Minggu, 31 Mei 2015

Maka Lupakanlah Cintamu!


Musim haji-pun tiba, umat muslim mulai berbondong-bondong menuju Kota nan agung, Mekkah. Pada musim itu, seorang pemimpin tertinggi muslim saat itu juga melaksanakan rukun islam kelima tersebut. Ia adalah seorang kepala dari khilafah islamiyah abbasiyah. Khalifah Al Mahdi namanya.

Kala itu, khalifah Al Mahdi sedang beristirahat dalam perjalannanya menuju tanah kelahiran Rasulullah Muhammad. Dalam peristirahatannya, ia mendengar seorang pemuda yang berteriak “aku sedang jatuh cinta”. Mendengar itu, sang khalifah memanggil pemuda itu.

“Apa masalahmu?” Tanya sang khalifah.  “Aku mencintai puteri pamanku dan ingin menikahinya. Tapi ia menolak karena ibuku bukan Arab. Sebab itu aib dalam tradisi kami.” Jawab si pemuda.

Tanpa pikir panjang, sang khalifah memanggil paman pemuda tersebut. Kala sang paman telah tiba, Khalifah Al Mahdi-pun berkata padanya. “Kamu lihat putera-puteri Bani Abbasiyah? Ibu-ibu mereka juga banyak yang bukan Arab. Lantas apa salah mereka? Sekarang nikahkanlah lelaki ini dengan puterimu dan terimalah 20 ribu dirham ini: 10 ribu untuk aib dan 10 ribu untuk mahar.

Beruntunglah si pemuda, ia dapati cintanya kala tembok besar yang menghalangi bersatunya rasa suci itu roboh. Hancur, hingga ia dapat membersamai sang kekasih hati. Menjemput kebaikan yang dalam sabdanya Rasulullah “Tidak ada yang lebih baik bagi mereka yang sudah jatuh cinta kecuali pernikahan.”

Indah bukan? Karena islam adalah agama yang fitrah. Islam akan ramah terhadap gejolak yang meluap-luap dalam benak seorang insan. Dan memberi jalan indah untuk berseminya cinta, yaitu pernikahan.

Namun bagaimana bila hal sebaliknya terjadi? Bila putihnya cinta tak dapat bersatu, ia tersekat dengan banyak halangan. Maka lihatlah Qais, lihatlah betapa besar gejolak jiwanya kepada seorang wanita bernama layla. Sebuah rasa yang tergambar rapi dalam syairnya “Layla laksana minuman yang menyegarkan dan menghilangkan dahaga kalbuku. Cintaku pada layla adalah cinta suci, tidak tercampur dengan hawa nafsu walau sebutir debu. Meskipun orang-orang mencela, mengusir dan menyia-nyiakan diriku.”

Akan tetapi, cinta tulus yang jiwa selalu merindu, pikiran selalu mengenang dan lidah yang tak pernah kelu menyebut nama sang kekasih terbentur keras. Sang ayah tak setuju.  Qais terpana, cintanya yang telah menghujam dalam, mengakar dalam hati tak memiliki jalan. Maka majnun-lah pemuda itu. Beratnya menanggung cinta membawanya kedalam kegilaan.

Begitu pula Zainuddin dalam karya apik Buya Hamka, 2 bulan lamanya dirinya terkapar. Menderita, terhina. Tak kuat raganya menanggung beratnya siksaan rasa, kala Hayati memilih lelaki lain, setelah sang paman tak menerima lelaki makasar tersebut untuk meminang sang ponakan karena bukan seorang minang. Maka perihlah batinnya. Hingga hayati meninggal-pun rasa cinta itu masih menghantuinya. Tak memberi ampun terhadap sang pecinta.

“Dari dulu beginilah cinta, penderitaan tiada akhir.” Kata-kata Chu Patkai dalam kisah Kera Sakti ini mungkin menjadi kata pas dalam menggambarkan penderitaan para pecinta. Maka kasihanilah para pecinta, mereka yang terjebak dalam asmara yang melilit nurani. Tak berdaya dalam menghadapi rasa yang menerobos dari langit menghujam kehati.

Maka, Lupakanlah!  Lupakanlah cintamu yang tak dapat bertaut dalam tali pernikahan. Karena cinta yang tak sampai pelaminan hanya berujung penderitaan.

Maka Lupakanlah! Atau kau akan berakhir seperti Nasr bin Hajjaj, pemuda tampan yang menjadi pembicaraan para gadis di Madinah saat masa Umar bin Khattab. Pesona wajahnya tak memiliki arti. Ia berakhir nestapa, tak sanggup tubuhnya menahan cinta yang tumbuh di tempat yang salah. Ia mencintai istriorang lain. Maka ia pun menyendiri, sakit dan tubuh kekarnya kurus kering hingga akhirnya ia meninggal. 

Tragis memang, namun itulah hakikatnya.  Cinta yang tak menuju pernikahan hanya sebuah penderitaan.
Dan bila kau menyadari cintamu tak berujung dipelaminan.
Maka lupakanlah cintamu itu!

Azmul Pawzi

Rela Kehilangan Allah

“Lebih baik kehilangan sesuatu apapun itu, namun karena Allah. Dari pada kehilangan Allah karena sesuatu. “ Mudah memang, kalimat yang mungkin saja tidak perlu waktu yang lama kita ucapkan. Dalam hitungan detik saja, kumpulan kata itu sanggup kita ucapkan.

Ideal memang, siapa pula yang ingin menukarkan Sang Maha Sempurna dengan keinginan semu yang terlintas di otak manusia. Mungkin pernyataan itu lah yang kita ujarkan untuk mengungkapkan apa yang terlintas di kepala kita saat membaca kalimat itu.

Akan tetapi, bila kita lihat sekitar, dengan mudahnya manusia meninggalkan Allah akan keinginan yang fatamorgana. Mereka rela kehilangan Allah. Mereka rela Allah tak bersemayam di hati-hati mereka.

Mari kita ambil contoh, tentang cinta. Banyak insan saling mencinta, itu fitrah. Namun, kala cinta berbenturan dengan syari’at-Nya. Mayoritas manusia itu memilih untuk membersamai kekasih hatinya dari pada memilih Sang Maha Cinta. Maka banyaklah insan yang melakukan pacaran. Mereka rela, rela kehilangan Allah dalam hatinya, menggantinya dengan cinta lawan jenis yang tak abadi.

Selanjutnya, banyak wanita ingin pujian kecantikan. Namun kala mempertontonkan kecantikan dengan menebar aurat berbenturan dengan perintah-Nya. Mayoritas Wanita memilih untuk mendapat pujian “wah cantiknya”, “wah manisnya”, dan pujian-pujian dari manusia baik laki-laki maupun perempuan dari pada pujian Sang Maha Menyayangi akan ketaatan hambanya.  Mereka rela, rela kehilangan Allah dalam hatinya, menggantinya dengan pujian keindahan paras dan tubuh dengan cara tebar auratnya, atau berpakaian tertutup namun membentuk lekuk tubuh sana-sini.

Lalu, banyak mahasiswa/siswa ingin nilai bagus. Namun kala cara curang bertentangan dengan firman-Nya. Mayoritas mereka memilih mencontek untuk mendapatkan nilai bagus dengan cara pecundang. Mereka rela, rela kehilangan Allah dalam hatinya demi nilai bagus mentereng namun dengan cara salah.

Banyak lagi keinginan manusia yang rela dengan senang hati mereka kerjakan walau kehilangan Allah-lah konsekuensinya. Ingin uang, ingin jabatan, ingin kebebasan, ingin dunia dan seisinya.

Mereka rela, mereka rela kehilangan Allah untuk itu semua. Maka apakah kita termasuk dalam golongan yang rela kehilangan Allah?

Mari berikan hati ini sepenuhnya untuk-Nya, maka Ia akan memberikan kebahagiaan yang kita inginkan tanpa perlu kehilangan-Nya.

Azmul Pawzi

Sabtu, 30 Mei 2015

Sejuta Wajah Rohingya

Tak kuat mata ini menatapmu. 
Ribuan wajah sendu berselimut debu. 
Tersesat jauh mencari bantu. 
Menahan pedih kala jadi manusia perahu. 

Seluas samudra kau lewati. 
Pergi berlayar menjaga harga diri. 
Melihat hak diri tak terpenuhi. 
Dihadapan kekejaman penguasa tirani. 

Teiris hati ini mendengar ceritamu. 
Kala wanita tak berdosa menjadi pelepas nafsu. 
Merenggut kesucian yg terjaga dulu. 
Meninggalkan isakkan tangis yang pilu. 

Sejuta tangis rohingya. 
Diri mu tersiksa terbantai, terhina. 
Darah-darah merahmu menjadi saksi betapa binatangnya mereka. 
Kala negeri myanmar itu hanya menatap kosong melihat berat derita dan terusirnya kalian. 

Sejuta tangis rohingya. 
Kau pun berdiaspora meninggalkan tanah kelahiran. 
Mencari asa yang kini telah hilang. 

Sejuta Wajah Rohingya. 
Bodohnya diri kala tubuh hanya terpana. 
Menatap paras sendu terkulai penuh harap. 
Terbutuh bantu dari saudara tecinta. 

Sejuta wajah rohingya. 
Kala panggilan kemanusiaan menyapa di barat nusantara. 
Maka hinalah diri bila hanya ternganga. 

Maka pedulilah. Tunjukkan empati dan cinta. 
Untuk sejuta wajah rohingya yang terluka. 

-Azmul Pawzi-

Selasa, 26 Mei 2015

Serukan Aksi mu Untuk Rohingya

1. Akhir-akhir ini info yg tersebar sangat meresahkan. Khususnya untuk di dengar oleh kita sbg muslim

 2. Pertama, tibanya warga rohingya di aceh utara setelah terombang-ambing di laut berbulan-bulan #SaveRohingya

 3. Sebelumnya etnik rohingya ini terlunta-lunta di selat malaka dan di selamatkan oleh nelayan aceh #SaveRohingya

 4. Etnis ini terusir dri negaranya myanmar. Mereka trusir dri tanah arakan/rakhine yg tlah mereka tinggali sejak abad 7 masehi #SaveRohingya

 5. Mereka terusir karena sudah brtahun disiksa dan hak2 mereka d cabut. Maka dri itu ribuan etnis rohingya brkelana mnjadi 'manusia perahu'

 6. Ketercabutan hak mereka ini berawal sejak tahun 1962, sat di berlakukannya burmanisasi/budhaisasi sehingga memarjinalkan muslim

 7. Sejak saat itu, hak utk bergerak, hak utk menikah, hak bebas dari penyiksaan, hak utk pendidikan, hak utk berusaha dan hak lainnya di cabut

 8. tentu saja sejak cabutnya hak tsb, warga rohingya mengalami penyiksaan, pemerkosaan, pemerasan, perbudakan dll #SaveRohingya

 9. Hingga akhirnya mereka terusir dan terlunta-lunta di laut. Ada yg tewas d jalan, ada yg mengalami ketidaksemenaan d negara lain

 10. Kemana aktivis HAM barat itu? Saat para banci ingin menikah sesama jenis, mereka bela mati2an atas nama hak asasi

 11. Lalu ketika etnis muslim hak-haknya di kebiri, mereka DIAM. seakan-akan hak asasi itu tidak dmiliki oleh muslim (seperti kasus palestina)

 12. Namun beginilah dunia, keadilan terasa parsial. Tak menyeluruh, Takkan bergerak bila tak ada kepentingan. #SaveRohingya

 13. Maka didunia yg tak menentu ini. Kita muslim harus bergerak bersama atas nama persaudaraan seiman. #SaveRohingya

 14. Alhamdulillah, lembaga2 sosial sperti @PKPU @dompet_dhuafa mulai menerima donasi tuk muslim rohingya, mari kita bantu. #SaveRohingya

 15. Sesama muslim itu bersaudara. Mereka seumpama sebuah tubuh. Bila salah satu anggota sakit, maka yg lai merasakannya. #SaveRohingya

 16. Untuk dunia, mari kita tatap keadaan etnis rohingya. Apakah kita hanya diam melihatnya? Apakah nilai kemanusiaan itu telah hilang #SaveRohingya

 17. Mari kita bantu, atas nama kemanusiaan, atas nama persaudaraan. #SaveRohingya

tweet by @azmulpawzi | Koord. Komisi A FSLDK Sumbar

Insya Allah tanggal 31 Mei 2015, FSLDK Sumbar akan aksi solidaritas untuk Rohingya. Yuk datang, jam 8 di GOR Agus Salim.

Minggu, 17 Mei 2015

Esensi dari Sejarah Isra Mi'raj

1. Hari ini merupakan ‪#‎HariBesar‬ untuk umat islam, yaitu Isra dan Mi'raj.
2. Sebuah momen bersejarah yang besar yg tak akan terulang lagi selamanya. Seorang manusia di perjalankan hingga langit tertinggi #HariBesar
3. Dmn yg diperjalankan adalah semulianya manusia di bumi. Untuk menghadap Sang Maha Kuasa utk mendapatkan sebuah perintah mulia #HariBesar
4. Mungkin kisahnya sangat familiar di telinga kita. Di sampaikan tiap tahun oleh para mubaligh si peringatan #HariBesar ini
5. Namun dlm euphoria perayaan. Tabligh2 akbar yg meriah. Ternyata banyak muslim yg tak memahami esensi dari sejarah #HariBesar Isra Mi'raj
6. Memang banyak hikmah yg terkandung dalam kisah ini, namun hal yg terpenting malah terlupakan oleh umat islam. #HariBesar
7. Sebuah perintah amat penting, yg bahkan Rasul terima bukan dari wahyu di bumi,bukan juga menggunakan perantara Malaikat jibril. #HariBesar
8. Rasul terima langsung di langit tertinggi, berhadapan dengan Allah Yang Maha Indah. Ini menunjukkan pentingnya perintah ini #HariBesar
9. Perintah itu ialah SHOLAT. Maka inilah perintah yg amat mudah namun balasannya (pahala dan dosa) amat lah BESAR #HariBesar
10. Ia amatlah mudah, hanya wajib 5 kali dalam sehari, mengerjakannya pun sangat mudah dan tak butuh waktu lama. 3-5 menit saja. #HariBesar
11. Namun bila tidak mengerjakan, Dosanya amatlah besar. Tiada dosa paling besar dari meninggalkan Sholat kecuali kekafiran. #HariBesar
12. Bahkan mahzab Hambali, salah satu dari 4 mazhab fiqih terkenal menyatakan KAFIR bila seseorang meninggalkan sholat scra sengaja #HariBesar
13. Walaupun sebesar itu dosa yg di tanggung. Namun lihatlah sekitar anda, seberapa banyak muslim yg meninggalkan hal mudah ini? #HariBesar
14. Bahkan di negara mayoritas islam seperti indonesia. Meninggalkan sholat bahkan hal biasa. #HariBesar
15. Berapa bnyk muslim yg ketika mlewatkan waktu shalat, seperti tak terjadi apa2 & berkata "Oh ashar udah lewat ya? yasudahlah" #HariBesar
16. Bahkan mereka lbh cemas kala meninggalkn dunia (ex:kuliah), dr pda meninggalkn Sholat. Seakan2 mereka hidup selamanya d dunia #HariBesar
17. Seandainya mereka tau betapa beratnya hukuman yg di tanggung seorang yg tak sholat. Pasti enggan mereka meninggalkan sholat. #HariBesar
18. Maka dalam momentum #HariBesar Isra Mi'raj ini, mari kita dirikan shalat, karena shalat adalah tiang agama dan balasan pahalanya amatlah besar.
19. Shalat itu tak lama, mudah, kalo cuma hapal al fatihah itu cukup, kalo ga hapal bacaan lainnya. Gerakin aja rukunnya. Sah InsyaAllah
20. Tapi seiring waktu, kita tingkatkan juga kualitas shalat kita. Bacaan nya di hafalkan, di khusyuk kan, yg cwok di masjid dll #HariBesar
21. Yuk dirikan Shalat, agar terjauhkan dari neraka dan di dekatkan dengan surga. Selamat #HariBesar Isra Mi'raj
tweet by @azmulpawzi (Koord. Komisi A puskomda FSLDK Sumbar)

16 Mei 2015 / 27 Rajab 1436 H 

Minggu, 10 Mei 2015

Gak Pacaran itu Berat Coy, Makanya Balasannya Indah, Yaitu Surga.

“Zaman sekarang ngga pacaran? Ya ampun, pasti kamu nggak laku, nggak cantik atau nggak ganteng, nggak tajir, nggak gaul. Ya iyalah, Masa abad 21 nggak pacaran. Enggak banget.”  Pernah dengar kata-kata seperti ini? Atau mungkin nuansa kata-katanya sama? Ya, saya sudah mendengar kata-kata ini sejak kelas satu SMP. Dimana punya pacar itu memiliki status sosial sendiri dalam pergaulan remaja. Hingga setiap hati para remaja akan resah kala dirinya belum memiliki pacar.
pict by google


           Ya lihatlah, siapa coba yang mau meninggalkan ini? Kamu di tanyain makan tiap hari, kamu ditanyai kabarnya tiap saat, kamu di gombalin, kamu di anterin cowok kamu kalo mau kemana-mana, kalo lagi badmood ada temen buat have fun, Bersenang-senang ria menikmati masa muda, kalo bosen, ya putusin, terus nyari ‘cinta’ yang lain, dan banyak lagi deh fasilitas yang di suguhkan sesuatu bernama pacaran ini. Dan dengan fasilitas istimewa ini tentu banyak para pemuda yang terbuai.

            Akan tetapi, kalo kita perhatikan lebih dalam, ternyata banyak loh pemuda yang meninggalkan kebiasaan ini atas nama prinsip. Sekali lagi, atas nama prinsip. Bukan karena mereka tidak laku, namun karena cinta mereka sangatlah mahal, maka tidak pantas sebuah hubungan bernama pacaran membeli cinta mereka.  

            Kerenkan? Kalian pasti terheran-heran, kok bisa mereka meninggalkan indahnya masa pacaran itu. Padahal tidak mudah meninggalkan ini, sekali lagi, ngga mudah meninggalkan kebiasaan ini. Karena ini telah merasuk sangat dalam dalam kehidupan pemuda. Sejak mereka belum baligh sampe udah umur belasan, istilah pacaran udah familiar di otak mereka.

            Saya ada beberapa cerita nih, dulu ada seorang perempuan. Temen saya di Jakarta, dia sudah pacaran sejak SMP, udah lengket banget deh sama cowoknya. Dan pada suatu ketika, dia menanyakan saya yang dalam kaca mata dia, berubah 180 derajat (maklum waktu itu udah ikut mentoring). Terus dia nanyain hukum pacaran, awalnya dia bilang “Ya tapi gue udah cinta ama dia, lagi pula gue pacaran gak kayak yang lain kok, ya paling pegang tangan, sama jalan-jalan aja. Dan yang pasti gue cinta ama dis, susah ninggalinnya”. Tapi setelah sekian lama dan panjang proses, dia putusin cowoknya itu yang udah bertahun-tahun di pacarin. Hingga sekarang, jilbabnya udah lebar dan berusaha meningkatkan kadar kedekatannya kepada Allah.  “Berat sih, tapi ya harus bertekad untuk taubat” itu kata dia saat awal memutuskan pilihan ini.

            Lalu ada seorang laki-laki, dari Jakarta juga (Maklum masa remaja saya di Jakarta terus, contohnya ya bocah Jakarta aja). Waktu itu dia sering gonta-ganti cewek, kayak sepatu aja, hampir tiap bulan ganti. Terus dalam ceritanya, dia dapet pencerahan gitu. Dan dengan ikut mentoring, dia bertekad untuk berubah dan meninggalkan pacar-pacaran ini. Sampai pada suatu titik, ada seorang adek kelas itu suka sama dia, dan dia pun juga suka sama adek kelas itu. Ade kelas itu cantik, putih dan lain-lainlah, dan mereka pernah pedekate sebelum lelaki ini taubat. Tapi dia udah bertekad untuk ninggalin kebiasaan maksiat ini. Jadi dia jauhin adek kelas itu.

            Hingga pada suatu saat, lelaki ini ngeliat adek kelas ini udah jadian sama cowok lain. Dan udah goncengan bareng saat pulang sekolah. Dan ini yang menarik, dia cerita “Pada waktu itu, gue ngerasa Allah nguji gue banget. Ya Allah, ternyata ninggalin pacaran itu berat juga ya. Pernah gue mikir, padahal bisa gue itu yang nganterin dia pulang, megang tangan dia dan lain-lain. Tapi Allah ngejaga gue, hingga pada akhirnya gue minta di kuatin sama Allah buat jalaninya”. Saya tersenyum, dan jika mengingat cerita yang di alami lelaki itu, ini menunjukkan melawan arus itu berat, tapi disitulah ujian yang Allah kasih.

            Coba kita perhatikan sama-sama, mau alasannya cinta yang mengakar dengan hubungan yang udah bertahun-tahun, atau mau alasan selalu tidak tahan ngeliat cewek cantik serta alasan yang lainnya. Semuanya udah ada yang melewatinya. Dan memang, meninggalkan kebiasaan ini berat. Tapi ingat, surga itu hanya bisa dicapai dengan perjuangan menjalankan perintah Allah. Surga itu mahal, butuh pengorbanan. Ketahuilah teman-teman, salah satu dari tujuh golongan yang dijamin masuk surga dalam hadits riwayat Muslim adalah Lelaki yang digoda wanita kaya raya lagi cantik dan ia mengatakan “Sesungguhnya aku takut kepada Allah”.

            Jadi jika ada, laki-laki atau perempuan yang godain kamu bahkan nembak “Lu mau ga jadi pacar gue? Mengisi hati gue yang lagi kosong” Nah jawab aja seperti apa yang di sabdakan Rasulullah tadi. “Sesunnguhnya gue takut sama Allah” . Insya Allah, itu bisa jadi langkah kita menapaki jalan menuju jannahnya. Aamiin

Berat memang, tapi kalau bayarannya surga, kenapa tidak?

Semoga Bermanfaat.
            
Azmul Pawzi

Selasa, 05 Mei 2015

Kerinduan yang Merindui Rindu


Semua janggal. Semuanya tak penuh. Layaknya puzzle yang kehilangan satu potong. Hingga kala semua potong puzzle yang ada tersusun. Kosonglah satu bagian. Meninggalkan sebuah kehampaan.
Ada yang hilang. Ya, mungkin itu yang terjadi. Aku tak mengerti. Padahal hanya seorang engkau yang pergi. Bahkan detik-detik saat engkau ingin melangkah menuju bandara itu. Tak ada kata spesial ku ucapkan. Bahkan aku pun tak berdiri dihadapamu. Hanya berdiri dibelakang teman-temanmu. Karena memang siapa aku. Bahkan berbincang lama saja aku tak pernah, atau mungkin lebih tepatnya aku tak sanggup berbincang denganmu. Tanpa berbincang saja, perasaan ini sangat menghujam di perasaanku. Apalagi pernah ku berbincang denganmu.

Lalu dengan senyum terakhir itu, engkau berbalik arah. Bersiap menuju tujuanmu. Mengejar setiap mimpi-mimpimu. Aku tak menangis, sungguh. Tak ada setetes air mata pun mengalir diwajahku. Bahkan, berkaca-kaca saja tidak.
Lihatlah, tubuh ini tak bergetar, tak sedikitpun. Bahkan akupun sempat tersenyum kepadamu. Namun, entah kenapa. Hati ini bergunjang. Tak seperti tubuhku yang tetap tegar. Gunjangan dalam benak itu cukup keras. Terlebih saat aku hanya melihat tas yang kau panggul di punggungmu.
Hem, kadang aku iri terhadap handphone yang engkau genggam. Ia dapat menemanimu kemana kau pergi. Aku pun juga iri terhadap setiap benda mati yang ada di sekitarmu. Setidaknya mereka dapat menatapmu setiap saat.
Pedih memang, apalagi saat kulihat tak ada lagi sosokmu. Engkau hilang. Bahkan, baru saja beberapa detik aku sadar engkau tak akan kulihat dalam waktu yang lama. Kemelut terjadi dalam tubuhku. Rasa apa ini, sulit ku definisikan. Aku tak mengerti, begitu rumit. Sulit dijelaskan. Namun banyak orang menjelaskan ini dengan sebuah kata. Rindu. Ya mungkin itu namanya. Namun perih memang. Baru sejenak padahal, namun rindu itu telah merasuk.
Akan tetapi dapatkah ini semua didefinisikan sebagai rindu? Mungkin sebuah bahasa sulit memahami apa yang kurasakan. Ini tak mudah. Bukannya dulu, saat ia berada dalam dekatku, kala kota ini masih menjadi tempat ia berada. Rindu itu telah ada. Bahkan aku lebih menyukai rindu yang seperti itu. Bukan rindu yang baru saja kurasakan. Aku akan merindukan rindu itu. Kerinduan yang merindui rindu. Rumit memang, namun itu terjadi.

Sebuah Fiksi Prosa

Azmul Pawzi

Minggu, 03 Mei 2015

Juara Satu Lomba Debat Tingkat Provinsi Sumatera Barat

Setelah perjuangan  yang panjang akhirnya membuahkan hasil. Alhamdulillah saya yang ilmu ekonomi 2012, bersama rekan saya, bang agus (kimia 2011) dan efrizal (fisika 2013) menjadi  juara satu lomba debat bahasa Indonesia tingkat Sumatera Barat. (Sujud Syukur). Kejuaraan ini di adakan di kota padang pada tanggal 2 dan 3 mei 2015.

Pemberian Hadiah dari Jur

Cerita kemenangan ini berawal dari bang agus yang mengajak saya dan efrizal untuk mendaftar lomba debat itu. Akhirnya kami mencoba untuk bertarung dalam lomba. Hingga singkat cerita tibalah hari dimana pertandingan di mulai. Kami kaget, ternyata kebanyakan adalah dari anak sastra Indonesia, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dan Hukum. Dan ada juga mereka yang jauh-jauh dari batu sangkar, bukit tinggi, payakumbuh dan berbagai daerah lainnya. Kami yang anak ekonomi dan mipa dan wisma kami yang dekat dari tempat pertandingan tentu terkejut karena tidak ada teman se-fakultas disana dan banyak yang dari tempat jauh. 

Lanjut cerita, saat hari sabtu itu, kejadian cukup unik, karena kita belum sama sekali membahas apa mosi di berikan pada kepada kami untuk ditandingkan pada babak penyisihan hari itu. Kami baru menyiapkan pas di tempat dan pada saat itu, ef juga belum datang karena dia sedang kuliah. Berjuanglah kami mencari data yang waktu yang bertema perlukan kesetaraan kuota laki-laki dan perempuan untuk parlemen di Indonesia. Dan Ef datang saat sedikit lagi kita harus akan bertanding. Lalu pada saatnya tiba, bertandinglah kami.
Ini dia timnya, saya, efrizal dan bang agus
Setelah disebutkan, lawan kami adalah tim dari Pendidikan Kewarganegaraan UNP. Kami berada di posisi kontra dan mereka pada posisi pro. Pertarungan cukup sengit, dan dalam perdebatan kami mungkin menjadi perdebatan yang paling seru dibandingkan pertarungan dibabak penyisihan lainnya, hal ini karena paling banyak riuh tepuk tangannya. Dan karena pada tahap penyisihan ini berdasarkan poin. Mungkin karena serunya, kelompok kami dan kelompok lawan sama-sama lolos pada tahap selanjutnya menyingkirkan belasan kelompok peserta lainnya. 

Dan selanjutnya, kami ternyata lolos hingga perempat final,  dan ternyata hingga tak di sangka-sangka kami bertemu kembali lawan kami saat penyisihan. Sekali lagi kami bertarung dengan seru,  namun karena kami pernah bertarung sebelumnya. Kami memiliki strategi yang telah kami persiapkan.


Hingga selanjutnya kami memenangkan pertandingan dan melaju hingga semi final. Di semi final, dan juga setelah pertarungan yang sengit dan perjuangan yang luar biasa. Akhirnya kami melanjutkan perjuangan hingga ke babak final. Dan pada babak final adalah pertarungan antara mahasiswa unand melawan mahasiswa unand. Kami yang satu almamater bertemu di babak final.

Pada babak final, mosinya adalah “Setujukah anda jika Uji Kemahiran Bahasa Indonesia di gunakan untuk menerima tenaga kerja asing di Indonesia?”. Kami berada pada posisi pro, sekali lagi saya, bang agus dan ef berusaha mengeluarkan kemampuan kami sepenuhnya dengan argument-argumen yang telah kami punya berdasarkan data yang kami dapat. Dan hal ini berlangsung hingga pertandingan berakhir.

Setelah kita pertandingan final berakhir, dan setelah juri berunding dalam menentukan juara. Kami dikumpulkan, para juri-pun memberikan arahan. Dan Alhamdulillah saya menjadi speaker favorit juri pada perlombaan itu. Dan sekali Alhamdulillah kami juara dan akan mewakili Sumatera Barat dalam perlombaan debat tingkat Sumatera di Kota Medan.
Bersama bang romy dan bang rio yang ikut nonton

Ya itulah cerita kami, agak disingkat-singkat sih, biar nanti teman-teman pembaca tidak bosan membacanya. Terima kasih telah membaca. :D
Mari kita torehkan prestasi untuk agama, bangsa dan dunia.

#MelangkahMenginspirasi