|
google pic |
Indonesia, Sang Maha
Pencipta menganugrahi negeri ini dengan keindahan. Beribu-ribu pulau benghiasi
lautan. Melukiskan maha karya indah yang tergores dalam kanvas dibumi ini.
Indah bukan? Namun kulihat negeri ini, begitu pelik terasa. Air mata ibu
pertiwi berceceran melihat begitu banyaknya masalah dalam negeri ini. Mulai
dari korupsi, kemiskinan, pengangguran dan banyak hal lagi. Mungkin saja ibu pertiwi kini sedang termenung
bagai mana masa depan negeri ini.
Lalu terlintas sebuah kalimat yang tersebut oleh seorang
bijak nan gagah. Pemimpin teladan serta dapat menjadi conth pemimpin saat ini.
ia berkata “Setiap kali saya menemukan masalah-masalah besar, yang ku panggil
adalah anak muda” ya benar, pemuda. Kata-kata ini bukanlah sebuah omong kosong
belaka. Karena pemimpin yang berucap ini adalah pemimpin tangguh dan tegas. Ia
adalah Umar bin Khatab. Maka pemuda adalah kunci penyelesaian masalah-masalah
besar bangsa ini.
Karya-karya besar negeri ini, tak luputlah dari jerih
payah dan kucuran keringat bahkan darah para pemuda. Mulai dari peristiwa yang
kini menjadi gerakan kebangkitan nasional yaitu berdirinya Boedie Oetomo.
Dilanjutkan semangat pemuda dari berbagai penjuru yang berkumpul menggemakan
Sumpah Pemuda pada 28 oktober 1928. Hingga penculikkan Soekarno dan Hatta ke
Rengasdenklok untuk terwujudnya kemerdekaan Republik Indonesia. Karya-karya
besar lainnya berbuah juga dari tangan-tangan gesit para pemuda. Mencari
strategi dan cara-cara baru untuk perubahan Indonesia menjadi lebih baik.
Inilah buah karya para pemuda yang luar biasa. Entah apa
yang terjadi, bila para pemuda tidak melakukan itu semua. Mungkin penjajahan
Indonesia akan terjadi lebih lama dan perubahan itu tak akan terjadi seperti
saat ini.
Ibu pertiwi tersenyum, tersenyum melihat pemuda-pemuda
dapat berkarya pada saat itu. Namun, hanya saat itu sajalah ibu pertiwi
tersenyum. Kini air wajah ibu pertiwi menunjukkan kesedihan. Anak-anak bangsa
hanya membicarakan masalah, masalah dan masalah. Begitu banyak masalah yang
mewarnai bangsa ini.
Ketika secercah harapan timbul terhadap para pemuda.
Namun pemuda kini mulai terkena berbagai penyakit. Mulai dari apatis, sibuk
dengan kesibukan sendiri yang tak berpengaruh untuk sekitar, pergaulan bebas,
narkotika serta berbagai virus yang menggerogoti kepedulian pemuda. Kita dapat
memulai dari permasalaha narkoba yang dihadapi para penerus bangsa ini. Bila
kita melihat data yang disampaikan Badan Narkotika Nasional pada tahun 2009,
tindak pidana narkoba sejak 2001 hingga 2008 di Indonesia mencapai 166 ribu dan
ternyata 2.134 kasus menimpa remaja dibawah umur. Tidak hanya itu, data BNN
tahun 2012 mengungkapkan bahwa setiap hari 50 orang dan setiap tahun 15 ribu
orang yang meninggal karena narkoba.
Begitu mengenaskan fakta-fakta pemuda dan bangsa
Indonesia. Itu untuk narkoba, jika kita melihat masalah tentang pergaulan bebas
tak kalah menggegerkan kepala jika kita memperhatikannya. Mulai dari seks bebas
dan pemerkosaan karena dampak video porno yang tersebar negeri ini. Virus HIV
menyebar, penyakit AIDS dimana-mana bahkan pada November 2011 indonesia
memiliki 200 ribu lebih penderita AIDS.
Permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sosial juga
dapat kita temukan di negeri kita. Pemuda apatis yang enggan mau tahu dengan
keadaan sekitar. Kesibukkan dalam menikmati fasilitas teknologi yang
menyibukkan diri sendiri. Tak sempat memikirkan apa yang terjadi disekitar. Tak
ingin diganggu dengan masalah orang lain bahkan masalah bangsa ini.
Gelombang hedonisme juga menyerbu para agent of change negeri ini. Foya-foya
ria lebih disukai dari pada bekerja keras menaruh bata-bata bangunan
kesejahteraan negeri ini. Bermain di pusat-pusat perbelanjaan lebih
menyenangkan dari pada sulit-sulit belajar mencari ilmu unuk mencerdaskan diri.
Bila apatisme dan hedonism ini terbangun dan terharmoni dengan baik dinegeri
ini. Maka lahirlah besok pemuda-pemuda yang hanya akan menjual negeri ini untuk
kesenangan diri sendiri. Tak peduli apa yang terjadi terhadap orang lain.
Kumpulan-kumpulan
pemuda yang enggan bekerja ini akan terbentuklah komentator-komentator handal.
Penebar kritik negative tak membangun. Pengkritisi jago bicara, yang
menghilangkan asa harapan untuk negeri. Sebuah kata-kata tersusun rapi,
mengutuk apa yang terjadi, mencaci para pejuang. Pemuda-pemuda komentator omong
kosong inilah yang akan memenuhi negeri kita. terproduksi sangat banyak,
menyebabkan stok pemuda seperti ini sangatlah melimpah.
Fakta seperti inilah yang menambah beban dalam otak ibu
pertiwi. Memperlebat tetesan air mata di pipi ia. Namun terlihat dalam
remang-remang jalan sunyi. Pemuda-pemuda yang menggali asa untuk Indonesia.
Pemuda-pemuda yang berusaha menyeka air mata di pipi ibu pertiwi.
Mereka adalah pencari ilmu, berusaha mencerdaskan diri.
Meraih cahaya ilmu yang bertebaran di bumi. Untuk mengaplikasikannya dalam
kehidupan dunia. Meramu cara- cara luar biasa menyelesaikan masalah.
Mereka adalah para relawan penggerak. Bergerak tanpa
upah, bekerja tanpa lelah, berkarya tanpa batas. Melahirkan inspirasi-inspirasi
baru yang mewabah luas menyadarkan bangsa dari himpitan masalah.
Mereka bagai Muhammad Al-Fatih, belajar tanpa henti,
berusaha memantaskan diri. Baik jasmani dan rohani untuk mencapai sebuah cita
yang sangat mustahil saat itu.
Mereka bagai Mush’ab bin Umair, Meninggalkan segala
kenikmatan dunia. Untuk mencapai sebuah kenikmatan tak lekang oleh waktu.
Sebuah keabadian, dalam amal-amal dahsyat. Menjadi pemuda tampan nan cerdas.
Menginspirasi sekitar untuk bekerja dalam segala ridho-Nya.
Mereka bagai Sukarno, meneriakkan sebuah moralitas dalam
bahasa elegan. Membakar semangat orang sekitar untuk menjemput sebuah keinginan mulai. Berkerja
dengan cinta terhadap rakyat. Mengharmonisasikan sebuah semangat baru. Kemerdekaan
untuk tanah tercinta.
Mereka bagai Muhammad Hatta. Meramu langkah-langkah
kongkrit dalam membangun sebuah negara. Menggoreskan kata-kata cerdas dalam
menggambarkan sebuah cita bangsa. Menemukan sistem untuk kepentingan rakyat.
Mereka adalah pemuda-pemuda konkrit yang melangkah untuk
mengispirasi. Bukan pemuda yang hanya mengkritisi tanpa kerja. Bukan pemuda
yang terbuai dalam kenikmatan dunia. Bukan pemuda apatis yang enggan peduli
dalam situasi sekitar.
Inilah pemuda Indonesia itu, mereka walau belum menjadi
mayoritas. Namun kerjanya mulai terasa. Langkahnya menciptakan inspirasi baru.
Citanya merubah Indonesia dicicil dengan karya-karya kecil namun bermakna
besar. Inilah gelora itu, gelora para pemuda untuk perubahan yang terbaik.
Menggapai cita indah di dunia dan disisi-Nya.
Azmul Pawzi (10 November 2013)