Minggu, 18 Desember 2022

Messi dan Cerita Hampir Menyerah

Gagal di tiga final Copa Amerika dan satu final Piala Dunia membuat hati Messi hancur berkali-kali. Lebih dari satu kali dia memilih ingin berhenti.

Pemain dengan gelar La Pulga ini sudah meraih segalanya dalam karir klub dan individu, semua gelar domestik, benua hingga dunia telah dia raih bersama Barcelona. Semua Gelar individu baik pemain terbaik dari liga hingga Ballon D'or serta topskor berulang kali pula dia rasakan.

Namun cerita indah itu tak berlaku dengan karir bersama tim nasional, Messi berulang pula patah hati dengan perjalanannya bersama Argentina.

Terlebih saat 2016, rival terbesarnya, Cristiano Ronaldo membawa Portugal Juara Euro, sedangkan dia kalah melawan Chile di Final Copa America. Makin besar badai hujatan yang La Pulga terima, bahkan dari fans Argentina sendiri.

Kekalahan pertama Messi di partai puncak terjadi tahun 2007, Albiceleste dibungkam Brazil 3-0. Namun ketika itu Messi masih sangat muda, usia 20 tahun. Belum menjadi kapten, bahkan tak menyandang nomor 10. Kekalahan Argentina lebih menyorot Tevez, Riquelme dan Zanetti.

Kekalahan pertama La Pulga sebagai kapten di laga final terjadi di ajang paling bergengsi sepakbola, Messi harus puas sebagai runner up setelah gol Gotze membawa Jerman Juara.

Sempat ingin pensiun, namun setelah bujukan berbagai pihak termasuk Presiden Argentina, Messi kembali membela Tim Tango, namun nasib kurang beruntung masih menghantui.

Dua kali berturut-turut Messi gagal di Final Copa America, di kalahkan Chile pada tahun 2015 dan 2016. Dan ini menjadi salah satu kekalahan paling menyakitkan sepanjang karirnya.

Di masa inilah fase nadir karir Messi bersama Albicelestes. Berbagai tekanan dan cemo'ohan mewarnai hidupnya. Puncaknya Messi mengumumkan pensiun dari Argentina di usia baru 29 tahun.

Dia mengucapkan "Bagi saya, timnas sudah berakhir. Saya sudah melakukan segalanya. Rasanya sakit tidak bisa jadi juara,"

Dia ingin menyerah, terlebih dirinya selalu dibandingkan dengan CR7 yang sukses membawa Portugal juara Euro lalu diikuti pula juara UEFA Nation League.

Namun pada akhirnya Messi memilih untuk terus melangkah, walau tertatih-tatih membangun harapan kembali, kekalahan demi kekalahan tetap saja menghampiri Messi dan Argentina.

Pada Piala Dunia 2018 hanya sampai 16 besar, ditambah Copa America 2019 hanya sampai semi final. Messi hampir kembali menyerah, namun dia kembali comeback dan menguatkan hati.

Dan cerita melegenda itu akhirnya terbit, dia berhasil juara Copa America pada pertengahan 2021. Saya menonton final melawan brazil itu, saat pluit akhir berbunyi, Messi tersungkur bahagia. Teman-teman satu tim mengejar dan memeluknya.

Satu mimpinya untuk meraih piala bersama Argentina tercapai, dan semalam Messi menggenapkan pencapaian sepakbolanya dengan menjuarai ajang sepak bola paling bergengsi sejagat raya : Fifa World Cup 2022 atau yang kita kenal Piala Dunia.

Dari Messi kita dapat belajar bahwa kita boleh hampir menyerah atas kekalahan-kekalahan besar dalam hidup. Namun ketika kita benar-benar berhenti, disitulah kegagalan sejati.

Selagi masih ada kesempatan dan harapan dalam hati, kita harus memaksimalkan ikhtiar untuk mencapai mimpi dan cita. Kisah Messi ini dapat menjadi inspirasi bagi mereka yang berulang kali gagal, namun menolak menyerah.

Dan akhir yang manis menjadi epilog karir Messi. Dia sukses mencapai cita dengan pertandingan final yang paling menghibur dan menegangkan yang pernah saya tonton. Btw, saya sudah menonton seluruh final Piala Dunia sejak 2002 hingga 2022 ini.

Selamat Argentina, Selamat Messi. Anda sukses menegaskan diri sebagai pemain bola Greatest of All Time. 

#MelangkahMenginspirasi

0 komentar:

Posting Komentar