“Lebih baik kehilangan sesuatu apapun itu, namun karena
Allah. Dari pada kehilangan Allah karena sesuatu. “ Mudah memang, kalimat yang
mungkin saja tidak perlu waktu yang lama kita ucapkan. Dalam hitungan detik
saja, kumpulan kata itu sanggup kita ucapkan.
Ideal memang, siapa pula yang ingin menukarkan Sang Maha
Sempurna dengan keinginan semu yang terlintas di otak manusia. Mungkin
pernyataan itu lah yang kita ujarkan untuk mengungkapkan apa yang terlintas di
kepala kita saat membaca kalimat itu.
Akan tetapi, bila kita lihat sekitar, dengan mudahnya
manusia meninggalkan Allah akan keinginan yang fatamorgana. Mereka rela
kehilangan Allah. Mereka rela Allah tak bersemayam di hati-hati mereka.
Mari kita ambil contoh, tentang cinta. Banyak insan saling
mencinta, itu fitrah. Namun, kala cinta berbenturan dengan syari’at-Nya.
Mayoritas manusia itu memilih untuk membersamai kekasih hatinya dari pada
memilih Sang Maha Cinta. Maka banyaklah insan yang melakukan pacaran. Mereka
rela, rela kehilangan Allah dalam hatinya, menggantinya dengan cinta lawan
jenis yang tak abadi.
Selanjutnya, banyak wanita ingin pujian kecantikan. Namun
kala mempertontonkan kecantikan dengan menebar aurat berbenturan dengan
perintah-Nya. Mayoritas Wanita memilih untuk mendapat pujian “wah cantiknya”,
“wah manisnya”, dan pujian-pujian dari manusia baik laki-laki maupun perempuan
dari pada pujian Sang Maha Menyayangi akan ketaatan hambanya. Mereka rela, rela kehilangan Allah dalam
hatinya, menggantinya dengan pujian keindahan paras dan tubuh dengan cara tebar
auratnya, atau berpakaian tertutup namun membentuk lekuk tubuh sana-sini.
Lalu, banyak mahasiswa/siswa ingin nilai bagus. Namun kala
cara curang bertentangan dengan firman-Nya. Mayoritas mereka memilih mencontek
untuk mendapatkan nilai bagus dengan cara pecundang. Mereka rela, rela
kehilangan Allah dalam hatinya demi nilai bagus mentereng namun dengan cara
salah.
Banyak lagi keinginan manusia yang rela dengan senang hati
mereka kerjakan walau kehilangan Allah-lah konsekuensinya. Ingin uang, ingin
jabatan, ingin kebebasan, ingin dunia dan seisinya.
Mereka rela, mereka rela kehilangan Allah untuk itu semua.
Maka apakah kita termasuk dalam golongan yang rela kehilangan Allah?
Mari berikan hati ini sepenuhnya untuk-Nya, maka Ia akan
memberikan kebahagiaan yang kita inginkan tanpa perlu kehilangan-Nya.
Azmul Pawzi
Boleh izin share mul?
BalasHapusBoleh, emang untuk disebar ko ^_^
BalasHapus