Senin, 21 September 2015

Tak Selalu Ada Kata Pengertian dalam Sebuah Ketulusan


Kadang kita terlalu sering menuntut akan sebuah pengertian orang yang kita sayang. Hingga keluarlah kalimat-kalimat dari mulut kita seperti bahwa “Ayah ku tak ngertiin aku” atau “Kamu kenapa sih sebagai sahabat ga pernah ngertiin aku?”

Bahkan dalam kerja-kerja dakwah dan kerja sosial kita, sering kali kita menuntut sebuah pengertian. Seakan-akan hanya itulah yang menenangkan hati, hanya itulah yang pengusap letih.

Tubuh ini melemah, semangat ini menurun. Dan tekad pun rapuh hanya karena tiada rasa pengertian dari orang-orang sekitar dalam kerja-kerja dan kehidupan kita.

Manusiawi? Ya benar, rasa ingin dimengerti adalah manusiawi. Tak salah. Sungguh tiada yang keliru dalam perasaan ini. Hanya saja bila rasa ingin di mengerti itu di sanding dengan sebuah ketulusan. Maka tidak ada keserasian didalamnya.

Karena pada dasarnya, sebuah ketulusan tak membutuhkan pengertian. Ia murni, ia suci. Ia akan tetap tegak tanpa ada yang mendukungnya. Tak perlu sebuah pemanis bernama pengertian untuknya tetap bergerak. Ia akan tetap menjadi ruh untuk karya-karya kedepannya. Dengan atau tiadanya pengertian.

Seperti Rasulullah yang tulus menyuapi orang yahudi nan buta dan tua renta. Ia tak butuh pengertian dari sang pengemis. Bahkan pengemis buta tersebut mencaci, memaki dan mengatakan hal-hal buruk tentang Rasulullah. Tiada rasulullah meminta pengertian sang pengemis, tiada Rasulullah meringis karena seseorang yang dengan hati-hati ia suapi makanan, malah mengatai ia dengan hal-hal buruk.

Sungguh tiada penuntutan akan sebuah pengertian. Rasulullah hanya diam dan menyuapinya dengan penuh ketulusan.

Layaknya hujan yang jatuh menyejukkan bumi. Ia tetap bekerja, melakukan apapun yang ia dapat kerjakan. Ia sirami tumbuhan yang kekeringan, ia penuhi sungai-sungai yang mulai surut. Ia buat sensasi dingin dalam bumi yang mulai panas tak terkira.

Ia tetap berkarya, walau kadang manusia menggerutu akan hujan yang datang membasahi jemurannya. Atau orang-orang yang berkeluh kesah akan bajunya yang kuyup. Hujan tetap tulus datang untuk dunia. Walau manusia tidak mengerti.

Maka tak perlu ada kata pengertian untuk sebuah ketulusan. Karena ketulusa begitu berarti bila hanya dibalas dengan sebuah pengertian. Ketulusan begitu mewah bila hanya dibalas sebuah keinginan untuk dimengerti.

Maka cobalah untuk tidak menuntut untuk ingin dimengerti.

#MelangkahMenginspirasi

2 komentar: