Setidaknya ada dua versi surga dunia yang pernah ku dengar
selama ini. Dan aku ingin bercerita tentang dua versi surga dunia ini.
Pertama, ketika diri masih menduduki bangku SMP. Ketika kami
sedang nongkrong-nongkrong di tempat makan. Seorang teman menceritakan
pengalamannya. Ia bercerita bahwa ia melewati malam minggu yang indah. Ketika
itu dia mendapatkan banyak yang diinginkannya. Konser rock yang membangkit
adrenalin, sebotol minuman, dan selinting gele. Keindahan malam itu
disempurnakan dengan ia dapat “menikmati” pacarnya.
Ketika itu banyak diantara kami yang ingin merasakan apa
yang dirasakan temanku itu. Bahkan sampai ada yang menyebut itu dengan “Gila,
surga bener tu”
Versi kedua, ketika SMA aku mengikuti sebuah pengajian.
Ketika itu bukan di pengajian yang biasa ku ikuti sejak kecil. FYI, aku sejak
kecil mengaji di lingkungan muhammadiyyah. Tapi waktu itu aku mendapat sebuah
pengajian yang cukup berkesan. Dimana pembicara waktu itu mengatakan sebuah
hadits yang baru ku dengar, atau mungkin guru-guru ngajiku dulu sudah pernah
mengatakan namun aku yang tidak mendengar. Pembicara itu mengatakan sebuah
hadits shahih yang diriwayatkan Tirmidzi. Hadits tersebut berbunyi :
Rasulullah
bersabda ”Jika kamu melewati taman-taman surga, maka singgahlah dengan senang.”
Para sahabat bertanya,”Apakah taman-taman surga itu?” Beliau
menjawab,”Halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) dzikir.”
Surga
dunia yang berbeda bukan?
Mungkin
kita menginginkan keindahan dan kenikmatan dunia. Yang bercengkrama melewati
batas syariat dengan lawan jenis yang bukan mahrom. Merasakan benda-benda
haram. Menjalankan keinginan-keinginan nafsu. Dan itu mungkin surga dunia bagi
kita.
Atau
mungkin kita menginginkan berkumpul dengan orang-orang yang ingin mendekati
Sang Maha Cinta. Mendengar nasihat atau menasihati. Memperbaiki diri dari
kegelapan diri menuju cahaya islam. Mungkin itu yang kita rindukan, kita
idamkan. Bahkan jika seminggu tak mengikutinya, ada sesuatu yang hilang.
Surga
dunia yang berbeda, Maka surga dunia seperti apakah yang kamu inginkan? Pertama
ataukah kedua?