Saya
yang menginginkan mengikuti pelatihan tingkat nasional mencoba mendaftar
Pelatihan FIM angkatan 14. Setelah saya mendaftar, saya tetap optimis lolos,
namun ketika diakhir pendaftaran. Angka 4995 terpampang dalam website yang saya
lihat. Lima ribu kurang lima pemuda se-Indonesia mendaftar untuk mengikuti
pelatihan yang pada saat itu akan dilaksanakan di dua tempat yaitu Cibubur
Jakarta dan Bukit Tinggi. Padahal yang diterima hanya 300-an untuk pelatihan di
dua tempat itu. Saya-pun pasrah dengan melihat angka itu.
Namun
anugrah Allah membuat saya dapat mengikuti pelatihan tersebut di Bukit Tinggi
pada tanggal 31 Mei 2013 sampai 4 Juni 2013. Di hari pertama, kami disambut
dalam acara yang luar biasa seru. Ketika membuka pintu suara musik berdendang
dengan kencang, teriakkan semangat yang menggelegar. Kami seakan-akan tamu yang
istimewa dengan sambutan yang juga istimewa. Pada malam itu kami berkenalan
dengan panitia FIM14 B dan fouder FIM yaitu Bunda Tatty dan Papa Elmir. Kedua
pasangan suami istri yang begitu menginspirasi. Bagaimana tidak, ketika saya
melihat mereka, jiwa pemuda terpancar begitu terang benderang diwajah mereka.
Padahal umur mereka sudah tidak muda lagi yaitu 50-an. Namun pancaran pemuda
tetap terasa bila melihat mereka.
Group Coaching Agus Salim |
Hari
esoknya acara dilanjutkan di gedung istana Bung Hatta. Materi-materi yang luar
biasa kembali saya dengarkan dari orang-orang luar biasa pula. Bapak Tifatul
Sembiring (menkominfo), Bu Meutya Hatta, Karni Illyas, Taufik Ismail dan
pemateri luar biasa lainnya.
Hari-hari
berikutnya materi berada di IPDN baso. Lagi dan lagi kami disuguhkan dengan
pemateri yang menginspirasi. Bapak Erie Sudewo menyampaikan tentang character building. Sebuah pemikiran
yang mengagumkan dalam membangun dasar-dasar karakter bangsa. Lalu sosok yang
sangat menginpirasi lainnya yaitu bapak
Arif Rahman, beliau adalah tokoh pendidikan yang saya kagumi. Bagaimana tidak,
ketika dia mengisi materi di ruangan auditorium yang sangat besar dengan
peserta seratusan orang. Beliau bicara tanpa microphone, padahal usia beliau telah menginjak 71 tahun. It’s Great. Yudi Latief penulis buku
negara paripurna-pun juga mengisi materi bersama pemateri-pemateri luar biasa
lainnya.
Pada
tanggal tiga hasil dari group coaching
di presentasikan. Setelah panjang lebar berdiskusi dengan berbagai ide yang
telah keluar. Kelompok saya dan kawan-kawan, yaitu kelompok agus salim memiliki
ide “Pustaka Ransel”. Setelah presentasi dari setiap kelompok. Program “Roksi
(Rumah Oksigen)”-lah yang memenangkan proyek.
Tari Indang Api Ekspresi |
Api
ekspresi pada malam itu diakhiri dengan penampilan dari panitia. Sebuah Teater
Musical yang menggambarkan tentang sosok tokoh nasional yang bersahaja dan
moderat. Yaitu Bung Hatta, Sebuah cerita yang apik menggambarkan hamparan indah
bumi pertiwi, ditambah unsur-unsur kreativ yang menambah mewahnya penampilan
panitia ini. Tari indang-pun tak luput dari rangkaian penampilan panitia. Sehingga
karya hebat dari panitia ini tetap terngiang dalam pikiran bila kita
membicarakan api ekspresi. Lalu pada malam itulah acara pelatihan FIM ditutup
secara formal. Esoknya acara jalan-jalan.
Panorama,
itulah tujuan panitia dalam kegiatan terakhir dalam rangkaian acara Forum Indonesia
Muda 14B. Saya yang pertama kali ke Bukittinggi melihat lobang jepang dan
keindahan panorama membuat saya senang. Walaupun pelatihannya di Sumbar, saya
yang lahir sampai besar di Jakarta mana tahu seluk beluk kota Bukittinggi.
Ternyata dengan acara FIM inilah saya juga melihat lobang jepang, Jam gadang dan lain sebagainya.
Di
Forum Indonesia Muda ini yang istimewa yaitu bertemu pemuda-pemuda yang
berjuang untuk negeri. Mencari makna-makna kehidupan untuk menginspirasi
sekitar. Saya beruntung bertemu dan bergabung dengan keluarga kunang-kunang.
Sebuah pengalaman yang tak terlupakan telah
mengikuti pelatihan dengan
pemateri, panitia dan peserta yang luar biasa.
Pemuda Indonesia… Aku Untuk
Bangsaku!