“Zaman sekarang ngga pacaran? Ya
ampun, pasti kamu nggak laku, nggak cantik atau nggak ganteng, nggak tajir, nggak
gaul. Ya iyalah, Masa abad 21 nggak pacaran. Enggak banget.” Pernah dengar kata-kata seperti ini? Atau mungkin
nuansa kata-katanya sama? Ya, saya sudah mendengar kata-kata ini sejak kelas
satu SMP. Dimana punya pacar itu memiliki status sosial sendiri dalam pergaulan
remaja. Hingga setiap hati para remaja akan resah kala dirinya belum memiliki
pacar.
Ya lihatlah, siapa coba yang mau
meninggalkan ini? Kamu di tanyain makan tiap hari, kamu ditanyai kabarnya tiap
saat, kamu di gombalin, kamu di anterin cowok kamu kalo mau kemana-mana, kalo
lagi badmood ada temen buat have fun, Bersenang-senang ria menikmati masa muda,
kalo bosen, ya putusin, terus nyari ‘cinta’ yang lain, dan banyak lagi deh
fasilitas yang di suguhkan sesuatu bernama pacaran ini. Dan dengan fasilitas
istimewa ini tentu banyak para pemuda yang terbuai.
Akan tetapi, kalo kita perhatikan
lebih dalam, ternyata banyak loh
pemuda yang meninggalkan kebiasaan ini atas nama prinsip. Sekali lagi, atas
nama prinsip. Bukan karena mereka tidak laku, namun karena cinta mereka
sangatlah mahal, maka tidak pantas sebuah hubungan bernama pacaran membeli
cinta mereka.
Kerenkan? Kalian pasti
terheran-heran, kok bisa mereka meninggalkan indahnya masa pacaran itu. Padahal
tidak mudah meninggalkan ini, sekali lagi, ngga mudah meninggalkan kebiasaan
ini. Karena ini telah merasuk sangat dalam dalam kehidupan pemuda. Sejak mereka
belum baligh sampe udah umur belasan, istilah pacaran udah familiar di otak
mereka.
Saya ada beberapa cerita nih, dulu ada seorang perempuan. Temen
saya di Jakarta, dia sudah pacaran sejak SMP, udah lengket banget deh sama cowoknya. Dan pada suatu ketika, dia menanyakan
saya yang dalam kaca mata dia, berubah 180 derajat (maklum waktu itu udah ikut
mentoring). Terus dia nanyain hukum pacaran, awalnya dia bilang “Ya tapi gue
udah cinta ama dia, lagi pula gue pacaran gak kayak yang lain kok, ya paling
pegang tangan, sama jalan-jalan aja. Dan yang pasti gue cinta ama dis, susah
ninggalinnya”. Tapi setelah sekian lama dan panjang proses, dia putusin
cowoknya itu yang udah bertahun-tahun di pacarin. Hingga sekarang, jilbabnya
udah lebar dan berusaha meningkatkan kadar kedekatannya kepada Allah. “Berat sih, tapi ya harus bertekad untuk
taubat” itu kata dia saat awal memutuskan pilihan ini.
Lalu ada seorang laki-laki, dari
Jakarta juga (Maklum masa remaja saya di Jakarta terus, contohnya ya bocah Jakarta
aja). Waktu itu dia sering
gonta-ganti cewek, kayak sepatu aja, hampir tiap bulan ganti. Terus dalam ceritanya,
dia dapet pencerahan gitu. Dan dengan
ikut mentoring, dia bertekad untuk berubah dan meninggalkan pacar-pacaran ini.
Sampai pada suatu titik, ada seorang adek kelas itu suka sama dia, dan dia pun
juga suka sama adek kelas itu. Ade kelas itu cantik, putih dan lain-lainlah,
dan mereka pernah pedekate sebelum lelaki ini taubat. Tapi dia udah bertekad
untuk ninggalin kebiasaan maksiat ini. Jadi dia jauhin adek kelas itu.
Hingga pada suatu saat, lelaki ini
ngeliat adek kelas ini udah jadian sama cowok lain. Dan udah goncengan bareng
saat pulang sekolah. Dan ini yang menarik, dia cerita “Pada waktu itu, gue
ngerasa Allah nguji gue banget. Ya Allah, ternyata ninggalin pacaran itu berat
juga ya. Pernah gue mikir, padahal bisa gue itu yang nganterin dia pulang,
megang tangan dia dan lain-lain. Tapi Allah ngejaga gue, hingga pada akhirnya gue
minta di kuatin sama Allah buat jalaninya”. Saya tersenyum, dan jika mengingat
cerita yang di alami lelaki itu, ini menunjukkan melawan arus itu berat, tapi
disitulah ujian yang Allah kasih.
Coba kita perhatikan sama-sama, mau
alasannya cinta yang mengakar dengan hubungan yang udah bertahun-tahun, atau
mau alasan selalu tidak tahan ngeliat cewek cantik serta alasan yang lainnya. Semuanya
udah ada yang melewatinya. Dan memang, meninggalkan kebiasaan ini berat. Tapi
ingat, surga itu hanya bisa dicapai dengan perjuangan menjalankan perintah
Allah. Surga itu mahal, butuh pengorbanan. Ketahuilah teman-teman, salah satu
dari tujuh golongan yang dijamin masuk surga dalam hadits riwayat Muslim adalah
Lelaki yang digoda wanita kaya raya lagi cantik dan ia mengatakan “Sesungguhnya
aku takut kepada Allah”.
Jadi jika ada, laki-laki atau
perempuan yang godain kamu bahkan nembak “Lu mau ga jadi pacar gue? Mengisi
hati gue yang lagi kosong” Nah jawab aja seperti apa yang di sabdakan
Rasulullah tadi. “Sesunnguhnya gue takut sama Allah” . Insya Allah, itu bisa
jadi langkah kita menapaki jalan menuju jannahnya. Aamiin
Berat
memang, tapi kalau bayarannya surga, kenapa tidak?
Semoga
Bermanfaat.
Azmul Pawzi
bisa saja tapi bener kok jika pacaran cenderung berbuat maksiat. nggak pacaran asal bisa tetap dijalan yang bener itu lebih baik karena jauh dari godaan.
BalasHapus