Nahdatul Ulama
merupakan salah satu organisasi tertua dan terbesar di Indonesia. Jasa NU dalam
dakwah islam yang tertanam dalam pesantren-pesantrennya sehingga menghasilkan
ulama-ulama tak perlu kita pertanyakan. NU itu sendiri didirikan oleh seorang
ulama luar biasa bernama Hasyim Asy’ari. Beliau terinspirasi dari Muhammad
Abduh yang sedang nge-trend kala
beliau sedang mencari ilmu di mekkah.
Hingga kala pulang kampung ke Indonesia, akhirnya beliau mendirikan NU
dengan salah satu semangat memurnikan islam.
Saya termasuk
pengagum Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari. Beliau adalah sosok ulama besar patut
kita ambil hikmah dari nasihat, kebiasaan dan perbuatannya. Namun akhir-akhir
ini saya sedikit prihatin terhadap tubuh NU itu sendiri terutama bagian kepala
(baca: Ketua). Tentu saja, Pak Said Aqil Siradj yang merupakan ketua NU
menyampaikan sesuatu hal yang menyinggung ajaran umat islam. Yang dimana ajaran
itu di laksanakan oleh bapak pendiri organisasi yang dipimpinnya.
Said Aqil dalam
ceramahnya menyampaikan “Orang berjenggot itu mengurangi kecerdasan”, Ia juga
menambahkan “Gusdur tidak berjenggot, Nurcholis Madjid tidak berjenggot,
Quraish Shihab tidak berjenggot, yang cerdas-cerdas tidak berjenggot”. Dan kalimat yang sungguh sangat melecehkan
sunnah Rasulullah itu “Semakin Panjang Jenggotnya, Semakin Goblok”. Astaghfirullah aladzim. Semoga Allah
mengampuni beliau. Karena menghina sunnah nabi adalah sebuah dosa. Dan kita
juga berdoa kepada Allah agar kita semua senantiasa taat patuh kepada-Nya dan
mengamalkan sunnah-sunnah rasulnya.
Saya sungguh tak habis fikir. Bagaimana bisa
hal ini disampaikan seseorang yang dengan kedudukan ketua NU. Beliau
menggembor-gemborkan Islam Nusantara. Mengatakan bahwa jenggot adalah
arabisasi. Mengatakan bahwa islam nusantara memiliki kepribadian tersendiri.
Dan memburukkan jenggot.
Sungguh jenggot adalah sunnah nabi yang secara jelas disampaikan nabi
tanpa ambigu sedikit pun. Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim,
Rasulullah bersabda“Potong pendeklah kumis dan biarkanlah (peliharalah)
jenggot.”. Sungguh para ulama sepakat ini, dan sabda nabi ini tak bisa
dibandingkan dengar perkataan ulama seperti apa yang dilakukan para pembela Said Aqil. Maka sebagai seorang muslim, tak
pantas bagi kita mengolok-olok sunnah Nabi Muhammad SAW.
Dan bila kita
melihat dalam konteks NU itu tersendiri, KH. Hasyim Asy’ari berjenggot. Dan
para penyebar islam di Nusantara, khususnya Wali Songo seperti Sunan Ampel,
Sunan Bonang, Sunan Giri dan berbagai ulama penyebar islam di nusantara juga
berjenggot. Karena jenggot ini adalah sunnah islam.
Pernyataan
jenggot mengurangi kecerdasan dan dibandingkan dengan orang-orang cerdas di
Indonesia yang tak berjenggot, sungguh sebuah ungkapan yang tak bisa di
pertanggung jawabkan. Bila Pak Said Aqil mengatakan orang berjenggot kurang
cerdas. Padahal Imam Syafi’i, ulama yang madzabnya dipakai anggota-anggota NU
memiliki jenggot yang lebat. Dan saya berani dan memastikan bahwa kecerdasan
Imam Syafi’i jauh di atas orang-orang yang dicontohkan Pak Said. Dan tentu
sangat jauh diatas Said Aqil Siradj yang nyeleneh bilang orang berjenggot
goblok.
Bahkan KH.
Hasyim Asy’ari itu sendiri adalah ulama yang berjenggot. Ulama-ulama Indonesia
lainnya seperti KH. Ahmad Dahlam juga berjenggot. Mereka adalah ulama yang
sudah masyur di bumi nusantara dengan kecerdasannya. Tidak goblok dan kurang
cerdas seperti apa yang diucapkan Bapak Ketua NU tersebut.
Saudara ku
semua, dalih arabisasi yang dipakai Said Aqil Siradj dan berbagai tokoh yang
menggaung-gaungkan islam nusantara sesungguhnya merupakan langkah-langkah untuk
menjauhkan kita dari ajaran Rasulullah SAW. Mereka ribut akan penampilan bahwa
memakai jubah dan berjenggot itu arabisasi dan harus di tentang karena
berlawanan dengan islam nusantara dan kepribadian bangsa. Namun mereka diam
akan westrenisasi, amerikaisasi, koreaisasi dan berbagai fashion dan lifestyle lain
menyerbu muslim Indonesia. Padahal serangan itu lebih membahayakan dari pada
menyalah-nyalahkan ajaran Rasulullah.
Dan
sesungguhnya, islam nusantara yang mereka gembor-gemborkan juga tak sesuai
dengan islam itu sendiri. Karena Islam adalah agama yang universal. Dan dalam
bahasa islam tak dapat disandingkan dengan kata apapun. Bila islam disandingkan
dengan kata apapun, itu akan menyempitkan arti islam itu sendiri. Sebagai
contoh motor. Bila kita menyandingkan kata motor dengan bebek sehingga menjadi
motor bebek, ini akan menyempitkan arti motor itu sendiri.
Maka
sesungguhnya, islamyang sebenarnya adalah islam yang berdasarkan Al-Qur’an dan
Hadits Rasulullah. Tidak ada islam nusantara, islam arab, islam jawa, islam
minang, islam korea, islam amerika, islam eropa, islam syiah, islam liberal dan
islam-islam lainnya. Karena islam hanya satu, yaitu yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW. Bila dalam Al-Qur’an diperintahkan sesuatu, bila dalam Hadits di
sunnahkan. Maka kita harus taat dan tidak boleh mengolok-ngoloknya.
Semoga kita
dijauhkan dari propaganda-propaganda yang menjauhkan kita dari islam. Dan kita
senantiasa berdo’a agar Nahdatul Ulama terselamatkan dari paham-paham orang
ingin menyimpangkan pemahaman muslim Indoneisa. Dan NU menjadi organisasi yang
membawa kemurnian islam. Islam yang sesuai Perintah Allah dan Rasul-Nya,
sebagai mana mimpi KH. Hasyim Asy’ari ketika mendirikan NU.
Azmul
Pawzi (Ketua Komisi A FSLDK Sumbar)
0 komentar:
Posting Komentar