Layaknya kita yang tak dapat
menyukai semua orang, maka tak perlulah kita melakukan hal yang disukai semua
orang. Karena itu tak mungkin, dan itu hanya menghabiskan energy kita.
Manusia mana yang dapat menyukai
segala hal? Tentu ada yang ia sukai, dan tentu ada yang ia benci. Perasaan yang
timbul itu ada karena keyakinan dan persepsi yang manusia itu miliki.
Layaknya hujan yang turun ke bumi
dengan segala kesejukkannya. Ia menyebarkan kesegaran di setiap sudut yang ia
basahi. Ia berikan kesenangan kepada setiap makhluk yang menikmatinya. Maka
menghijaulah dedaunan, dan tumbuhlah pepohonan. Tersenyum lebarlah para
penikmat hujan. Tertawalah anak-anak yang merindu hujan.
Namun, dalam meriahnya kesyukuran
atas turunnya jutaan tetes air itu. Terdapat insan yang membencinya. Mendakwa
sang hujan sebagai pembawa duka, mendatangkan berbagai kesedihan. Hingga
keluhan bahkan makian keluar dari mulut-mulut mereka.
Maka seindah apapun karya mu,
tentu ada pandangan membenci dan menghujat langkah kerjamu. Tak perlu kau
merasa pilu. Bahkan manusia se-mulia Rasulullah masih ada manusia yang
membencinya.
Karena memang pada dasarnya,
kebenaran tak akan menyukai keburukan. Dan keburukan tidak akan menyukai
kebenaran. Maka berdiri dimanakah engkau? Kebenarankah atau kesalahan?
Maka tak perlu kau berbuat yang
disukai semua manusia. Dan tak perlu juga engkau menyukai segala hal. Kau boleh
menyukai sesuatu dan membenci sesuatu. Akan tetapi ingatah, sebaik-baiknya suka
dan benci adalah karena Allah.
Jadi mari kita menyuka dan
menbenci hanya karena Allah.