Minggu, 10 Mei 2015

Gak Pacaran itu Berat Coy, Makanya Balasannya Indah, Yaitu Surga.

“Zaman sekarang ngga pacaran? Ya ampun, pasti kamu nggak laku, nggak cantik atau nggak ganteng, nggak tajir, nggak gaul. Ya iyalah, Masa abad 21 nggak pacaran. Enggak banget.”  Pernah dengar kata-kata seperti ini? Atau mungkin nuansa kata-katanya sama? Ya, saya sudah mendengar kata-kata ini sejak kelas satu SMP. Dimana punya pacar itu memiliki status sosial sendiri dalam pergaulan remaja. Hingga setiap hati para remaja akan resah kala dirinya belum memiliki pacar.
pict by google


           Ya lihatlah, siapa coba yang mau meninggalkan ini? Kamu di tanyain makan tiap hari, kamu ditanyai kabarnya tiap saat, kamu di gombalin, kamu di anterin cowok kamu kalo mau kemana-mana, kalo lagi badmood ada temen buat have fun, Bersenang-senang ria menikmati masa muda, kalo bosen, ya putusin, terus nyari ‘cinta’ yang lain, dan banyak lagi deh fasilitas yang di suguhkan sesuatu bernama pacaran ini. Dan dengan fasilitas istimewa ini tentu banyak para pemuda yang terbuai.

            Akan tetapi, kalo kita perhatikan lebih dalam, ternyata banyak loh pemuda yang meninggalkan kebiasaan ini atas nama prinsip. Sekali lagi, atas nama prinsip. Bukan karena mereka tidak laku, namun karena cinta mereka sangatlah mahal, maka tidak pantas sebuah hubungan bernama pacaran membeli cinta mereka.  

            Kerenkan? Kalian pasti terheran-heran, kok bisa mereka meninggalkan indahnya masa pacaran itu. Padahal tidak mudah meninggalkan ini, sekali lagi, ngga mudah meninggalkan kebiasaan ini. Karena ini telah merasuk sangat dalam dalam kehidupan pemuda. Sejak mereka belum baligh sampe udah umur belasan, istilah pacaran udah familiar di otak mereka.

            Saya ada beberapa cerita nih, dulu ada seorang perempuan. Temen saya di Jakarta, dia sudah pacaran sejak SMP, udah lengket banget deh sama cowoknya. Dan pada suatu ketika, dia menanyakan saya yang dalam kaca mata dia, berubah 180 derajat (maklum waktu itu udah ikut mentoring). Terus dia nanyain hukum pacaran, awalnya dia bilang “Ya tapi gue udah cinta ama dia, lagi pula gue pacaran gak kayak yang lain kok, ya paling pegang tangan, sama jalan-jalan aja. Dan yang pasti gue cinta ama dis, susah ninggalinnya”. Tapi setelah sekian lama dan panjang proses, dia putusin cowoknya itu yang udah bertahun-tahun di pacarin. Hingga sekarang, jilbabnya udah lebar dan berusaha meningkatkan kadar kedekatannya kepada Allah.  “Berat sih, tapi ya harus bertekad untuk taubat” itu kata dia saat awal memutuskan pilihan ini.

            Lalu ada seorang laki-laki, dari Jakarta juga (Maklum masa remaja saya di Jakarta terus, contohnya ya bocah Jakarta aja). Waktu itu dia sering gonta-ganti cewek, kayak sepatu aja, hampir tiap bulan ganti. Terus dalam ceritanya, dia dapet pencerahan gitu. Dan dengan ikut mentoring, dia bertekad untuk berubah dan meninggalkan pacar-pacaran ini. Sampai pada suatu titik, ada seorang adek kelas itu suka sama dia, dan dia pun juga suka sama adek kelas itu. Ade kelas itu cantik, putih dan lain-lainlah, dan mereka pernah pedekate sebelum lelaki ini taubat. Tapi dia udah bertekad untuk ninggalin kebiasaan maksiat ini. Jadi dia jauhin adek kelas itu.

            Hingga pada suatu saat, lelaki ini ngeliat adek kelas ini udah jadian sama cowok lain. Dan udah goncengan bareng saat pulang sekolah. Dan ini yang menarik, dia cerita “Pada waktu itu, gue ngerasa Allah nguji gue banget. Ya Allah, ternyata ninggalin pacaran itu berat juga ya. Pernah gue mikir, padahal bisa gue itu yang nganterin dia pulang, megang tangan dia dan lain-lain. Tapi Allah ngejaga gue, hingga pada akhirnya gue minta di kuatin sama Allah buat jalaninya”. Saya tersenyum, dan jika mengingat cerita yang di alami lelaki itu, ini menunjukkan melawan arus itu berat, tapi disitulah ujian yang Allah kasih.

            Coba kita perhatikan sama-sama, mau alasannya cinta yang mengakar dengan hubungan yang udah bertahun-tahun, atau mau alasan selalu tidak tahan ngeliat cewek cantik serta alasan yang lainnya. Semuanya udah ada yang melewatinya. Dan memang, meninggalkan kebiasaan ini berat. Tapi ingat, surga itu hanya bisa dicapai dengan perjuangan menjalankan perintah Allah. Surga itu mahal, butuh pengorbanan. Ketahuilah teman-teman, salah satu dari tujuh golongan yang dijamin masuk surga dalam hadits riwayat Muslim adalah Lelaki yang digoda wanita kaya raya lagi cantik dan ia mengatakan “Sesungguhnya aku takut kepada Allah”.

            Jadi jika ada, laki-laki atau perempuan yang godain kamu bahkan nembak “Lu mau ga jadi pacar gue? Mengisi hati gue yang lagi kosong” Nah jawab aja seperti apa yang di sabdakan Rasulullah tadi. “Sesunnguhnya gue takut sama Allah” . Insya Allah, itu bisa jadi langkah kita menapaki jalan menuju jannahnya. Aamiin

Berat memang, tapi kalau bayarannya surga, kenapa tidak?

Semoga Bermanfaat.
            
Azmul Pawzi

1 komentar:

  1. bisa saja tapi bener kok jika pacaran cenderung berbuat maksiat. nggak pacaran asal bisa tetap dijalan yang bener itu lebih baik karena jauh dari godaan.

    BalasHapus