Jumat, 28 November 2014

Untukmu Para Penabur Cahaya


Kala cahaya sendu disudut matamu itu meredup
Terlihat jelas awan penat dan kabut duka memayungi air mukamu.
Kau tertatih memanggul amanah langit ini
Menghelanya dalam lika-liku jalan dakwah, yang kadang menyisakan luka dalam leka.

Lalu kau terhenyuk, termenung dalam dimensi rasa yang tak terkira
Genangan air hati itu beriak, menampakkan keresahan.
Namun, kala kolam jenuh itu memenuhi jiwa
Tetap cinta-lah yg tumpah ruah di permukaan.

Kau pancarkan kasih sayang pada sesama
Kau warnai hati durjana dengan pelangi keramahan.
Lalu membumilah cahaya yang kau bawa itu
Walau kadang peluh tiada henti menetes dalam kerja
Dan pergolakkan rasa tiada ampun menguras air mata.

Maka sebuah keistiqomahan menjadi jawaban
Kata yang tak mudah, namun itu menjadi tanda syukur bahwa cinta-Nya yang memilih
Memilih kau dalam jalan indah penabur cahaya.
Hingga kau bersinar layaknya mentari pagi yang menyemai asa dalam tekad umat manusia
Membakar semangat, mengokohkan azzam.

Lalu terhimpunlah kita dalam jamaah penabur cahaya
Yang tiada henti melangkah.
Bergerak sekuat tenaga mengumpulkan dan menyemai hikmah.
Tetap berjalan walau dalam kepenatan.

Karena memang jalan ini amatlah panjang..
Ia akan tetap berjalan. Menyinari alam naungan rahmat.
Takkan berhenti, hingga surga menyapa kita.

Maka berjuanglah, wahai engkau para penabur cahaya.

-Azmul-

Layaknya Sang Pujangga

Layaknya sang pujangga
Kau tinggalkan bait kata dalam desau udara
Melanglang buana menuju relung jiwa
Terbang tinggi jauh meretas batas cakrawala
Lalu berhembus ke darat mendekap tubuh dalam makna

Layaknya sang pujangga
Kau aliri pesan dalam rintik hujan
Turun ke bumi menumpahkan ribuan cerita dalam kedipan
Membasahi rasa dalam buaian hikmah mendalam
Menghapus segala jejak debu keraguan dalam tapak jalan.

Layaknya sang pujangga
Kau kobarkan sajak dalam api menyegat
Bergejolak menjilat-jilat membakar penat 
Bernyala-nyala membara menggelorakan semangat
Melahap bangunan angkuh dalam jiwa yang pekat.

Layaknya sang pujangga
Kau nyanyikan syair dalam paras rembulan
Meneduhkan hati dalam kesantunan
Mempesona indah walau dalam malam tanpa tabur bintang
Merengkuh tubuh dikala diri tersesak senyap
Menggoreskan senyum ketika gulita ingin merusak perasaan.

Layaknya sang pujangga
Kau biarkan diri ini terbawa arus dalam syahdu nikmatnya rasa
Kau bawa hati menari lepas diiringi dawai merdu malaikat
Kau jewantahkan segala resah dalam muara karya.

Begitulah cinta...
Ia layaknya sang pujangga yang tak berbicara
Hanya menitipkan arti dalam alam raya cipta Sang Maha Cinta.
Ia bersenandung tanpa suara, ia berkerja tanpa terlihat. Tak terdengar, hanya terasa.

Layaknya Sang Pujangga


-Azmul-
Google pict