Rabu, 23 Juli 2014

Karena Cinta itu Membangun Peradaban


Temen-temen disini pasti nonton hafidz Indonesia yang di televisi kan ya? Ga perlu rasanya saya bertanya bagaimana perasaan teman-teman. Soalnya di twitter sama facebook hampir sama semua testimoni setiap penonton. Baik itu kagum, malu, kalau nanti punya anak  dan terinspirasi. Saya-pun juga merasakan itu, teman-teman pasti juga merasakannya. Nah yang kita bahas pada kesempatan ini bukan masalah program hafidz itu. Tapi saya ingin membahas latar cinta dari keluarga mereka, sehingga menghasilkan generasi-generasi qur’ani seperti mereka.
Seperti yang kita ketahui orang tua mereka-lah yang mendidik sehingga anak-anak dapat menjadi sehebat itu. Maka dari itu peran serta orang tua dalam perkembangan anak sangatlah penting. Dan hal ini tidak-lah data dicapai dalam keluarga yang tidak memiliki visi yang jelas dan tertata rapi. Karena bila saja salah satu diantara kedua orang tua tersebut tidak bekerja sama dalam tujuan jelas. Akan sangat sulit anak dapat menghafal al-qur’an seperti itu.
Maka dari itu, sebuah hubungan membutuhkan visi, sebuah cinta membutuhkan perencanaan. Cinta bukanlah sebuah rasa yang hati tidak dapat memilih. Cinta dapat di bangun dalam bangunan cinta-Nya. Seperti layak Umar bin Khatab yang dapat menata ulang cintanya saat Rasulullah meminta beliau merubah cinta umar kepada Rasulullah melebihi ia mencintai dirinya.
 Shalihin shalihat, ketika cinta kita lantunkan antara dua insan yang kasmaran. Maka pastikanlah cinta yang syahdu itu terbungkus iman. Ketika cinta bersenandung, maka pastikanlah cinta nan merdu itu bermuara ke halalan. Karena dengan cinta itulah, generasi seperti apa yang akan kita hasilkan untuk masa depan. Karena dengan cinta itulah, seberapa bermanfaat cinta kita untuk umat masa depannya. Oleh sebab itu, jangan labuhkan cintamu kepada sembarangan manusia. Selektif dalam melabuhkan cinta itu wajar.  Karena bagi wanita ia akan memilih siapa imam yang menuntun kesurga. Serta bagi lelaki, ia akan memilih ibu dari anak-anaknya, yang menjadi madrasah pertama dari buah hatinya.
             Merugilah mereka yang menderajati cinta hanya permainan. Sebagai sebuah rasa yang hanya numpang mampir, lalu pergi. Meninggalkan nafsu membuncah di benak jiwa. Maka merugilah mereka yang menyamakan cinta dengan senda gurau, yang hanya menikmati romansa sesaat. Tanpa ada mimpi masa depan, tanpa ada visi. Mereka permainkan cinta dalam hubungan yang tak halal. Mereka guraukan cinta dengan melanggar pagar syariah-Nya.
                Oleh sebab itu, wahai shalihin shalihat, ketika kita berbincang cinta, maka kita berbincang masa depan. Ketika kita berbicara cinta, maka kita bicara peradaban. Jangan  engkau kotori cintamu dengan membangkang pada-Nya. Jangan engkau keruhkan cintamu dengan ingkar kepada-Nya. 
Semoga kita dapat membangun cinta, hingga cinta sampai surga.

Azmul Pawzi

Labuhkanlah Akal di Dermaga Taat

Salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya adalah akal. Seperti itulah cara Allah memuliakan kita. Sang Maha Mengetahui mengaruniai  kita akal agar amanah yang diberikan kita sebagai khalifah dibumi dapat kita laksanakan. Maka begitu dahsyatnya kinerja akal ini.Dengan akal kita dapat berfikir, memahami, serta merajut hikmah-hikmah yang tersirat dalam setiap langkah kehidupan kita.
google 
Dalam kitab Al-Qur’an, banyak terdapat ayat-ayat tentang akal serta mereka yang menggunakan akalnya. Diantaranya seperti yang terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 44. Allah berfirman “Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan? Sedangkan kamu melupakan (kewajiban) dirimu sendiri, padahal kamu membaca al-kitab (Taurat). Maka tidakkah kamu berfikir?”
Tidak hanya itu, dalam surat yunus ayat 24 juga ditertera firman Allah yang berbunyi “….Demikian Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir.” Maka dari itu, akal sangatlah penting dalam menjalani ibadah-ibadah kepada Allah. Ya, akal itu hanya di gunakan untuk beribadah kepada Allah. Menjalani apa yang diperintahkan-Nya serta menjauhi apa yang di larang.
Oleh karena itu, saya terkadang geleng-geleng kepala saat mendengar mereka yang menentang firman Allah atas nama akal. Mereka berpendapat bahwa akal adalah hal yang super power yang diberikan tuhan kepada mereka, sehingga ketika tidak menggunakan akal sebebasnya. Maka sama saja kita tidak mengakui eksistensi tuhan. Lalu mereka juga berkata, “wahyu hanya sarana menaikkan martabat manusia. Jika akal sudah dapat mencapainya maka wahyu tidak perlu diterapkan”.
Sesungguhnya banyak lagi pernyataan-pernyataan mereka yang mengelu-elukan bahkan bisa dikatakan menyembah akal. Kenapa bisa saya katakan menyembah akal? Karena mereka lebih mempercayai akal mereka dari pada wahyu Allah. Sehingga mereka dalam menghadapi wahyu Allah, mereka akan berpikir dulu melalui cara berpikir akal mereka. Bila tidak sesuai akal mereka maka mereka tidak akan mentaati firman Allah tersebut. Na’udzubillahi min dzalik. Semoga kita terhindar dari pemikiran seperti itu.
Shalihin shalihat yang di ridhoi Allah. Akal bukanlah digunakan untuk menentang Allah. Akal bukanlah digunakan untuk membangkang di hadapan Sang Maha Kuasa. Akal digunakan untuk melaksanakan tujuan manusia di ciptakan. Yaitu untuk beribadah hanya kepada Sang Maha Sempurna serta menjadi khalifah di bumi.
Maka bila firman telah terlafadzkan, maka sami’na wa atho’na. Maka ketika rasul telah bersabda, maka kami dengar dan kami taat. Bukan malah kita gunakan akal kita untuk membangkang. Ketahuilah sahabat ku, hidup terarah itu ketika keinginan kita memiliki satu arah dengan keinginan Allah. Maka rancanglah pemikiran kita sesuai dengan apa yang Sang Maha Mengetahui inginkan. Oleh sebab itu, mari kita labuhkan akal kita dalam dermaga ketaatan, karena dengan ketaatanlah kita dapat menikmati indahnya iman serta lezatnya ibadah dalam naungan ridho-Nya.

Azmul Pawzi



Selasa, 22 Juli 2014

Gelora Pemuda Menginspirasi Indonesia


 google pic
Indonesia, Sang Maha Pencipta menganugrahi negeri ini dengan keindahan. Beribu-ribu pulau benghiasi lautan. Melukiskan maha karya indah yang tergores dalam kanvas dibumi ini. Indah bukan? Namun kulihat negeri ini, begitu pelik terasa. Air mata ibu pertiwi berceceran melihat begitu banyaknya masalah dalam negeri ini. Mulai dari korupsi, kemiskinan, pengangguran dan banyak hal lagi.  Mungkin saja ibu pertiwi kini sedang termenung bagai mana masa depan negeri ini.
            Lalu terlintas sebuah kalimat yang tersebut oleh seorang bijak nan gagah. Pemimpin teladan serta dapat menjadi conth pemimpin saat ini. ia berkata “Setiap kali saya menemukan masalah-masalah besar, yang ku panggil adalah anak muda” ya benar, pemuda. Kata-kata ini bukanlah sebuah omong kosong belaka. Karena pemimpin yang berucap ini adalah pemimpin tangguh dan tegas. Ia adalah Umar bin Khatab. Maka pemuda adalah kunci penyelesaian masalah-masalah besar bangsa ini.
            Karya-karya besar negeri ini, tak luputlah dari jerih payah dan kucuran keringat bahkan darah para pemuda. Mulai dari peristiwa yang kini menjadi gerakan kebangkitan nasional yaitu berdirinya Boedie Oetomo. Dilanjutkan semangat pemuda dari berbagai penjuru yang berkumpul menggemakan Sumpah Pemuda pada 28 oktober 1928. Hingga penculikkan Soekarno dan Hatta ke Rengasdenklok untuk terwujudnya kemerdekaan Republik Indonesia. Karya-karya besar lainnya berbuah juga dari tangan-tangan gesit para pemuda. Mencari strategi dan cara-cara baru untuk perubahan Indonesia menjadi lebih baik.
            Inilah buah karya para pemuda yang luar biasa. Entah apa yang terjadi, bila para pemuda tidak melakukan itu semua. Mungkin penjajahan Indonesia akan terjadi lebih lama dan perubahan itu tak akan terjadi seperti saat ini.
            Ibu pertiwi tersenyum, tersenyum melihat pemuda-pemuda dapat berkarya pada saat itu. Namun, hanya saat itu sajalah ibu pertiwi tersenyum. Kini air wajah ibu pertiwi menunjukkan kesedihan. Anak-anak bangsa hanya membicarakan masalah, masalah dan masalah. Begitu banyak masalah yang mewarnai bangsa ini.
            Ketika secercah harapan timbul terhadap para pemuda. Namun pemuda kini mulai terkena berbagai penyakit. Mulai dari apatis, sibuk dengan kesibukan sendiri yang tak berpengaruh untuk sekitar, pergaulan bebas, narkotika serta berbagai virus yang menggerogoti kepedulian pemuda. Kita dapat memulai dari permasalaha narkoba yang dihadapi para penerus bangsa ini. Bila kita melihat data yang disampaikan Badan Narkotika Nasional pada tahun 2009, tindak pidana narkoba sejak 2001 hingga 2008 di Indonesia mencapai 166 ribu dan ternyata 2.134 kasus menimpa remaja dibawah umur. Tidak hanya itu, data BNN tahun 2012 mengungkapkan bahwa setiap hari 50 orang dan setiap tahun 15 ribu orang yang meninggal karena narkoba.
            Begitu mengenaskan fakta-fakta pemuda dan bangsa Indonesia. Itu untuk narkoba, jika kita melihat masalah tentang pergaulan bebas tak kalah menggegerkan kepala jika kita memperhatikannya. Mulai dari seks bebas dan pemerkosaan karena dampak video porno yang tersebar negeri ini. Virus HIV menyebar, penyakit AIDS dimana-mana bahkan pada November 2011 indonesia memiliki 200 ribu lebih penderita AIDS.
            Permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sosial juga dapat kita temukan di negeri kita. Pemuda apatis yang enggan mau tahu dengan keadaan sekitar. Kesibukkan dalam menikmati fasilitas teknologi yang menyibukkan diri sendiri. Tak sempat memikirkan apa yang terjadi disekitar. Tak ingin diganggu dengan masalah orang lain bahkan masalah bangsa ini.
            Gelombang hedonisme juga menyerbu para agent of change negeri ini. Foya-foya ria lebih disukai dari pada bekerja keras menaruh bata-bata bangunan kesejahteraan negeri ini. Bermain di pusat-pusat perbelanjaan lebih menyenangkan dari pada sulit-sulit belajar mencari ilmu unuk mencerdaskan diri. Bila apatisme dan hedonism ini terbangun dan terharmoni dengan baik dinegeri ini. Maka lahirlah besok pemuda-pemuda yang hanya akan menjual negeri ini untuk kesenangan diri sendiri. Tak peduli apa yang terjadi terhadap orang lain.
            Kumpulan-kumpulan pemuda yang enggan bekerja ini akan terbentuklah komentator-komentator handal. Penebar kritik negative tak membangun. Pengkritisi jago bicara, yang menghilangkan asa harapan untuk negeri. Sebuah kata-kata tersusun rapi, mengutuk apa yang terjadi, mencaci para pejuang. Pemuda-pemuda komentator omong kosong inilah yang akan memenuhi negeri kita. terproduksi sangat banyak, menyebabkan stok pemuda seperti ini sangatlah melimpah.
            Fakta seperti inilah yang menambah beban dalam otak ibu pertiwi. Memperlebat tetesan air mata di pipi ia. Namun terlihat dalam remang-remang jalan sunyi. Pemuda-pemuda yang menggali asa untuk Indonesia. Pemuda-pemuda yang berusaha menyeka air mata di pipi ibu pertiwi.
            Mereka adalah pencari ilmu, berusaha mencerdaskan diri. Meraih cahaya ilmu yang bertebaran di bumi. Untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan dunia. Meramu cara- cara luar biasa menyelesaikan masalah.
            Mereka adalah para relawan penggerak. Bergerak tanpa upah, bekerja tanpa lelah, berkarya tanpa batas. Melahirkan inspirasi-inspirasi baru yang mewabah luas menyadarkan bangsa dari himpitan masalah.
            Mereka bagai Muhammad Al-Fatih, belajar tanpa henti, berusaha memantaskan diri. Baik jasmani dan rohani untuk mencapai sebuah cita yang sangat mustahil saat itu.
            Mereka bagai Mush’ab bin Umair, Meninggalkan segala kenikmatan dunia. Untuk mencapai sebuah kenikmatan tak lekang oleh waktu. Sebuah keabadian, dalam amal-amal dahsyat. Menjadi pemuda tampan nan cerdas. Menginspirasi sekitar untuk bekerja dalam segala ridho-Nya.
            Mereka bagai Sukarno, meneriakkan sebuah moralitas dalam bahasa elegan. Membakar semangat orang sekitar untuk  menjemput sebuah keinginan mulai. Berkerja dengan cinta terhadap rakyat. Mengharmonisasikan sebuah semangat baru. Kemerdekaan untuk tanah tercinta.
            Mereka bagai Muhammad Hatta. Meramu langkah-langkah kongkrit dalam membangun sebuah negara. Menggoreskan kata-kata cerdas dalam menggambarkan sebuah cita bangsa. Menemukan sistem untuk kepentingan rakyat.
            Mereka adalah pemuda-pemuda konkrit yang melangkah untuk mengispirasi. Bukan pemuda yang hanya mengkritisi tanpa kerja. Bukan pemuda yang terbuai dalam kenikmatan dunia. Bukan pemuda apatis yang enggan peduli dalam situasi sekitar.
            Inilah pemuda Indonesia itu, mereka walau belum menjadi mayoritas. Namun kerjanya mulai terasa. Langkahnya menciptakan inspirasi baru. Citanya merubah Indonesia dicicil dengan karya-karya kecil namun bermakna besar. Inilah gelora itu, gelora para pemuda untuk perubahan yang terbaik. Menggapai cita indah di dunia dan disisi-Nya.

Azmul Pawzi (10 November 2013)