Apabila ada cinta di hati yang satu, pastilah ada cinta di hati yang lain.
Sebab tangan yang satu tak dapat bertepuk tanpa
tangan yang lain.
(Rumi)
Mungkin kita akan langsung berkata
bahwa bait puisi Rumi di atas adalah sebuah keidealan. Itulah yang diharapkan namun tak semua orang merasakan.
Karena memang terdapat banyak realita yang bertentangan dengan itu.
Lihatlah apa yang
terjadi, berapa banyak kisah yang menggambarkan peliknya cinta yang tak
terbalas. Betapa nestapanya cinta yang tak bersatu. Ia hanya bermuara rintihan,
tangis dan kegilaan. Maka majnun-lah
Qais, cintanya terbentur tembok yang keras. Laila sang pujaan hati tak kunjung
dipelukkan, mereka tak berdaya untuk merealisasikan cinta dan nestapa-lah
mereka dalam rindu yang perlahan membunuh jiwa.
Juga patahlah
sayap-sayap Kahlil Gibran. Hatinya jatuh dan terluka, malamnya robek menoreh
seribu duka. Hanya rindu yang tertancap di hatinya yang beku. Bahkan ia retak,
hancur bagai serpihan cermin. Maka lihatlah bagaimana Gibran mengais sisa hati
karena cintanya terhadap Seima yang tak kunjung bersatu.
Tapi bagaimana
ceritanya jika cinta itu kita awali dan akhiri kepada Allah. Maka sisanya hanya
upaya ‘menunjukkan cinta’. Karena pada dasarnya cinta dan kebahagiaan adalah
dua hal yang berbeda.
Dan penderitaan yang terjadi
bukan karena mereka mencintai. Karena proses mencintai adalah pekerjaan agung
dan suci. Ia tak pantas disandingkan dengan nestapa.
Mereka menderita adalah
karena mereka menggantungkan kebahagiaan kepada sosok tercinta. Maka bila kekasih hati
tak kunjung tiba, maka bahagia juga sirna. Dan yang tersisa hanya air mata dan
kecewa.
Jadi, tak ada cinta
yang bertepuk sebelah tangan. Karena pada hakikatnya, cinta adalah memberi. Ia
tak menuntut balasan atau menagih kebersamaan. Ia hanya perlu tempat untuk
menunjukkan cinta yang bermuara ketulusan.
Dan bila penolakan itu
hadir, kita tak perlu kecewa dan merasa lemah. Karena jika itu terjadi, cinta
akan bertransformasi menjadi kesempatan memberi. Tak meminta pengertian atau
rasa memiliki.
AP
0 komentar:
Posting Komentar