Senin, 20 Januari 2014

Secercah Senyuman untuk Ibu Pertiwi

Sekelumit buah kecemerlangan mewarnai bumi pertiwi
Menghiasi tanah yang menghijau dan laut yang membiru.

Lalu kulihat sawah.
Kumbang-kumbang terbang menyebrangi ilalang.
Meniupkan kasih saying khas ibu pertiwi.
Lalu kulihat lautan.
Ikan-ikan bersenandung ria menembus samudra.
Menghamparkan keberanian khas sang merah putih.

Dan inilah negriku.
Dimana batangpun hidup mewangi bila berpeluk tanah negriku.
Inilah negriku.
Dimana kesopanan dan kesantunan menghiasi pergaulan anak-anak bangsa.

Namun, terenyuh hatiku  begitu terlihat wajah negriku kini.
Anak-anak bangsa mulai membuat ibu pertiwi menangis.
Ibu pertiwi bersusah hatinya dan termenung dalam kursi reotnya.
Ibu pertiwi menjatuhkan air matanya melihat merontanya negri ini.

Dimana cinta kasih terenggut hilang.
Dimana rasa hormat hancur tak berdaya.
Dimana senyum kesesama hal langka yang sulit ditemui.
Dan ibu pertiwi semakin tersedu-sedu tenggelam dalam kesedihannya.

Dalam gelapnya dunia, ibu pertiwi dihibur dengan sekumpulan pemuda.
Kumpulan pemuda yang peduli negrinya.
Sekumpulan pemuda yang rindu akan perjuangan para pahlawan.
Sekumpulan pemuda yangmembangkitkan Indonesia yang asli.

Bukan Indonesia yang suka menipu.
Bukan Indonesia yang tamak dan bukan pula yang egois.
Namun, Indonesia yang menebarkan senyum kesesamanya.
Yang menyemangati dalam keindahan persatuan.
Indonesia yang menebarkan cinta kasih hingga pelosok bumi.

Dan itulah pribadi bangsaku,.
Pribadi yang ingin dibangkitkan sekumpulan pemuda itu.
Sebuah visi yang membuat ibu pertiwi tersenyum kembali.
Sehingga asa dan harap lahir dan siap memperbaiki bangsa ini.

Lalu, apakah engkau pemuda itu?
Apakah engkau yang peduli itu?
Apakah engkau yang tersenyum dengan cinta kasih dan semangat itu?
Bila tidak, apakah kau tidak ingin sepertinya?
Pemuda yang membuat ibu pertiwi tersenyuman.

Marilah bergerak wahai pemuda, marilah melangkah wahai pemudi.
Jadikan setiap langkah kakimu menginspirasi pemuda lainnya.
Karena bangsa mu tanpa engkau hanyalah negri yang siap dihancurkan.
Bangsa mu tanpa pemuda bagai kursi rapuh yang siap dirobohkan.

Maka bantulah bangsamu dan bangunlah ia.
Rasakan semangat pahlawan dan bangkitlah menjadi pahlawan.
Janganlah kau menjadi lawan yang mengganjal langkah para pahlawan.
Janganlah kamu menjadi lawan yang egois dan apatis akan negrinya.
Tapi jadilah pahlawan, yang senantiasa berkarya.

Berkarya untuk Indonesia sejahtera.
Azmul Pawzi

Ketika Aktivis Dakwah Hanya Sekedar Nama

Ketika aktivis dakwah hanya sekedar gelar
Berbangga kesana-kesini mengaku punggawa yang menggelegar
Padahal diri enggan tersentuh tarbiyah yang mengakar
Bicara ideologi tanpa ilmu yang mendasar

Ketika aktivis dakwah hanya sekedar topeng
Berpaham ini itu dengan gaya mentereng
Nafsirin ayat demi ayat dengan cara enteng
Sentil sana, sentil seni kayak main kelereng

Ketika aktivis dakwah hanya sekedar
nama
Tak sadar diri sedang berdiri dimana
padahal komentarnya sudah beredar kemana-mana
Entah dakwah berada disampingnya atau berada diseberangnya


Untuk renungan aku, kamu dan kita semua

Rintihan Dunia

matahari bangun dan menyinari dunia.
menerangi dunia yang termenung sedih.
rintihan-rintihan kecil menggema.
mencari warna akan sinar yang berwarna kelam.

kulihat dunia menangis.
merenungkan setiap detik-detik menegangkan
detik ketika izroil menghampiri.
menghampiri keluarga-keluarga tercinta.
menghampiri sahabat-sahabat tersayang.

lalu ku bertanya pada diri.
apakah sudah siap diri ini?
apakah diri sudah bersih?
atau malah berlumuran lumpur kehinaan.

sadarlah wahai diri, sadarlah wahai manusia.
kabar kematian itu selalu mengintai.
menunggu saat dedaunan gugur dari pohonnya.

-Azmul-

Bungkuslah dengan Cinta


bersayup-sayupan kata menemani jalan hidupmu
kata-kata menyejukkan maupun menyakitimu
terkadang duri kehidupan begitu perih engkau rasakan
menyisakan goresan luka dalam hatimu

dalam renungan terhempaslah asa dipinggiran jalanmu
dalam sesalan terbuanglah cita terkotori debu jalanan
engkaupun menangis menanyakan dimanakah pengganti derita
tanpa cinta kau tenggelam dalam air mata menahan perihnya kesakitan

ya benar..... tanpa cinta

mulailah engkau ajak cinta menemani hidupmu
ajaklah dia bersamamu untuk menghadapai derita
bungkuslah deritamu dengan cinta.
nikmatilah derita mu, jangan kau maki kesakitanmu.

rangkullah derita mu, peluklah ia dengan cinta.
hingga derita bosan menemani dirimu.
sehingga hanya ada cinta yang menemani mu.
cinta kepada Sang Maha Cinta


Mencari Makna Dibatas Gulita

Hembusan angin malam menyentuh diri.
bersarang kabut dihadapan mata.
dedaunan merenung dibawah sang rembulan.
mencari makna dibatas gulita.

terlihat anak kecil disebrang sana.
terisak tangis diteras pertokoan.
hati pun bertanya-tanya tanpa jawaban.
menerka-nerka warna rasa gadis kecil tersebut.

ku hampiri ia, ku tanya dirinya?
terisak-isak iya menatap ku.
"aa...aaa..aku takut, aa..aaku sendirian" ucapnya.
wajahnya yang memerah tetap dialiri air kesedihannya.

ku usap air matanya, ku yakinkan iya.
"kamu ngga sendiri ko, Allah masih menemani kamu"
"dimana ku bisa kutemukan Allah?"
tanyanya penuh semangat mencari asa.

"disini" ku tunjuk dadanya dengan senyum merekah diwajahku.
"disini?" jawabnya dengan wajah penuh tanya.
"Allah berada didalam dada hamba-Nya yg beriman".
"Bahkan Allah lebih dekat dari apapun" yakin ku kepadanya.

Simpul senyumnya mewarnai wajah basahnya.
ia bagai mendapat harapan baru yang telah hilang.
kesedihan dirinya telah tergantikan bahagia dirinya.
pucat pasi berganti warna yg menentramkan jiwa.

"makasih ka" ucapya lirih tulus penuh asa
"Pulang lagi ya, salam sama orang tua" jawab ku.
dengan senyum tertempel diwajah iya meninggalkanku denga riang gembira.
tanpa tersadar wajah ini ikut tersenyum.

begitu indah siang dan malam dengan cahaya-Nya.
karena Allah enggan meninggalkan hamba yg berharap kpd-Nya.
karena Allah pantang lupa memberi kasih sayang hamba yg beriman.
karena Allah Maha Pengasih dan Penyayang.

-Azmul Pawzi-

Syair Dalam Renungan


alunan nafas putih pecah merintih
diri pun terwarnai butiran pasir
lautan biru bergetar menghantui angan

lalu dunia pun bertanya kepada hati
ada apa dengan pelangi?
kekosongan asa mencampuri wewangi madu

lalu tumbuhlah setangkai bunga
menghancurkan bungkusan kesunyian
langitpun mengelabu biru dalam keheningan

dalam keselarasan alam, awan tersenyum penuh ekspresi
sang angin tak kalah menari di ikuti desiran ombak
harmonisasi rasa tanpa rasa yang tak dimengerti

lalu apakah ada cahaya dalam kegelapan
atau hujan dalam keadaan terik mentari
pantaskah hasrat berlari mengejar hijaunya dunia

sementara parit semakin memperdalam diri
sungguh licin dan halus merah api itu
menghapuskankan diri dari kilapan yang berkilau indah

lalu apakah yang diri ini pilih.
senyum bahagia atau rintihan siksaan?

Azmul, 7 April 2013

Rabu, 08 Januari 2014

Museum Bahari bersama Rumbel Kita dan FIM Dejapu



                Ini adalah acara FIM dejapu, “Rumbel kita goes to Museum Bahari” nama kegiatannya. Acara ini dilaksanakan sebelum bulan ramadhan. Saya yang dari FIM sumbar ikut nimbrung membantu panitia dalam acara ini. Rapat yang diadakan malam-malam setelah kegiatan rutin rumbel ini membagi-bagi PJ setiap acaranya. Saya karena paginya ada kegiatan di Remaja Masjid jadi izin agak telat datang ke lokasi. Maklum karena balik ke jakarta itu bantu-bantu organisasi saya sewaktu SMA dulu dan bertambah dengan kegiatan FIM.
                Sebenarnya saya tidak mengikuti secara full acara tersebut. Namun acara penutupan ada yang masih teringat oleh saya. Yaitu Rumbel Generation, apasih rumbel generation itu? Rumbel Generation ini adalah girlband yang menyaingin girl generation (SNSD) dari korea. Dan tarian mereka yang mencover tarian lagu Gee dari SNSD ini sangat lucu. Kami semua terhibur dengan tarian mereka.
                Pada dasarnya saya Cuma ikut-ikutan saja pada acara ini. Saya kebanyakan ngobrol kenal-kenalan aja, seperti sama rizka, ka harumi dan lain-lain. Dan juga berkenalan dengan teman ka harumi yaitu youwen. Mahasiswi Unsri yang lagingurus visa ke amerika karena ada suatu konfrensi. Sehingga acara ini juga memperdekat saya dengan teman-teman di FIM Dejapu yang luar biasa. Saya hanya membantu sedikit-sedikit saja, dan menemani pulang kembali kedepok, untuk menonton GeJe (Gelar Jepang) UI. Acara yang sudah lama tidak saya datangi. Sekaligus nostalgia : D
                Nah mungkin ini saja yang saya tulis tentang acara ke museum bahari. Walaupun kota tua cukup dekat dari rumah saya, namun saya pertama kali ke museum bahari ini. ketahuan sekali ya kalau saya jarang jalan-jalan. Hehe. Oke deh sekian.

                

Bersama Rumbel Kita FIM Dejapu



Nah, ini adalah cerita saya saat liburan semester 2, Saya yang baru bergabung dengan keluarga kunang-kunang atau Forum Indonesia Muda ini menambah jaringan saya. Sehingga saat saya pulang ‘kota’ ke Jakarta saya mendapat kekegiatan baru menuju rumbel Kita fim dejapu (Jakarta) untuk mengetahui apa sih kegiatan teman-teman disana.
Jarak rumbel  kita dari rumah saya cukup jauh, Karena rumah saya yang di meruya dan dekat perbatasan dengan tangerang Banten, Lalu rumel itu di daerah depok jalan menuju bogor (lupa nama daerahnya). Jadi harus menghabiskan waktu 3 jam naik motor. Sebenernya sih ngga jauh kalo kita lihat dipeta, namun karena jalan dijakarta yang ribet dan kemacetannya, ya maklumlah ^_^.
Sesampai saya dirumbel langsung berkenalan dengan kakak-kakak FIM dan berkenalan dengan adik-adik yang luar biasa bersemangat mengikuti kegiatan dengan kakak-kakak FIM dejapu. Hari pertama saya disitu mengajarkan bacaan iqra dan berdiskusi serta berkenalan agar lebih dekat. Hari berikutnya ketika ada berbuka puasa bersama, saya juga mendapat kesempatan berdiskusi kembali dengan adik-adik itu. Saya mendapatkan kelompok kelas 1 hingga 3 SD.
Sebuah pengalaman yang luar biasa berdiskusi dengan adik-adik itu. Karena dalam suasana puasa, kami berdiskusi tentang muslim yang baik. Ternyata adik-adik yang cerdas itu ketika kita berikan point-point tentang muslim yang baik sangat antusias mereka dalam memberi contoh. Misalnya seperti ini, saya berkata “muslim yang baik itu harus jujur, ayo siapa yang mau kasih contohjujur”. Lalu ada yang mengatakan “iya ka, iya ka, aku kemarin mau dicontekin, tapi aku gamau”. “Wah luar biasa” saut ke berserta tepuk tangan yang lain. Lalu ada yang menyahut lagi “aku juga ga nyontek ko kaka”, senyumku pun mereka untuk anak-anak ini. Mereka bangga tidak menyontek, mereka bangga bahwa mereka jujur. Sifat seperti ini harus ditanakan keanak-anak dan diberi penghargaan kepada mereka yang jujur.
Lalu banyak lagi ketika bicara seorang muslim jangan nakal, mereka banyak menceritakan ada teman mereka di kelas yang suka maintain uang, lalu ada teman mereka yang suka mengancam dan banyak lagi. Ternyata berdiskusi dengan anak-anak kecil ini sangatlah mengesankan, keterbukaan mereka sangatlah indah kita hayati . Tiada dusta,dan penuh keingintahuan dalam sesi ini jugalah sangat potensial kita menanamkan nilai-nilai karakter yang mendalam sehingga tertanam menjadi idealism mereka kedepannya.
Itulah cerita  diskusi saya dengan adik-adik, namun ada satu hal yang berkesan. Ketika waktu menunjukkan bahwa sedikit lagi akan adzam maghrib. Saya akan mengambil ta’jilan ditempat yang telah dipesan. Ketika saya izin pergi, adik-adik tu menarik tangan saya dengan berkata “jangan pergi ka, jangan pergi”. Kayak lagu d’masiv aja ya. Hehe.

Namun hal berdiskusi dengan ini sangat luar biasa, dan akan dilanjutkan di rumbel FIM sumbar. Cayoo… ^_^

Aku, Pak Boediono dan Neolib

Hari itu tanggal 8 Juni 2013, Saya bersama-sama teman mahasiswa penerima bidik misi mendatangi acara bersama boediono di SMAN 1 Padang. Saya sampai di SMAN 1 jam 8 pagi. Sangat ketat penjagaan pada saat itu. Polisi dan paspampres berada dimana-mana sekitar gedung SMAN 1. Ketika kami masik seluruh hal diperiksa bahkan kami pun dilarang membawa tas. Begitu takutnya penjabat satu ini di tembak atau hal lainnya.
Saya pun tiba di pintu ruangan. Lagi dan lagi pemeriksaan secara ketat di lakukan. Saya pun tidak boleh masuk karena menggunakan celana katun, bukan celana dasar. Penjaga itu mengatakan “harus Formal de”. Lalu saya balas “bapak, formalnya mahasiswa ya kaya gini pak”.  Dengan beberapa teknik lobby akhirnya saya dapat masuk.
Waktu pun berlalu detik demi detik. Para penjabat itu tiba sangat lama. Dengan bincang-bincang dengan kawan di sebelah kanan dan kiri. Banyak hal yang dibicarakan. Setelah sekian lama kami menunggu akhirnya tiba juga. Rombongan pak wapres tiba. Ternyata tidak hanya pak wapres yang terlihat disana. Terlihat juga yaitu pak mendagri yaitu pak Gamawan Fauzi, lalu pak menpora yaitu pak Roy Suryo, pak Musliar Kasim sebagai wamen mendikbud. Pak Irwan Prayitno dan Fauzi Bahar juga ikut meramaikan rombongan pak wapres.
Acara di buka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Pak gubernur memberi sambutan dan ucapan selamat datang. Lalu pak boediono pun bicara. Beliau menyampaikan tentang pendidikan dan karakter. Pak Boedi memberi semangat kepada siswa dan mahasiswa serta pendidik yang ada dalam ruangan tersebut. Setelah begitu banyak hal yg disampaikan wapres ia pun menyelesaikan kata-katanya.
Sesi diskusi dimulai, saya menunjuk tangan dan akhirnya Pak Irwan memilih saya untuk menjadi penanya pertama. Saya maju kedepan dan mulai betanya. Saya mengatakan bahwa pak Boediono juga seorang ekonom. Lalu saya menanyakan apa pandangan beliau tentang Neoliberal dan tentang birokrat yang menjual aset Negara.
                Pak boediono mulai menjawab, iya mengawali kata-katanya dengan berkata “Azmul ya?” “Anda fakultas ekonomi ya” “Anda bagus sebagai mahasiswa fakultas ekonomi di universitas yang luar biasa yang setara dengan kampus-kampus di jawa.” “anda bagus sudah mempelajari madzab-madzab seperti neoliberal. Tapi ada jangan tenggelam dengan hal abstrak seperti itu.” Lalu beliau melanjutkan dengan membela neolib hingga audiens sedikit menyukai neoliberal.
                Dia mengucapkan apa salahnya kita bekerja sama dengan asing. Dan banyak hal lagi yang beliau sampaikan tentang positifnya bekerja sama dengan asing. Saya juga setuju kalo bekerja sama dengan asing tapi bapak asing tidak hanya bekerja sama namun juga memimpin dan memerintah kita. Padahal itu adalah aset kita. Kita bagaikan tamu di rumah sendiri. Dan pembagian keuntungannya juga ga adil. Contohnya di Freeport saja Indonesia cuma dapat tidak lebih dari 3%. Mau di bawa kemana bangsa ini kalau pejabatnya aja kayak gitu.
                Setelah  pertemuan ini saya menyimpulkan dalam waktu dekat ini, khususnya pada zaman SBY-Boedi Indonesia tidak akan mandiri. Lalu nasionalisasi sektor strategis negeri ini hanyalah fatamorgana di gurun nan panas. Hal ini karena penjabat-penjabat tingginya hanyala penganut neolibralisme yang akut. Jadi warga Indonesia, mari pilih pemimpin yang nasionalisasikan SDA Indonesia.
                Oh iya. Pertemuan ini juga diliput oleh berbagai website seperti Republika.com, Antara.com dan lain-lain. Dapat dilihat di alamat berikut.
http://www.shnews.co/detile-20564-wapres-tak-ada-aset-yang-dijual-ke-asing.html