Assalamu'alaikum
ikhwan akhwad fillah, kaifa haluk? Pasti khoir kan? ana berdoa semoga rahmat
Allah menaungi kita semua. Saat ini kita pengen ngomongin tentang cinta lagi nih. Sebuah
kata yang katanya bisa membuat tertawa, senyam senyum sendiri padahal itu tidak
tahu cinta atau godaan syaitan.
Cinta katanya
juga bisa membuat orang menangis bahkan stress bunuh diri. Nah jadi yakin ga
sih itu cinta atau godaan setan. Jadi ketahuilah ini adalah godaan syaitan yang
di bungkus dengan warna merah jambu. Dan ini semua dapat membuat orang terlena
hingga membuat perbuatan yang mendekati zinah yang biasa di sebut
"pacaran". Lalu banyak mereka yang terjebak dalam maksiat pink ini
sehingga sulit untuk keluar dari jeratan maksiat ini.
Pernah
suatu saat saya menemukan teman saya berkata seperti ini "gue disakitin
nih sama orang yang gue sayang".
"ciiiyuuuus?
anugrah dari Allah tuh kawan" saya jawab saja gitu. Lalu dia
menanyakan "gimana sih pindah dari pacar yang masih kita
sayang?".
So pasti jawaban "move on"
adalah satu satunya jawaban.
Iya ga? iya dong ^_^
Tapi move on yang seperti apa si
yang sebaiknya.
Klo kata
orang sih (kata orang2 nih ya) move on itu pindah aja cari cinta baru. cari
orang yang lebih baik. Tapi kata saya itu sih sama aja, (tiba-tiba yang baca jatoh kaya di anime gitu,hehe). Karena menurut saya
semua orang pacaran pasti ada kepentingan, entah itu kepentingan nafsu, harta, senang-senang, harga diri, rasa ingin dilindungi atau apa
aja, banyak lah kepentinganya.
Jadi gimana
nih "move on" yang sesuai sama islam? Biar bisa pergi dari jeratan
syaitan yang di bungkus indah dalam bentuk hati ^_^
Ya sama
aja, cari cinta baru juga. Tapi (ada tapinya nih) bukan cinta ke hal yang
gampang hancur. Tapi cinta yang abadi. yang membuat kita tenang merasakannya.
cinta apa itu? apa hayo?
Ya itulah
cinta kepada Allah. Mari kita ubah rasa cinta yang kepada manusia menjadi cinta
kepada Allah. Soalnya kalo di liat zaman sekarang cinta kepada manusia itu udah
ngelebihin cinta kpd Allah , iya ga?
Mereka
berkata hanya pacarnya yang dapa memberi kebahagiaan. Kufur nikmat amat nih
orang, udah banyak kenikmatan yang di berikan Sang Maha Pemberi, tapi dia cuma
mengakui kebahagiaan hanya dari pacarnya.
So? Ayo "move on". Ayo
kita perbarui cinta kita. Dari mencintai selain Allah menjadi mencintai Allah
secara sepenuhnya. Karena orang beriman itu sangat mencintai Allah seperti
dalam surah Al-baqarah berbunyi
Dan
di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain
Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya
orang-orang yang berbuat dzalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa
(pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah
amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).(2:165)
Lalu
bagaimanakah cara untuk mendapatkan kecintaan tersebut. Ibnul Qayyim
rahimahullah menyebutkan beberapa hal untuk mendapatkan maksud tadi dalam kitab
beliau Madarijus Salikin.
-
Pertama, membaca Al Qur’an dengan merenungi dan memahami maknanya.
Hal ini bisa dilakukan sebagaimana seseorang memahami sebuah buku yaitu dia
menghafal dan harus mendapat penjelasan terhadap isi buku tersebut. Ini semua
dilakukan untuk memahami apa yang dimaksudkan oleh si penulis buku. [Maka
begitu pula yang dapat dilakukan terhadap Al Qur’an, pen]
-
Kedua, mendekatkan diri kepada Allah dengan mengerjakan ibadah yang
sunnah, setelah mengerjakan ibadah yang wajib. Dengan inilah seseorang
akan mencapai tingkat yang lebih mulia yaitu menjadi orang yang mendapatkan
kecintaan Allah dan bukan hanya sekedar menjadi seorang pecinta.
-
Ketiga, terus-menerus mengingat Allah dalam setiap keadaan, baik
dengan hati dan lisan atau dengan amalan dan keadaan dirinya. Ingatlah,
kecintaan pada Allah akan diperoleh sekadar dengan keadaan dzikir kepada-Nya.
-
Keempat, lebih mendahulukan kecintaan pada Allah daripada kecintaan
pada dirinya sendiri ketika dia dikuasai hawa nafsunya. Begitu pula dia selalu
ingin meningkatkan kecintaan kepada-Nya, walaupun harus menempuh berbagai
kesulitan.
-
Kelima, merenungi, memperhatikan dan mengenal kebesaran nama dan
sifat Allah. Begitu pula hatinya selalu berusaha memikirkan nama dan sifat
Allah tersebut berulang kali. Barangsiapa mengenal Allah dengan benar melalui
nama, sifat dan perbuatan-Nya, maka dia pasti mencintai Allah. Oleh karena itu,
mu’athilah, fir’auniyah, jahmiyah (yang kesemuanya keliru dalam memahami
nama dan sifat Allah), jalan mereka dalam mengenal Allah telah terputus (karena
mereka menolak nama dan sifat Allah tersebut).
-
Keenam, memperhatikan kebaikan, nikmat dan karunia Allah yang telah
Dia berikan kepada kita, baik nikmat lahir maupun batin. Inilah faktor yang
mendorong untuk mencintai-Nya.
-
Ketujuh, -inilah yang begitu istimewa- yaitu menghadirkan hati
secara keseluruhan tatkala melakukan ketaatan kepada Allah dengan merenungkan
makna yang terkandung di dalamnya.
-
Kedelapan,
menyendiri dengan Allah di saat
Allah turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang terakhir untuk beribadah
dan bermunajat kepada-Nya serta membaca kalam-Nya (Al Qur’an). Kemudian
mengakhirinya dengan istighfar dan taubat kepada-Nya.
-
Kesembilan,
duduk bersama orang-orang yang
mencintai Allah dan bersama para shidiqin. Kemudian memetik perkataan mereka
yang seperti buah yang begitu nikmat. Kemudian dia pun tidaklah
mengeluarkan kata-kata kecuali apabila jelas maslahatnya dan diketahui bahwa
dengan perkataan tersebut akan menambah kemanfaatan baginya dan juga bagi orang
lain.
-
Kesepuluh,
menjauhi segala sebab yang dapat
mengahalangi antara dirinya dan Allah Ta’ala.
Semoga
kita senantiasa mendapatkan kecintaan Allah, itulah yang seharusnya dicari
setiap hamba dalam setiap detak jantung dan setiap nafasnya. Ibnul Qayyim
mengatakan bahwa kunci untuk mendapatkan itu semua adalah dengan mempersiapkan
jiwa (hati) dan membuka mata hati.
Mungkin hanya itu saja yang dapat ana tulis di sini, semoga bermanfaat
yah ^_^
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi
tatimmush sholihaat. Wa shallalahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa
shohbihi wa sallam.
wallahu'alam bish-showab
Sumber: Madaarijus Saalikin, 3/ 16-17, Ibnu Qayyim Al Jauziyah,
terbitan Darul Hadits Al Qohiroh
Azmul Pawzi (ditulis pada 17 oktober 2012)
0 komentar:
Posting Komentar