Jumat, 30 Desember 2022

Terima Kasih 2022

Bagi saya, tahun 2022 ini tahun refleksi. Pada tahun ini saya banyak merenung, mengevaluasi jejak sebelumnya, memperhitungkan berbagai peluang, hingga merencanakan apa yang harus dikejar kedepannya. Pastinya tetap mengerjakan yang ada didepan mata.

Karenanya saya merasa berada di jalur lambat. Langkah saya tak secepat tahun-tahun yang lalu. Ambisi saya tak semuluk warsa sebelumnya. Tentunya masih ada pencapaian yang mesti dirayakan.

Tapi kita sama-sama tahu, langkah cepat ataupun lambat tidak berbanding lurus dengan baik atau buruknya. Akan ada hikmah yang terpendam dalam tingkat kecepatan langkah kita.

Seperti ungkapan Cak Nun : "Hidup itu harus pintar ngegas dan ngerem"

Kita harus paham kapan menekan pedal gas untuk berlari kencang, atau menginjak rem agar memperlambat perjalanan. Jangan sampai kecepatan tinggi membahayakan kita, atau terlalu pelan membuat kita tak meraih apa-apa.

Yang terpenting dari masa yang terlewati, senang ataupun susah, berhasil atau gagal, kita tetap bersyukur atas apa yang telah Allah tetapkan kepada kita.

Kita harus meyakinkan bahwa setiap ketentuan-Nya, pasti banyak hal yang dapat kita petik menjadi pembelajaran hidup.

Begitu juga dengan tahun 2022 dan tahun sebelumnya. Kita bersyukur atas waktu yang telah Allah anugrahkan dan hikmah yang menyertainya.

Terima kasih 2022, semoga kita dapat memanfaatkan 2023 dan waktu-waktu berikutnya yang Allah takdirkan untuk kita.

Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah.

#MelangkahMenginspirasi

Rabu, 21 Desember 2022

Alhamdulillah, Lima Tahun Pernikahan


Alhamdulillah, hari ini tepat lima tahun pernikahan kami.

Dulu, sebelum menikah saya sering kali mendapat nasihat pernikahan baik dari daurah ataupun ziarah ke para ustadz, bahwa lima tahun awal adalah masa rentan dalam pernikahan.

Akan banyak cobaan yang menguji keutuhan rumah tangga dalam waktu lima tahun awal ini, diantaranya proses mengenal pasangan.

Dua insan dengan dua latar belakang berbeda, dua pengasuhan berbeda, dua pemikiran berbeda, bertemu setiap hari dan tinggal di kamar yang sama.

Segala baik dan buruk antara sepasang manusia ini akan nampak jelas dan tanpa sekat.

Bagi mereka yang tak mampu mengelola perbedaan dan ekspektasi, akan banyak kekecewaan yang hadir.

Ini bisa jadi salah satu penyebab keretakan rumah tangga. Maka proses pengenalan mulai ta'aruf, tafahum, ta'awun hingga itsar bisa dipraktekkan dalam awal proses penyamaan suhu dalam rumah tangga.

Lalu, secara umum lima tahun pernikahan awal akan diuji dengan ekonomi keluarga yang fluktuatif, bahkan cenderung kekurangan.

Karena memang di awal pernikahan sedang membangun kemapanan finansial.

Masalah ini jika tak dihadapi dengan syukur dan sabar. Akan banyak kasus perpisahan terjadi.

Dan memang ketika saya berdiskusi dengan ketua pengadilan agama di suatu daerah, keadaan ekonomi paling banyak menjadi alasan berpisah.

Sebenarnya masih banyak alasan, namun karena takut tulisan ini terlalu panjang. Cukup itu saja dulu.

Intinya, lima tahun awal pernikahan menjadi masa yang krusial untuk sepasang kekasih dalam membangun rumah tangga.

Itulah mengapa sejak menikah hingga anniv lima tahun ini, saya enggan mengisi materi tentang pernikahan, walau sudah beberapa kali di undang. Atau menulis buku tentang pernikahan walau sudah ada yg mendorong. Setelah ini? Wallahu'alam, kita lihat nanti. 😅

Yang terpenting saat ini, kami ingin bersyukur atas takdir yang Allah beri. 

Alhamdulillah, lima tahun sudah kami lewati. Setengah dekade telah kami jalani.

Alhamdulillah, begitu banyak nikmat yang Allah anugrahkan pada rumah tangga kami.

Semoga segala doa dan cita keluarga kecil kami tercapai. Serta kebersamaan ini kekal hingga surga nanti. Dalam naungan cinta Ilahi.

#MelangkahMenginspirasi
#RumahTanggaSurga

Minggu, 18 Desember 2022

Messi dan Cerita Hampir Menyerah

Gagal di tiga final Copa Amerika dan satu final Piala Dunia membuat hati Messi hancur berkali-kali. Lebih dari satu kali dia memilih ingin berhenti.

Pemain dengan gelar La Pulga ini sudah meraih segalanya dalam karir klub dan individu, semua gelar domestik, benua hingga dunia telah dia raih bersama Barcelona. Semua Gelar individu baik pemain terbaik dari liga hingga Ballon D'or serta topskor berulang kali pula dia rasakan.

Namun cerita indah itu tak berlaku dengan karir bersama tim nasional, Messi berulang pula patah hati dengan perjalanannya bersama Argentina.

Terlebih saat 2016, rival terbesarnya, Cristiano Ronaldo membawa Portugal Juara Euro, sedangkan dia kalah melawan Chile di Final Copa America. Makin besar badai hujatan yang La Pulga terima, bahkan dari fans Argentina sendiri.

Kekalahan pertama Messi di partai puncak terjadi tahun 2007, Albiceleste dibungkam Brazil 3-0. Namun ketika itu Messi masih sangat muda, usia 20 tahun. Belum menjadi kapten, bahkan tak menyandang nomor 10. Kekalahan Argentina lebih menyorot Tevez, Riquelme dan Zanetti.

Kekalahan pertama La Pulga sebagai kapten di laga final terjadi di ajang paling bergengsi sepakbola, Messi harus puas sebagai runner up setelah gol Gotze membawa Jerman Juara.

Sempat ingin pensiun, namun setelah bujukan berbagai pihak termasuk Presiden Argentina, Messi kembali membela Tim Tango, namun nasib kurang beruntung masih menghantui.

Dua kali berturut-turut Messi gagal di Final Copa America, di kalahkan Chile pada tahun 2015 dan 2016. Dan ini menjadi salah satu kekalahan paling menyakitkan sepanjang karirnya.

Di masa inilah fase nadir karir Messi bersama Albicelestes. Berbagai tekanan dan cemo'ohan mewarnai hidupnya. Puncaknya Messi mengumumkan pensiun dari Argentina di usia baru 29 tahun.

Dia mengucapkan "Bagi saya, timnas sudah berakhir. Saya sudah melakukan segalanya. Rasanya sakit tidak bisa jadi juara,"

Dia ingin menyerah, terlebih dirinya selalu dibandingkan dengan CR7 yang sukses membawa Portugal juara Euro lalu diikuti pula juara UEFA Nation League.

Namun pada akhirnya Messi memilih untuk terus melangkah, walau tertatih-tatih membangun harapan kembali, kekalahan demi kekalahan tetap saja menghampiri Messi dan Argentina.

Pada Piala Dunia 2018 hanya sampai 16 besar, ditambah Copa America 2019 hanya sampai semi final. Messi hampir kembali menyerah, namun dia kembali comeback dan menguatkan hati.

Dan cerita melegenda itu akhirnya terbit, dia berhasil juara Copa America pada pertengahan 2021. Saya menonton final melawan brazil itu, saat pluit akhir berbunyi, Messi tersungkur bahagia. Teman-teman satu tim mengejar dan memeluknya.

Satu mimpinya untuk meraih piala bersama Argentina tercapai, dan semalam Messi menggenapkan pencapaian sepakbolanya dengan menjuarai ajang sepak bola paling bergengsi sejagat raya : Fifa World Cup 2022 atau yang kita kenal Piala Dunia.

Dari Messi kita dapat belajar bahwa kita boleh hampir menyerah atas kekalahan-kekalahan besar dalam hidup. Namun ketika kita benar-benar berhenti, disitulah kegagalan sejati.

Selagi masih ada kesempatan dan harapan dalam hati, kita harus memaksimalkan ikhtiar untuk mencapai mimpi dan cita. Kisah Messi ini dapat menjadi inspirasi bagi mereka yang berulang kali gagal, namun menolak menyerah.

Dan akhir yang manis menjadi epilog karir Messi. Dia sukses mencapai cita dengan pertandingan final yang paling menghibur dan menegangkan yang pernah saya tonton. Btw, saya sudah menonton seluruh final Piala Dunia sejak 2002 hingga 2022 ini.

Selamat Argentina, Selamat Messi. Anda sukses menegaskan diri sebagai pemain bola Greatest of All Time. 

#MelangkahMenginspirasi

Selasa, 13 Desember 2022

Perhitungan

Cukup seseorang dianggap bodoh bila memasuki gelanggang yang belum pernah dia ukur. Buta tanpa ada pengetahuan.

Langkah-langkah yang kita ambil harus terhitung jelas, bukan mudah terbuai dengan banyaknya peluang, tapi tetap sadar akan resiko dan berusaha memitigasinya.

Menjadi perhitungan dalam hidup itu penting. Terlebih menghitung tiap resiko dan peluang yang mungkin diraih. Tapi ingat, jangan jadi insan yang hitung-hitungan.

Karna melakukan perhitungan bukan berarti selalu risau dengan segala resiko dan ancaman. Hingga takut rugi walau hanya untuk berbagi.

Maksud kita menghitung resiko agar kita mampu melewatinya. Namun jika kita gagal mengantisipasinya. Jelas tak mengapa. Itu akan menjadi pelajaran baru bagi kita.

Perhitungan.
Jangan hitungan-hitungan.
Ambil pelajaran dari prosesnya.

#MelangkahMenginspirasi

Rabu, 23 November 2022

Belajar Jadi Pejuang Sejati dari Sosok Perdana Menteri Baru Malaysia : Anwar Ibrahim


Sanggupkah kita, berkali-kali difitnah, hingga 3 kali masuk penjara, bahkan dengan tuduhan palsu yang sangat keji seperti sodomi. Namun tetap berjuang memperjuangkan cita demi negerinya tercinta, Malaysia.

Begitulah perjalanan politik Dato Anwar Ibrahim, sosok anak emas penguasa pada awalnya. Namun terbuang karena niat baiknya memberantas kebusukan partai penguasa.

Kisahnya berawal sejak pelajar, bergerak lewat aktivisme jalanan pada tahun 1960-an hingga 1970-an. Lalu dipenjara tanpa peradilan di tahun 1974 tersebab gerakannya.

Hingga mendapat perhatian dari tokoh besar Mahathir, lalu beberapa tahun kemudian Anwar Ibrahim menjadi Menteri Pemuda, lalu berpindah jabatan menteri lainnya. Karirnya sangat cemerlang ketika ditunjuk sebagai Menteri Keuangan Malaysia.

Ditangannya perekonomian Malaysia meroket dan mendapat penghargaan dari berbagai lembaga internasional. Puncaknya dia ditunjuk menjadi Wakil Perdana Menteri Malaysia tahun 1993.

Awalnya, semua berfikir bahwa dia adalah anak emas Mahathir yang akan menjadi suksesor Perdana Menteri Malaysia selanjutnya. Namun akhirnya dia berlawan pikiran dengan mentor politiknnya itu, khususnya dalam penanganan krisis ekonomi 1997/98 saat itu.

Anwar Ibrahim disingkirkan, dengan tuduhan yang keji, melakukan sodomi katanya. Berbagai media pun ikut menyuarakan jika itu fitnah. Namun tetap saja dia tersingkir dari pemerintahan, lalu masuk jeruji besi untuk kedua kali.

Walau terjebak dalam hotel prodeo, namun tekadnya mengejar cita untuk bangsa tak surut. Sejak saat itu Anwar menjadi pemimpin oposisi paling berpengaruh di Malaysia. Ikhtiarnya berlanjut dengan membuat partai baru, karena dia masih tak boleh melakukan kegiatan politik. Partai barunya, Partai Keadilan Rakyat dipimpin oleh istrinya, Wan Azizah.

Meski tahun 2008 kembali difitnah dengan kasus yang sama hingga dia kembali masuk penjara. Namun Anwar Ibrahim semakin berhasil membawa partainya menjadi partai oposisi terbesar di pemerintahan.

Perjuangannya melawan pemerintahan koruptif berbuah ketika Perdana Menteri Malaysia dari partai penguasa, Najib Razak ditangkap karna kasus korupsi. Hingga koalisi Pakatan Harapan yang dibangunnya memenangkan pemilu. Tentunya dengan kerjasama dengan mantan mentor yang pernah mengkhianatinya, Mahathir.

2018 berkat koalisi Pakatan Harapan, Mahathir menjadi Perdana Menteri Malaysia kembali, Wan Azizah jadi wakilnya. Perjanjiannya 2 tahun memimpin Mahathir akan memberikan tongkat kepemimpinannya kepada Anwar Ibrahim yang saat itu masih di penjara.

Namun dua tahun berselang, saat Anwar sudah keluar dari jeruji besi dan berhasil menjadi anggota parlemen kembali. Drama politik terjadi, Muhyidin membelot, Mahathir berkelit. Jadilah Perdana Menteri Malaysia saat itu Muhyidin, Anwar dituntut kembali bersabar.

Barulah tahun ini, November 2022, setelah koalisinya Pakatan Harapan kembali menjadi suara mayoritas di Parlemen Malaysia dengan 82 kursi, namun diwarnai dengan drama tak ada pemenang mutlak dalam pemilu Malaysia.

Anwar Ibrahim akhirnya ditunjuk oleh Kerjaaan Malaysia menjadi Perdana Menteri Malaysia ke 10. Sebuah perjalanan panjang, 50 tahun berpolitik, naik hingga dihormati, lalu turun karena dikhianati. Kini dia adalah orang nomor 1 di Malaysia, dia mampu menjalankan mimpinya untuk kejayaan negerinya. 

Selamat menjalankan tugas Dato Anwar, beliau adalah politisi di ASEAN (tentunya di luar Indonesia) yang paling penulis ikuti perjalanannya sejak Mata Najwa menghadirkan beliau saat Najwa Shihab mewawancarai Eyang Habibi, Presiden ketiga Republik Indonesia.

Beliau berdua adalah sahabat, sama-sama anak emas yang tersingkirkan. Namun dari mereka kita belajar bagaimana menjaga ketulusan dan semangat perjuangan untuk bangsa dan negara.

#MelangkahMenginspirasi

Rabu, 09 November 2022

Berkumpul di Surga

Pagi ini saya terhenti dan merenungi sebuah ayat dalam Al-Qur'an, kabar yang menyejukkan hati dan menyenangkan jiwa ini. Yaitu surat Ath-Thur ayat 21. Dengan arti :

"Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya."
Lebih lanjut saya selami ayat ini dari penuturan Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya, disana dijelaskan bahwa "Allah SWT, memberitahukan tentang karunia, kemurahan, anugerah, dan kelembutan-Nya kepada semua hamba-Nya. Yakni bahwa jika orang2 mukmin diikuti oleh keturunan mereka dalam keimanannya, maka Allah akan mempertemukan mereka di suatu tempat di dalam surga."

Murid syaikhul Islam ini melanjutkan "Mereka dihimpunkan dengan cara yang paling baik, yakni anggota keluarga yang mempunyai amal kurang akan ditinggikan derajatnya melalui sanak sesepuh yang amalnya sudah sempurna, namun hal itu tidak menjadikan amal-amal mereka berkurang atau kedudukannya turun sedikit pun."

MasyaAllah, betapa indahnya ayat ini. Keluarga yang dipisahkan di dunia, akan dipertemukan kembali di surga, dengan syarat iman dan amal shalih. Yang dimana amal shalih itu bisa meninggikan amal shalih keluarga lainnya tanpa mengurangi derajat pelaku amal shalih.

Saya jadi teringat hadist Nabi yang diriwayatkan Imam Ahmad, Rasulullah bersabda "Sesungguhnya Allah meninggikan derajat seorang hamba yang shalih di dalam surga, maka dia (hamba) pun berkata 'Ya Rabbi, dari manakah aku mendapatkan karunia ini?' Maka Allah berfirman, 'Ia bersebab doa istighfar dari anakmu bagimu."

MasyaAllah, Allahu Akbar.

Ayat ini menegaskan kepada kita, berpisah di dunia hanya sementara. Perpisahan hakiki terjadi ketika tak bertemunya lagi di akhirat, karna yang satu di surga dan yang lain tidak.

Maka sudah sepantasnya bagi kita berdo'a agar kita dan keluarga kita bertemu di Jannah-Nya kelak.

📷 Ya Rabbi, pertemukan hamba dan Ibu hamba di surga-Mu. Kumpulkanlah hamba dengan Ayah, Ibu, Istri, Anak2, Kakak, Adik hamba di jannah-Mu kelak. Aamiin.

Ditulis tanggal 9 November 2020

Senin, 07 November 2022

Penerus dalam Menyembah Allah

Bismillah.

Saya pernah dapat nasihat dari seorang ustadz, pesannya kurang lebih seperti ini : "Saat melihat anak, lihatlah mereka sebagai penerus dalam Menyembah Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Sehingga segala hal yang kita berikan kepada mereka, mulai dari kasih sayang, waktu, tenaga, pendidikan, harta dan lainnya. Menjadi pemberian kepada para penyembah Allah, umat Nabi Muhammad SAW."

Begitulah niat bekerja. Setiap orangtua pasti membesarkan anak dengan niat berbeda-beda. Serta pandangan kepada anak yang tak sama.

Ada dengan niat agar anak bisa jadi kebanggaan, ada yang memandang anak sebagai tumpuan hidup di hari tua, ada pula yang meniatkan agar menjadi penerus dalam beragama Islam. Atau bahkan tak ada pandangan dan niat sama sekali, asal gede aja nih anak.

Semuanya berawal dari pandangan awal dan niat, jika kita meniatkan dalam membesarkan anak hanya berdasarkan dunia, kita hanya mendapatkan dunia. Jika mengharapkan akhirat, dunia dan akhirat sekaligus didapat.

Anak Sholeh yang taat menyembah Allah sesuai tuntunan Agama Islam, pasti akan jadi kebanggaaan ortunya dan pasti siap jadi tumpuan ortunya di usia renta.

Namun anak yang dapat dibanggakan dan berbakti pada ortu, belum tentu mereka taat dalam penyembahan kepada Allah.

Jadi mulailah kita memandang anak sebagai umat Nabi Muhammad yang menyembah kepada Allah. Sebagai penerus kalimat Tauhid di muka bumi.

Sehingga segala pengorbanan yang kita berikan untuk sang buah hati, bernilai pahala karena merawat anak yang ketika besar menjadi hamba Allah yang taat.

#MelanglahMenginspirasi
#MenjadiOrangTua

Ditulis 8 November 2020

Selasa, 01 November 2022

Bermanfaat Bagi Pemberi

Jika kita berpikir bahwa pemberian hanya atau lebih bermanfaat bagi para penerima, jelas ini kurang tepat.

Ia tentunya lebih besar bahkan lebih dulu bermanfaat bagi si pemberi. Karena bila kita menghitung-hitung dampak dari pemberian, terutama di akhirat, maka apa yang kita berikan di dunia tak seberapa.

Hal ini saya dapatkan dari taujih Ust. Agus beberapa minggu lalu dalam agenda pelantikan IKADI.

Namun berharap pamrih sejak awal memberi, apalagi berharap balasan dunia lagi, seperti memberi 50 juta berharap langsung dibalas 1,4 M. Jelas kurang pas juga.

Ungkap guru kami, Ust Zulfi "Jangan takut mengeluarkan sebagian harta dunia demi memperoleh akhirat, bukan jangan takut mengeluarkan sebagian harta dunia demi mendapatkan dunia yang lebih banyak lagi. Karena untuk dunia sudah ditentukan dan dijamin oleh Allah jauh-jauh sebelum manusia diciptakan."

Jadi ungkapan motivator yang bicara ayo sedekah kijang biar dapet fortuner agak bagaimana gitu. Memberi juga harus memiliki niat yang ikhlas. 

Ikhlas berharap balasan hanya dari Allah, baik balasan di akhirat ataupun di dunia. Dan kita serahkan kepada Sang Maha Tahu kapan waktu terbaiknya. Jika tidak di dunia, semoga berlipat-lipat di akhirat. Bukankah balasan akhirat jauh lebih indah?

Jika sejak awal sedekah hanya berharap dunia, takutnya ternyata Allah hanya membalas di dunia saja. Sudah habis balasannya di dunia, karena niatnya awalnya memang hanya ingin mendapat rumah, mobil mewah, hp terbaru, dll.

Maka yuk sama-sama perbaiki hati ketika memberi. Agar pemberian itu bermanfaat bukan hanya untuk penerima, namun kepada pemberi.

#MelangkahMenginspirasi

Selasa, 04 Oktober 2022

Malpraktek Gas Air Mata, Si Pangkal Bala

Kesal, sedih, marah, geram, dan berbagai perasaan campur aduk dalam hati. Sejak kejadian kanjuruhan. Euforia menonton bola saya sedang meredup.

Saya menonton MCity vs MU, biasanya jika MU dipermalukan seperti itu dalam derby, saya sudah mengupdate kelucuan permainan MU. Tapi enggan hati melakukannya.

Begitu juga ketika saya menonton timnas u17 semalam, padahal skor Indonesia mengagumkan, 14-0 lawan guam. Tapi benar2 tak menarik untuk berbahagia atas kemenangan timnas.

Benar2 dingin hati saya sekarang menonton bola, padahal saat saya menonton Arema vs Persebaya lewat HP. Saya terhibur melihat pertandingan seru dan panas, wajar karna ini derby. Tapi saya tidak habis fikir diakhir laga ratusan orang meninggal.

Lalu kenapa saya geram, ya saya geram. Kenapa harus ada Gas Air mata?

Suporter yg turun ke lapangan memang melanggar, tapi dampak  paling buruknya mungkin hanya rusaknya fasilitas stadion. Itu hanya tinggal didenda arema dan aremania. Selesai.

Karena tak ada bonek, jadi sesama aremania tak mungkin saling menyakiti walau kondisi chaos. Tak mungkin ada provokasi.

Tapi, jika turun kelapangan dilawan dengan gas air mata.  Apalagi ditembakkan ke tribun.

Saya bisa tegas mengatakan ini "malpraktek" dalam penanganan kerusuhan. Dan hukumannya tak bisa hanya administratif.

Karena "sudah sesuai prosedur" yang dikatakan Polda Jatim dalam penggunaan gas air mata, menunjukkan memang kesalahan  prosedur yg ditetapkan pihak keamanan. Knp kesalahan? Karena bertentangan dengan aturan FIFA.

Ya, gas air mata lah si pangkal bala.

Karena jika seandainya tak ada gas air mata, tak akan ada orang2 yg hipoksia, kesulitan nafas bahkan hingga kehabisan nafas.

Tak akan ada orang2 yg panik berlarian dengan mata terpejam karna perih, lalu terjatuh dan terinjak-injak.

Faktanya terinjak dan sulit nafas, menurut petugas medis yang paling banyak jadi penyebab kematian.

Jadi, saya berharap tim investigasi dapat mencari siapa penanggunghjawab gas air mata ini. Dan dihukum secara adil.

Dan PSSI, Panpel, PT.LIB dan pihak bertanggungjawab lainnya mendapat konsekuensi yang adil pula.

#KanjuruhanBerdukaCita

Senin, 23 Mei 2022

Dunia Bagai Jalan Penuh Duri

Bismillah

Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya pernah mengutip perbincangan dua insan mulia. Obrolan dua Sahabat Nabi yang penuh makna dan banyak pembelajaran.

Ketika itu Umar Ibn Khattab r.a pernah bertanya kepada Ubay bin Ka'ab r.a, "Wahai Ubay, apa makna takwa?"

untuk menjawab pertanyaan ini, Ubay bin Ka'ab bertanya balik kepada Umar. "Wahai Umar pernahkan engkau berjalan melewati jalan yang penuh duri?"

"Tentu saja pernah" jawab Umar. "Apa yang engkau lakukan saat itu?" Ubay bertanya kembali.

Mendengar pertanyaan itu, Umar kembali menjawab "Saya akan bersungguh-sungguh dan berhati-hati agar tak terkena duri."

"Itulah Takwa" tegas Ubay bin Ka'ab.

Dari percakapan sarat ilmu dari insan bertakwa ini kita belajar bahwa menjadi manusia bertakwa adalah menjadi sosok yang senantiasa berhati-hati dan waspada.

Karena memang dunia ini bagai jalan penuh duri, duri-duri yang dapat menjerumuskan seorang insan dalam kubangan dosa.

Sepanjang jalan dunia yang penuh duri ini, disetiap sudutnya setan selalu bersedia mengajak maksiat. Dan disetiap keloknya godaan berbuat kemunkaran pasti ada.

Karena begitu banyaknya godaan, manusia bertakwa akan memaksimalkan seluruh indranya untuk menjaga diri. Dia tajamkan matanya, dia kontrol lisannya, dia perhatikan pendengarannya dan dia gunakan seluruh tubuhnya agar mampu menjauhi larangan Allah.

Lalu dia kendalikan nafsunya, dia tahan amarahnya, dia tekan kesombongannya lalu dia curahkan segala energinya untuk menjalankan perintah Allah.

Dan bulan puasa adalah moment sempurna untuk melatih diri agar menjadi manusia yang waspada di dunia penuh duri ini. Itulah mengapa output dari bulan Ramadhan ini adalah menjadi insan bertakwa. Seperti yang Allah firmankan di Surat Al Baqarah yang isinya pasti kita hafal itu.

#MelangkahMenginspirasi
28 April 2021

Tak Ada Kewajiban Membahagiakan Semua Orang

Bismillah

Pahamilah,
bahwa tak semua pasang mata harus engkau buat kagum.

Tak juga seluruh pasang telinga harus engkau bikin takjub.

Engkau hanya cukup memastikan hatimu bahagia dan tidak ada hukum agama serta negara yang engkau langgar.

cukup, sungguh cukup hanya itu.

Tak perlu perasaan tak enak merusak pilihanmu.

Tak usah rasa segan membuatmu ragu hingga sulit untuk maju.

Miliki prinsip yang engkau pegang, tentukan pilihan hidupmu, dan jalani itu semua dengan hati gembira.

Nikmati segala pilihanmu dengan segala konsekuensinya.

Perjuangkan cita-citamu dengan segala pengorbanan didalamnya.

Senangkan dulu dirimu dengan apa yang ingin engkau raih,

dan jangan pernah engkau korbankan suka cita dalam hati hanya untuk kebahagiaan mereka yang suka asal bicara tentang dirimu.

Karena memang kita tak ada kewajiban untuk membahagiakan semua orang. 

#MelangkahMenginspirasi
29 April 2021

Boleh Patah, Tapi

Hati ini boleh patah,
Tubuh ini boleh lelah,
tapi tak boleh ada kata menyerah.

Badan ini bisa saja tersungkur.
Kondisi hidup bisa juga babak belur.
Tapi pantang diri untuk mundur.

Sesulit apapun keadaan hidup.
Takkan mampu menjadikan asa terputus.
Karena kita punya banyak alasan untuk terus maju.

Jangan pernah khianati mimpi dan cita-cita.
Jika bukan kita yang berusaha, 
siapa lagi yang akan memperjuanngkannya?

@azmulpawzi

#MelangkahMenginspirasi 
3 Mei 2021

Tanda Mencintai Anak

Bismillah.

Seperti anak-anak biasanya, yang pikiran dan pengetahuannya masih terbatas. Dulu ketika SD saya cukup iri kepada teman-teman yang dibelikan PS 1 oleh orangtuanya.

Saya mengenal PS1 ketika Piala Dunia 2002 yang Brazil dan Ronaldo botaknya juara. Waktu itu saya bermain Winning Eleven di rental PS bersama beberapa teman, tapi jelang bbrp minggu setelah itu, hampir semua teman ketika bermain di rental itu sudah dibelikan PS oleh ortu mereka.

Jelas dengan segala kebodohan saya waktu itu, saya iri. Karena teman-teman sepermainan sudah punya PS dan saya sudah meminta dan tak dibelikan. Saya merasa kalo cinta anak harusnya dibelikan dong maunya anak.

Lalu semakin saya belajar, saya semakin paham bahwa Orangtua terbaik yang benar-benar mencintai anaknya bukan mereka yang selalu memberikan kemauan anak seperti game terbaru, HP tercanggih, kendaran yang bagus, dll. Karena selain merusak mental, menjadikan anak manja juga banyak keburukan lainnya.

Namun orangtua terbaik yang benar mencintai anaknya akan memberikan fasilitas ke anak yang berujung dua hal ini : Ilmu dan Iman.

Penambahan pengetahuan yang mampu meningkatkan iman.

Kenapa ilmu penting? Karena tanpanya kita tak akan mengenal Allah, Rasul dan hakikat diri. Tanpa ilmu juga takkan mampu mengenal agama. dan tanpa ilmu, kita takkan mampu menakhlukan kehidupan ini.

Mereka yang tak berilmu akan menjadi pecundang sejati di muka bumi.

Jadi segala akses pendidikan baik formal maupun non formal, mendidik sendiri dan /atau dititipkan kpd guru kompeten menjadi tanda kecintaan orangtua kepada anaknya.

Makanya saya bingung kalo ada ortu yg mengaku cinta anak namun tak ingin mendidik anaknya atau tak mendorong anaknya untuk belajar lebih menambah pengetahuan dan keahlian.

Begitu juga dengan iman, seharusnya ilmu yg didapat sang anak, membawanya menjadi insan beriman. Maka sudah kewajiban para ortu mengontrol si anak dalam hal keimanan.

Itulah mengapa Allah memerintahkan di surat At-Tahrim untuk kita menjaga diri dan keluarga dari api neraka. Serta pesan Luqman kepada anaknya yang terdapat di Al-Qur'an juga berisi pesan-pesan iman.

Makanya saya juga tak habis fikir, bagaimana bisa ada ortu yg membiarkan anaknya terjerumus dalam kemaksiatan.

Saya menemukan ada ortu yang membiarkan anaknya mabuk-mabukan, santai saja ketika anaknya bersenang-senang dengan zina (pacaran), dan tak terusik hatinya ketika anaknya tak sholat. Na'udzubillah Min Dzalik.

Semoga kita bisa menjadi orangtua yang bisa memberikan fasilitas untuk penambahan ilmu dan peningkatan iman anak-anak kita.

Karena itu adalah bekal cinta terbaik untuk sang buah hati.

#MelangkahMenginspirasi
#MenjadlOrangTua

📷 Abg Ibad dan Adek Hawa, sorry y aunty dicrop fotonya 😂

25 Mei 2021

Menulis Buku & Penerbit Mayor

Sejak mulai belajar menulis secara otodidak saat masih siswa SMA kira-kira di tahun 2011 dengan cara menulis di blog pribadi. 

Saya sudah menargetkan bahwa diri ini tak ingin hanya pandai menulis. Tapi tulisan yang dihasilkan juga harus berkualitas secara kaidah maupun isi.

Maka pikiran sederhana saya ketika itu, tulisan itu harus diuji. Oleh siapa? Oleh editor profesional yang bernaung dalam penerbit mayor yang besar.

Layaknya skripsi yang harus diuji oleh dosen yang jelas lebih profesional dalam dunia akademik. Maka naskah buku juga seperti itu.

Pernyataan ini tidak ada hubungannya dengan kualitas penulis buku indie, karena saya juga menemukan banyak penulis indie yang keren. Tapi sebagai siswa yang sedang bermimpi, tentu saya butuh standar sederhana.

Itulah mengapa sejak belajar jadi penulis, saya menargetkan naskah yang ditulis dapat menembus penerbit mayor dan dipasarkan di toko2 buku besar se Indonesia.

Hari ini, saya memang baru merampungkan dua naskah. Dan Alhamdulillah keduanya sudah diterbitkan oleh dua penerbit mayor yang besar dan terkenal serta sudah tersebar di toko2 buku besar seperti Gramedia se Indonesia.

Para pecinta buku terutama fiksi dan religi rasanya tak mungkin tak mengenal dua penerbit mayor ini.

Buku pertama saya "Sewindu Menata Rindu" terbit tahun 2017 oleh Penerbit @Mediakita, penerbit buku dengan followers terbesar di Instagram.

Buku bercover putih hitam ini berisi prosa dan senandika yang membedah cinta juga rindu secara lebih manis dan penuh hikmah.

Buku kedua "Langkah Nyata Mahasiswa Menginspirasi", terbit akhir tahun 2020 oleh Penerbit @quantabooks

Buku dengan cover biru ini berisi tentang langkah konkrit agar para mahasiswa dapat meraih kemampuan dan pencapaian terbaiknya selama di kampus. Dan tentunya juga menebar manfaat di lingkungannya.

Tentunya tips dalam buku ini disampaikan dengan bahasa ringan dan aplikatif untuk dijalankan. Jadi sangat bagus dibaca mahasiswa baru maupun senior juga para calon mahasiswa.

Bagi teman2 yang ingin memiliki kedua buku karya saya ini, bisa cek Gramedia/toko buku terdekat atau toko online bisa juga.

Salam #Literasi

#MelangkahMenginspirasi
14 Juli 2021

Terlihat Tidak Mungkin

Bismillah.

Berapa kali kita merasa mimpi kita terlalu tinggi untuk dicapai? Berapa kali kita memandang harapan kita terlihat tidak mungkin untuk direngkuh?

Dan sudah berapa kali kita berhasil menggapai apa yang kita inginkan, padahal sebelumnya pikiran kita berkata takkan bisa?

Begitulah cita-cita di kehidupan, akan selalu terlihat tidak mungkin sampai kita berhasil meraihnya.

Maka tugas kita bukan hanya berangan-angan, lalu rendah diri karena yang diharapkan terlalu sulit dan terlampau banyak ujian yang dijalannya.

Namun berusaha sekuat tenaga, mengerahkan segala usaha serta iringan doa kepada-Nya, agar apa yang kita mimpikan menjadi kenyataan.

Tetap semangat, dan teruslah berjuang. Hingga nanti kita berdiri dan berkata, "Dulu gue merasa ini ngga mungkin, tapi sekarang gue berhasil menaklukkannya".

#MelangkahMenginspirasi
15 Agustus 2021

Memulai Kembali

Bukan suatu masalah jika sebagian mimpimu berantakan. Tak mengapa jika beberapa target hidupmu belum juga tercapai.
Sungguh, tak apa-apa.

Sedih mungkin manusiawi. Namun tak perlu bersusah hati, apalagi meratapi.

Engkau masih bisa memulai kembali, mempelajari kesalahan yang didapat dari evaluasi, mengulang membuat perencanaan lagi, lalu berusaha lebih kuat lagi.

Kalau perlu engkau bisa targetkan hal-hal kecil lagi, agar mudah untuk dijalani, sekedar untuk meningkatkan percaya diri.

Ingatlah,

meski begitu pedih jatuh yang engkau rasa,
kendati perih sakit yang engkau dera,
engkau masih punya seribu alasan untuk terus berusaha,
memulai kembali segala upaya mengejar cita.

Yok bisa yok.
Bismillah.

#MelangkahMenginspirasi
9 September 2022

Hadapi itu Semua


Bismillah

Kita tak akan mampu bertumbuh menjadi insan yang matang bila terus melarikan diri dari masalah yang ada.

Kita tak mungkin bisa berkembang menjadi manusia hebat jika selalu kabur dari ujian kehidupan yang menerpa.

Hadapi itu semua, walau memang perih, pedih, menyakitkan dan menyesakkan dada.

Karena adanya kesulitan untuk menempa diri menjadi pribadi yang berdaya. Karena setiap problema yang hadir untuk mendewasakan kita.

Hatimu memang tersayat luka,

matamu mengeluarkan air mata duka,

acap kali berbuat leka,

sebab kepelikan yang datang tanpa bisa diterka.


Tapi tak mengapa, 

engkau masih boleh tersenyum ceria,

Berdiri tegak menatap ke muka,

Dan berteriak InsyaAllah aku bisa.


#MelangkahMenginspirasi

8 November 2022

📷 Senyum ceria Abang Ibad

Rendah Hati dan Terus Belajar

Berapa banyak ilmu yang seharusnya kita dapat, hilang begitu saja karena tak ingin duduk untuk mendengar nasihat orang lain?

Berapa banyak nilai kebenaran yang luput dari kita, karena terlalu meninggikan kelompok sendiri dan merendahkan jama'ah orang lain?

Dan berapa banyak hikmah yang berlalu bergitu saja karena merasa diri sudah berilmu dan enggan menerima kebenaran dari pihak lain yang dianggap lebih jahil?

Jika ternyata banyak, bisa jadi sombong telah menjangkiti hati kita.

الْÙƒِبْرُ بَØ·َرُ الْØ­َÙ‚ِّ ÙˆَغَÙ…ْØ·ُ النَّاسِ

"Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain."

Begitulah sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.

Kedudukan di masyarakat, pendidikan, kekayaan, jabatan, bakat, dan berbagai kelebihan lain yang tak terkelola dengan baik bisa makin menyuburkan sifat ini.

Maka mulailah belajar merendahkan hati ini, mulai menyadari bahwa diri kita bukan siapa-siapa.

Seperti ungkapan guru kita, DR. Arrazy bahwa "Orang Alim pasti tawadhu, dan orang yang sedikit ilmu pasti sombong."

Karena memang hanya mereka penyelam handal yang paham betapa dalamnya samudra.

Seperti hikmah dari Kyai Rahmat : 
“Merendahlah, engkaukan seperti bintang gemintang, berkilau dipandang orang di atas riak air dan sang bintang nun jauh tinggi. Janganlah seperti asap yang mengangkat diri tinggi di langit padahal dirinya rendah hina.“

#MelangkahMenginspirasi
1 Februari 2022

Senin, 09 Mei 2022

Menikmati Masa

Seperti kata orang terdahulu, roda itu berputar, ada masanya kita dibawah dan ada masanya kita diatas.

Ada kalanya harapan yang terpendam mampu kita raih dengan begitu indah.

Tapi ada pula kalanya impian gagal diperoleh walau sudah berusaha dengan susah payah.

Ada saatnya target yang kita rencanakan mampu terealisasi dengan baik. Kadang pula ada keinginan yang entah kapan bisa kita capai.

Tapi begitulah hidup, ada hal manis untuk dirasakan dan hal pahit untuk diambil pelajaran.

Tugas kita hanya menikmati masa-masa ini, tentunya dengan rasa syukur yang tiada henti.

Walau bagaimanapun, sesedih apapun kegagalan yang kita rasa. Tetap saja jauh lebih besar curahan nikmat Allah untuk kita.

#MelangkahMenginspirasi