Selasa, 31 Oktober 2017

FSLDK Menjadi Lokomotif Peradaban Umat


Mengapa dalam hashtag dan design @fsldksumbar senantiasa diisi dengan hashtag #LokomotifPeradaban? Hashtag yang menjadi jargon penyemangat kepengurusan kini.

Saya ingin menjelaskannya dengan kembali mengingat mengapa dakwah kampus mesti ada. Setidaknya ada tiga tujuan mengapa FSLDK sebagai wadah dakwah kampus terbesar harus tetap berjalan dan menguat. Pertama menyuplai alumni berafiliasi islam, mencetak kader dakwah dan upaya kampus untuk mentransformasikan masyarakat menuju madani.

Maka tujuan terbesarnya adalah membentuk masyarakat madani. Membawa umat dari keadaan kini, menuju kehidupan madani, dan ini takkan ada tanpa adanya 2 tujuan sebelumnya. Jadi menjadi cita-cita kolektif aktivis dakwah mencetak pemimpin-pemimpin hingga mampu membawa umat lebih madani.

Kalau boleh mendefinisikan masyarakat madani. Secara sederhana, bisa kita definisikan masyarakat madani ada karena orang shalih mayoritas dalam umat sehingga nilai-nilai islam berjalan dalam kehidupan sosial dan bernegara.

Kalo kita ambil sistem demokrasi, maka mayoritas ini bisa diwakili dengan 50%+1%. Nah apakah orang shalih kita telah mencapai ini di kampus, Sumbar, bahkan Indonesia? 

Membangun peradaban islam membutuhkan banyak orang shalih yang juga mushlih. Seperti apa orang shalih ini? Minimal seseorang bisa disebut shalih ada tiga. Pertama terafiliasi dengan ideologi islam, lalu menjalankan perintah wajib dan terhindar dari dosa-dosa besar.

Nah, apa hubungan orang shalih dengan peradaban? 
Dalam kerja-kerja kolektif membangun sebuah peradaban, kita membutuhkan tim inti sebagai pemikir juga penggerak langkah peradaban. Bagaimana polanya? Kita mulai berkaca dari kelahirannya negara kita Indonesia.

Dalam perjuangan kemerdekaan ini, diawal melawan penjajah, perjuangan hanya perdaerah, belum terstrategi secara bersama. Maka berdirinya boedi utomo menjadi langkah awal kebangkitan bangsa, lalu ditegaskan juga dengan gerakan masif kemerdekaan oleh Serikat Islam yang dipimpin guru bangsa Cokroaminoto. Hingga terbentuklah embrio bangsa Indonesia dalam sumpah pemuda.

Orang-orang dalam boedi utomo, sarekat islam, dan sumpah pemuda hanya segelintir manusia. Mereka hanya bagian kecil dari Indonesia, namun mereka adalah tim inti umat bangsa yang menjadi penggerak bangkit dan lahirnya bangsa Indonesia.

Jika dalam membentuk negara butuh inti umat. Bagaimana dengan membangun peradaban islam. Butuh ada kader-kader shalih yang menjadi inti umat yang menggerakkan umat menuju lebih madani.
Begitulah yang dilakukan Rasulullah dalam membangun peradaban islam. Mencetak kader-kader dakwah yang menjadi inti umat.
Jika kita boleh membandingkan, Rasulullah memiliki umat saat haji wada sebanyak 100 ribuan kepala. Dan menurut Ibn Qayyim Al Jauziyyah hanya ada 110 orang ulama pemimpin dalam tubuh umat Nabi. Terlebih 110 orang pemimpin ini adalah yang terbaik dari generasi terbaik. 
Maka berapa pemimpin shalih yang kita butuhkan untuk mengelola 200an juta umat muslim indonesia untuk membangun peradaban islam di Indonesia?
Nah inilah tugas yang diambil FSLDK. Sederhananya, tugas dakwah kampus adalah mencetak sebanyak-banyak orang shalih agar menjadi tim inti umat, agar gerakan membentuk masyarakat madani semakin masif.
Itulah mengapa senasional kita punya target menambah jumlah kader sebanyak 30.000an kader lagi.
Agar kader dakwah yang dicetak oleh dakwah kampus mampu menjadi menggerakkan umat menuju kemenangan islam.
Layaknya lokomotif yang hanya satu bisa membawa gerbong-gerbong lainnya menuju tujuan. 
Kader dakwah yang dicetak FSLDK harus menjadi inti umat dalam gerakan peradaban islam. Tugas mereka menjadi lokomotif yang membawa umat menuju bangkitnya peradaban islam.
Itulah mengapa FSLDK sudah wajib Menjadi Lokomotif Peradaban
.
Terakhir siapkah Aktivis Dakwah Kampus menjadi 
Lokomotif Peradaban?


Salam dari kami
Azmul Pawzi
Ketua Umum FLSDK Sumatera Barat 2017-2018