Hari itu tanggal
8 Juni 2013, Saya bersama-sama teman mahasiswa penerima bidik misi mendatangi
acara bersama boediono di SMAN 1 Padang. Saya sampai di SMAN 1 jam 8 pagi.
Sangat ketat penjagaan pada saat itu. Polisi dan paspampres berada dimana-mana
sekitar gedung SMAN 1. Ketika kami masik seluruh hal diperiksa bahkan kami pun
dilarang membawa tas. Begitu takutnya penjabat satu ini di tembak atau hal
lainnya.
Saya pun tiba di
pintu ruangan. Lagi dan lagi pemeriksaan secara ketat di lakukan. Saya pun
tidak boleh masuk karena menggunakan celana katun, bukan celana dasar. Penjaga
itu mengatakan “harus Formal de”. Lalu saya balas “bapak, formalnya mahasiswa
ya kaya gini pak”. Dengan beberapa
teknik lobby akhirnya saya dapat masuk.
Waktu pun
berlalu detik demi detik. Para penjabat itu tiba sangat lama. Dengan
bincang-bincang dengan kawan di sebelah kanan dan kiri. Banyak hal yang
dibicarakan. Setelah sekian lama kami menunggu akhirnya tiba juga. Rombongan
pak wapres tiba. Ternyata tidak hanya pak wapres yang terlihat disana. Terlihat
juga yaitu pak mendagri yaitu pak Gamawan Fauzi, lalu pak menpora yaitu pak Roy
Suryo, pak Musliar Kasim sebagai wamen mendikbud. Pak Irwan Prayitno dan Fauzi
Bahar juga ikut meramaikan rombongan pak wapres.
Acara di buka
dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Pak gubernur memberi sambutan dan
ucapan selamat datang. Lalu pak boediono pun bicara. Beliau menyampaikan
tentang pendidikan dan karakter. Pak Boedi memberi semangat kepada siswa dan
mahasiswa serta pendidik yang ada dalam ruangan tersebut. Setelah begitu banyak
hal yg disampaikan wapres ia pun menyelesaikan kata-katanya.
Sesi diskusi
dimulai, saya menunjuk tangan dan akhirnya Pak Irwan memilih saya untuk menjadi
penanya pertama. Saya maju kedepan dan mulai betanya. Saya mengatakan bahwa pak
Boediono juga seorang ekonom. Lalu saya menanyakan apa pandangan beliau tentang
Neoliberal dan tentang birokrat yang menjual aset Negara.
Pak
boediono mulai menjawab, iya mengawali kata-katanya dengan berkata “Azmul ya?”
“Anda fakultas ekonomi ya” “Anda bagus sebagai mahasiswa fakultas ekonomi di
universitas yang luar biasa yang setara dengan kampus-kampus di jawa.” “anda
bagus sudah mempelajari madzab-madzab seperti neoliberal. Tapi ada jangan
tenggelam dengan hal abstrak seperti itu.” Lalu beliau melanjutkan dengan
membela neolib hingga audiens sedikit menyukai neoliberal.
Dia
mengucapkan apa salahnya kita bekerja sama dengan asing. Dan banyak hal lagi
yang beliau sampaikan tentang positifnya bekerja sama dengan asing. Saya juga
setuju kalo bekerja sama dengan asing tapi bapak asing tidak hanya bekerja sama
namun juga memimpin dan memerintah kita. Padahal itu adalah aset kita. Kita
bagaikan tamu di rumah sendiri. Dan pembagian keuntungannya juga ga adil.
Contohnya di Freeport saja Indonesia cuma dapat tidak lebih dari 3%. Mau di
bawa kemana bangsa ini kalau pejabatnya aja kayak gitu.
Setelah pertemuan ini saya menyimpulkan dalam waktu
dekat ini, khususnya pada zaman SBY-Boedi Indonesia tidak akan mandiri. Lalu
nasionalisasi sektor strategis negeri ini hanyalah fatamorgana di gurun nan
panas. Hal ini karena penjabat-penjabat tingginya hanyala penganut
neolibralisme yang akut. Jadi warga Indonesia, mari pilih pemimpin yang
nasionalisasikan SDA Indonesia.
Oh
iya. Pertemuan ini juga diliput oleh berbagai website seperti Republika.com,
Antara.com dan lain-lain. Dapat dilihat di alamat berikut.
http://www.shnews.co/detile-20564-wapres-tak-ada-aset-yang-dijual-ke-asing.html
0 komentar:
Posting Komentar