Malaysia ke 10. Sebuah perjalanan panjang, 50 tahun berpolitik, naik hingga dihormati, lalu turun karena dikhianati. Kini dia adalah orang nomor 1 di Malaysia, dia mampu menjalankan mimpinya untuk kejayaan negerinya. 

Selamat menjalankan tugas Dato Anwar, beliau adalah politisi di ASEAN (tentunya di luar Indonesia) yang paling penulis ikuti perjalanannya sejak Mata Najwa menghadirkan beliau saat Najwa Shihab mewawancarai Eyang Habibi, Presiden ketiga Republik Indonesia.

Beliau berdua adalah sahabat, sama-sama anak emas yang tersingkirkan. Namun dari mereka kita belajar bagaimana menjaga ketulusan dan semangat perjuangan untuk bangsa dan negara.

#MelangkahMenginspirasi

Rabu, 09 November 2022

Berkumpul di Surga

Pagi ini saya terhenti dan merenungi sebuah ayat dalam Al-Qur'an, kabar yang menyejukkan hati dan menyenangkan jiwa ini. Yaitu surat Ath-Thur ayat 21. Dengan arti :

"Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya."
Lebih lanjut saya selami ayat ini dari penuturan Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya, disana dijelaskan bahwa "Allah SWT, memberitahukan tentang karunia, kemurahan, anugerah, dan kelembutan-Nya kepada semua hamba-Nya. Yakni bahwa jika orang2 mukmin diikuti oleh keturunan mereka dalam keimanannya, maka Allah akan mempertemukan mereka di suatu tempat di dalam surga."

Murid syaikhul Islam ini melanjutkan "Mereka dihimpunkan dengan cara yang paling baik, yakni anggota keluarga yang mempunyai amal kurang akan ditinggikan derajatnya melalui sanak sesepuh yang amalnya sudah sempurna, namun hal itu tidak menjadikan amal-amal mereka berkurang atau kedudukannya turun sedikit pun."

MasyaAllah, betapa indahnya ayat ini. Keluarga yang dipisahkan di dunia, akan dipertemukan kembali di surga, dengan syarat iman dan amal shalih. Yang dimana amal shalih itu bisa meninggikan amal shalih keluarga lainnya tanpa mengurangi derajat pelaku amal shalih.

Saya jadi teringat hadist Nabi yang diriwayatkan Imam Ahmad, Rasulullah bersabda "Sesungguhnya Allah meninggikan derajat seorang hamba yang shalih di dalam surga, maka dia (hamba) pun berkata 'Ya Rabbi, dari manakah aku mendapatkan karunia ini?' Maka Allah berfirman, 'Ia bersebab doa istighfar dari anakmu bagimu."

MasyaAllah, Allahu Akbar.

Ayat ini menegaskan kepada kita, berpisah di dunia hanya sementara. Perpisahan hakiki terjadi ketika tak bertemunya lagi di akhirat, karna yang satu di surga dan yang lain tidak.

Maka sudah sepantasnya bagi kita berdo'a agar kita dan keluarga kita bertemu di Jannah-Nya kelak.

📷 Ya Rabbi, pertemukan hamba dan Ibu hamba di surga-Mu. Kumpulkanlah hamba dengan Ayah, Ibu, Istri, Anak2, Kakak, Adik hamba di jannah-Mu kelak. Aamiin.

Ditulis tanggal 9 November 2020

Senin, 07 November 2022

Penerus dalam Menyembah Allah

Bismillah.

Saya pernah dapat nasihat dari seorang ustadz, pesannya kurang lebih seperti ini : "Saat melihat anak, lihatlah mereka sebagai penerus dalam Menyembah Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Sehingga segala hal yang kita berikan kepada mereka, mulai dari kasih sayang, waktu, tenaga, pendidikan, harta dan lainnya. Menjadi pemberian kepada para penyembah Allah, umat Nabi Muhammad SAW."

Begitulah niat bekerja. Setiap orangtua pasti membesarkan anak dengan niat berbeda-beda. Serta pandangan kepada anak yang tak sama.

Ada dengan niat agar anak bisa jadi kebanggaan, ada yang memandang anak sebagai tumpuan hidup di hari tua, ada pula yang meniatkan agar menjadi penerus dalam beragama Islam. Atau bahkan tak ada pandangan dan niat sama sekali, asal gede aja nih anak.

Semuanya berawal dari pandangan awal dan niat, jika kita meniatkan dalam membesarkan anak hanya berdasarkan dunia, kita hanya mendapatkan dunia. Jika mengharapkan akhirat, dunia dan akhirat sekaligus didapat.

Anak Sholeh yang taat menyembah Allah sesuai tuntunan Agama Islam, pasti akan jadi kebanggaaan ortunya dan pasti siap jadi tumpuan ortunya di usia renta.

Namun anak yang dapat dibanggakan dan berbakti pada ortu, belum tentu mereka taat dalam penyembahan kepada Allah.

Jadi mulailah kita memandang anak sebagai umat Nabi Muhammad yang menyembah kepada Allah. Sebagai penerus kalimat Tauhid di muka bumi.

Sehingga segala pengorbanan yang kita berikan untuk sang buah hati, bernilai pahala karena merawat anak yang ketika besar menjadi hamba Allah yang taat.

#MelanglahMenginspirasi
#MenjadiOrangTua

Ditulis 8 November 2020

Selasa, 01 November 2022

Bermanfaat Bagi Pemberi

Jika kita berpikir bahwa pemberian hanya atau lebih bermanfaat bagi para penerima, jelas ini kurang tepat.

Ia tentunya lebih besar bahkan lebih dulu bermanfaat bagi si pemberi. Karena bila kita menghitung-hitung dampak dari pemberian, terutama di akhirat, maka apa yang kita berikan di dunia tak seberapa.

Hal ini saya dapatkan dari taujih Ust. Agus beberapa minggu lalu dalam agenda pelantikan IKADI.

Namun berharap pamrih sejak awal memberi, apalagi berharap balasan dunia lagi, seperti memberi 50 juta berharap langsung dibalas 1,4 M. Jelas kurang pas juga.

Ungkap guru kami, Ust Zulfi "Jangan takut mengeluarkan sebagian harta dunia demi memperoleh akhirat, bukan jangan takut mengeluarkan sebagian harta dunia demi mendapatkan dunia yang lebih banyak lagi. Karena untuk dunia sudah ditentukan dan dijamin oleh Allah jauh-jauh sebelum manusia diciptakan."

Jadi ungkapan motivator yang bicara ayo sedekah kijang biar dapet fortuner agak bagaimana gitu. Memberi juga harus memiliki niat yang ikhlas. 

Ikhlas berharap balasan hanya dari Allah, baik balasan di akhirat ataupun di dunia. Dan kita serahkan kepada Sang Maha Tahu kapan waktu terbaiknya. Jika tidak di dunia, semoga berlipat-lipat di akhirat. Bukankah balasan akhirat jauh lebih indah?

Jika sejak awal sedekah hanya berharap dunia, takutnya ternyata Allah hanya membalas di dunia saja. Sudah habis balasannya di dunia, karena niatnya awalnya memang hanya ingin mendapat rumah, mobil mewah, hp terbaru, dll.

Maka yuk sama-sama perbaiki hati ketika memberi. Agar pemberian itu bermanfaat bukan hanya untuk penerima, namun kepada pemberi.

#MelangkahMenginspirasi