Rabu, 22 April 2015

Ajaibnya Kata “Munafik”

Mau ngebahas sedikit tentang mudahnya sebuah klaim “munafik” didapatkan oleh seseorang. Terutama mereka yang sedang berusaha memperbaiki diri. Padahal mereka sedang berusaha tidak larut dalam hingar bingar berbagai kehidupan negatif dunia.
                Kata munafik ini ajaib menurut saya. Walaupun yang di bahas ini ga pengertian munafik secara jelas, tapi kata ini sering di pake di kehidupan sekarang. Bahkan kata ini bisa membuat seseorang tidak mau, atau berhenti untuk menjadi makhluk yang berusaha menjadi shalih atau shalihah.
Pasti temen-temen pernah nemuin ini, “eh mentoring yuk, ngaji kita. Belajar agama.” Balesannya “ogah ah, gue susah konsisten orangnya, nanti munafik lagi gue”
 Atau kasus seperti ini, seorang senior menanyakan kepada juniornya di kampus “dek, ko jilbabnya udah pendek lagi? Kan dulu jilbabnya udah lebar?” Tanya senior itu. “Ya gitu deh ka, temen-temen aku bilang aku munafik, katanya masa cewek jilbab lebar kayak gini sih, Mending kayak gini aja, ga ada yang komentarin”
                Atau kasus lain, seorang cowok yang dulu pernah bertekad tidak pacaran, eh akhirnya kelepek-kelepek juga dan akhirnya pacaran. Terus temennya nanya “eh bro, ko udah pacaran lagi?” Terus cowok yang dulu pernah bertekad tidak mau pacaran ini bilang “ya gimana lagi, gue ga mau munafik lah. Cewek zaman sekarang cakep-cakep, ga bisa gue nahan terus, dari pada di bilang munafik. Mending sekalian aja”
                Nah pasti pernah dengerkan? Ajaib Ga? Mereka yang dulu pernah ingin untuk memperbaiki diri, malah jadi kembali lagi ke kebiasaan dulu. Dan biasanya klaim munafik ini dikasih ke anak-anak yang lagi berusaha berubah lebih baik.
                Inget banget saya kata-kata dari mentor dulu waktu SMA. “Kita di Rohis ya harus sabar dari persepsi orang. Walaupun baru 2 atau 3 minggu kita mulai mentoring. Pasti udah di anggap ustadz. Salah dikit bakalan di komentarin. Pasti ada yang bilang,  “si fulan, anak rohis masa kayak gini, masak kayak gitu”. Nah jadi siap-siap aja.”
                Dan mungkin kita sudah sering mendengar ini, terutama ditunjukkan kepada anak gerakan tarbiyah, atau di kampus saya di bilang anak forum serta teman-teman lain yang juga lagi berjuang memperbaiki diri dan mengajak yang lain memperbaiki dirinya juga.
Walaupun, manusia tempat khilaf, dosa, salah dan lainnya. Pasti ada yang bilang “Si fulanah, padahal jilbabnya gede, tapi kelakuanya, hadeh munafik banget deh.” atau  “Si fulan, padahal anak forum, masa dia bla.... bla.. bla...”
Padahal pernahkah kita berfikir, mungkin dalam kesalahannya, ia berusaha mendekatkan diri kepada Allah lebih kuat lagi. Mulutnya dipenuhi istighfar lebih bayak, Malamnya dipenuhi dengan tahajud lebih sering, dan berbagai kegiatan lainnya.
Maka berusahalah berbaik sangka, jika salah, dari pada meng-klaim, mending nasihati. Kan lebih baik. Untungnya kita mengklaim orang itu munafik kan juga ga ada. Kalo bener-bener salah, mending nasehatin, kan masih ada kesempatan orang itu buat tobat. Toh masih idup kan. Iye ga penonton? (versi lenong. :D)
Terus buat yang diklaim munafik. Ya karakteristik mendekati Allah itu emang gitu. Ada-ada aja ujiannya. Ya namanya mau masuk surga. Ikut ujiannya dulu. Masuk kampus aja ada ujian, masuk surga juga dong. Di bilang munafik ya wajar, anggap aja pengingat kalo kita ada salah dalam melangkah. Dan jadikan itu buat memperbaiki diri lagi, bukannya malah berenti memperbaiki diri dan lakuin lagi maksiat yang dulu-dulu.
So, Dari pada asal klaim sana, klaim sini. Mending nasehatin-nasehatin aja. Kan lebih adem kalo kayak gitu. Gitu sob.
#YukPerbaikiDiri dan dekati Allah.
#MelangkahMenginspirasi

2 komentar: