Minggu, 31 Mei 2015

Rela Kehilangan Allah

“Lebih baik kehilangan sesuatu apapun itu, namun karena Allah. Dari pada kehilangan Allah karena sesuatu. “ Mudah memang, kalimat yang mungkin saja tidak perlu waktu yang lama kita ucapkan. Dalam hitungan detik saja, kumpulan kata itu sanggup kita ucapkan.

Ideal memang, siapa pula yang ingin menukarkan Sang Maha Sempurna dengan keinginan semu yang terlintas di otak manusia. Mungkin pernyataan itu lah yang kita ujarkan untuk mengungkapkan apa yang terlintas di kepala kita saat membaca kalimat itu.

Akan tetapi, bila kita lihat sekitar, dengan mudahnya manusia meninggalkan Allah akan keinginan yang fatamorgana. Mereka rela kehilangan Allah. Mereka rela Allah tak bersemayam di hati-hati mereka.

Mari kita ambil contoh, tentang cinta. Banyak insan saling mencinta, itu fitrah. Namun, kala cinta berbenturan dengan syari’at-Nya. Mayoritas manusia itu memilih untuk membersamai kekasih hatinya dari pada memilih Sang Maha Cinta. Maka banyaklah insan yang melakukan pacaran. Mereka rela, rela kehilangan Allah dalam hatinya, menggantinya dengan cinta lawan jenis yang tak abadi.

Selanjutnya, banyak wanita ingin pujian kecantikan. Namun kala mempertontonkan kecantikan dengan menebar aurat berbenturan dengan perintah-Nya. Mayoritas Wanita memilih untuk mendapat pujian “wah cantiknya”, “wah manisnya”, dan pujian-pujian dari manusia baik laki-laki maupun perempuan dari pada pujian Sang Maha Menyayangi akan ketaatan hambanya.  Mereka rela, rela kehilangan Allah dalam hatinya, menggantinya dengan pujian keindahan paras dan tubuh dengan cara tebar auratnya, atau berpakaian tertutup namun membentuk lekuk tubuh sana-sini.

Lalu, banyak mahasiswa/siswa ingin nilai bagus. Namun kala cara curang bertentangan dengan firman-Nya. Mayoritas mereka memilih mencontek untuk mendapatkan nilai bagus dengan cara pecundang. Mereka rela, rela kehilangan Allah dalam hatinya demi nilai bagus mentereng namun dengan cara salah.

Banyak lagi keinginan manusia yang rela dengan senang hati mereka kerjakan walau kehilangan Allah-lah konsekuensinya. Ingin uang, ingin jabatan, ingin kebebasan, ingin dunia dan seisinya.

Mereka rela, mereka rela kehilangan Allah untuk itu semua. Maka apakah kita termasuk dalam golongan yang rela kehilangan Allah?

Mari berikan hati ini sepenuhnya untuk-Nya, maka Ia akan memberikan kebahagiaan yang kita inginkan tanpa perlu kehilangan-Nya.

Azmul Pawzi

2 komentar: