Minggu, 31 Desember 2023

2023, Terima Kasih

Jika diakhir tahun lalu, saya menulis kalau 2022 adalah tahun refleksi. Tahun dimana saya kembali merenungi apa yang telah dilalui, jejak yang telah dibuat dan tentunya sambil menjalani yang ada dihadapan. 

Maka tahun ini saya mengatakan bahwa tahun 2023 adalah tahun petualangan. Sebab selama sewarsa ini Allah menakdirkan banyak hal. Karenanya saya kembali mendalami apa itu mimpi, opsi dan konsekuensi.

Memang tak terlalu jauh hanya Sumatera Barat ke Yogyakarta. Tapi pergi bersama Umma serta Ibad dan Hawa untuk merantau sejenak dalam keadaan sudah "nyaman" dengan keseharian yang sedang dijalani, ternyata ada pengalaman luar biasa.

Mudah-mudahan saya bisa menulis setiap perenungan ini. Namun yang pasti, setiap satuan waktu adalah pelajaran. Dan masa yang dijalani selama tahun 2023 ini, dengan segala pencapaian dan kegagalan yang ternyata juga tak sedikit, saya tetap bersyukur atas segala hikmah dan nikmat dari Allah Azza wa Jalla.

Besok sudah 2024, tahun politik katanya. Tentunya di 2024 masih ada harap yang perlu diperjuangkan. Ada asa yang mesti diupayakan. Dan ada mimpi yang juga harus diusahakan.

Semoga kita bisa memaksimalkan segala detik yang Allah amanahkan. Aamiin.

Terima kasih 2023,
Bismillah 2024.

#MelangkahMenginspirasi

Kamis, 21 Desember 2023

Heksa Warsa Terlewati

Heksa warsa terlewati
Begitu sangat berarti
Berawal dari sebuah mimpi
Menjadi usaha untuk saling memberi

Enam tahun bersama
Perjalanan penuh makna
Dengan niat ibadah kepada-Nya
Demi pertemuan abadi di Surga

Heksa tahun terjalani
Setiap hari bagaikan puisi
Yang mengalun lirih
Namun penuh warna warni

Enam warsa beriringan
Ditemani sepasang buah hati kesayangan
Berpegang tangan dan saling menguatkan
Melanjutkan cita sejak awal pernikahan

Bismillah

#RumahTanggaSurga
#MelangkahMenginspirasi

Minggu, 17 Desember 2023

MKIK UGM 27

Dengan berakhirnya UAS di minggu ini, maka berakhir pula perjalanan semester pertama sebagai mahasiswa (lagi). Wah, ternyata sudah selesai saja satu semester ini. Sebuah kisah di Jogja yang begitu menantang, karena terakhir merasakan bangku kuliah 7 tahun lalu. Alhamdulillah.

Sekedar berbagi cerita, saat ini saya sedang menjalani tugas belajar di Jurusan Magister Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan UGM angkatan ke-27, jurusan ini baru berganti nama, dari dulunya bernama Magister Studi Kebijakan.

Jurusan yang birokrat banget, karena dari 38 teman seangkatan, 30-nya PNS dari berbagai instansi, baik dari pusat maupun daerah, penempatan barat hingga timur Indonesia. Mayoritas bgt, teman-teman yang lain ada yang berkarya di swasta, pendidikan, hingga masih freshgrad.

Walau sebelum memulai sempat ada perasaan "telat" untuk S2 lagi, karena memulai di usia 29, takut ngga bisa cepat adaptasi bagi bapak beranak dua ini. Tapi ternyata setelah menjalani tak setua itu, bahkan ada teman seangkatan yg sudah usia 30-an tapi masih semangat ikut kompetisi-kompetisi karya ilmiah. Wah, salut banget, semangatnya jadi inspirasi.

Alhamdulillah, Allah kasih kesempatan berkuliah lagi di Universitas terbaik di Indonesia. Spesialnya, karena merasakan kembali atmosfer lingkungan akademik yang begitu mendukung dalam pengembangan ilmu dan kompetensi. Bertemu dosen dan rekan-rekan yang luar biasa. Dan ekosistem seperti inilah yang mahal dari sebuah kampus.

Satu semester telah terjalani, semoga kedepannya Allah terus beri kemudahan. Aamin ya Allah.

#MelangkahMenginspirasi
#AbuyaKuliahLagi
#UGM

Minggu, 05 November 2023

Melawan Setiap Penjajahan


Kita melawan setiap penjajahan di atas dunia
Menentang serangan yang hilangkan ribuan nyawa
Menolak segala perampasan tanah secara paksa
Terlebih dengan serangan bom yang membabi buta

Karena kita percaya bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa
Dan itu juga berlaku bagi seluruh rakyat P4l3t1na
Mereka sedang berjuang melawan penjajah z1on1s yang jumawa
Kelompok biadab yang tak lagi memiliki jiwa manusia

Kita bangsa Indonesia,
Dengan tegas mendukung P4l3st1na merdeka
Menuntut agar dikembalikannya segala hak mereka yang telah direbut begitu lama
Mengajak seluruh dunia agar jargon "kedamaian di atas dunia" bukan hanya omong kosong belaka

Semangka
Semoga P4l3st1na Merdeka

#Merdeka
#Perdamaian

📷 Ibad dan Hawa saat Aksi Solidaritas untuk Palestina

Senin, 07 Agustus 2023

Lanjut S2


Bismillah, 

Sebagai penerima beasiswa full saat S1 dulu, saya bertekad untuk melanjutkan S2 dengan beasiswa full juga. Tekad ini tertanam bahkan sejak masih menulis proposal skripsi.

Tapi diluar prediksi diri, rupanya butuh waktu 6,5 tahun pasca lulus sarjana untuk saya bisa kembali berkuliah dengan beasiswa.

Ternyata cukup banyak hambatan untuk kembali melanjutkan studi, terlebih sebagai seorang aparatur ada tantangan yang bernama "izin pimpinan".

Sejak jadi cpns 2018, sudah berulang kali mengajukan ke atasan untuk mendaftar beasiswa, tapi selalu ditolak. Hanya mendaftar saja, tak diizinkan.

Yang paling teringat ketika tahun 2021 pembukaan beasiswa bappenas, saya sudah melengkapi segala persyaratan, namun tak diizinkan oleh pj sekda saat itu. Padahal masa tugas sudah lebih 2 tahun. Dan apa daya saya urungkan kembali niat menyelesaikan syarat administrasinya, karena kekurangan surat izin pimpinan.

Di tahun ini Alhamdulillah, Qadarallah akhirnya setelah sekian warsa, berhasil mendapat izin dan bisa mendaftar beasiswa bappenas. Ini adalah beasiswa pertama yg saya selesaikan syarat administrasinya dan berlanjut hingga tahap tes.

Dan One Hit, sekali daftar langsung lulus diterima berkuliah pascasarjana di UGM dengan beasiswa Bappenas.
Alhamdulillah. Alhamdulillah.

Terimakasih untuk segala pihak yang membantu. Terutama untuk keluarga tercinta yang support dengan luar biasa.

Dan saya mohon doanya agar diri ini mampu menyelesaikan studi pascasarjana dengan baik dan tepat waktu. Sehingga kedepannya bisa lebih baik lagi dalam mengabdi untuk negeri.

Aamiin Ya Allah.

#MelangkahMenginspirasi #GenerasiEmas2045 #BanggaJadiKaryasiswaBappenas #BeasiswaBappenas #SahabatPembangunan #PusbindiklatrenBappenas
@pusbindiklatren @bappenasri 

📷 Sengaja memilih foto ketika wisuda S1, udah lama mau post foto wisuda sarjana dan ini kayaknya momen yg pas.

Sabtu, 29 Juli 2023

Tunggu Aku Kembali, Jakarta

Pernah kumendengar "Tempat dimana ada nostalgia masa kanak dan berjuta kenangan, disitulah kampung halaman."

Menyaksikan kalimat tersebut, daerah yang pertama terlintas adalah Jakarta, aneh memang, ketika banyak orang terngiang kampung halaman adalah sawah luas, bukit tinggi dan udara bersih.

Sedangkan bagiku adalah rumah-rumah padat, kota sibuk tanpa penat dan pertumbuhan gedung sangat pesat.

Setidaknya masih lekat di ingatan, lapangan tempat kami bermain bola bersama teman, tanpa risau mengumpulkan uang untuk patungan, telah berganti bangunan penghasil cuan.

Tapi Jakarta memang kota penuh memori, mulai dari lahir menjadi sesosok bayi, hingga menjadi pemuda yang bisa menentukan jalan hidup sendiri.

Banyak keputusan besar kupilih di Jakarta, mulai menentukan tempat sekolah menengah, menetapkan kuliah di Padang sebab permintaan Ibu tercinta, hingga kembali ke ibukota sejenak hanya untuk menentukan ingin berkarir di ranah minang.

Dan kini untukku jakarta hanya kota nostalgia, entah mengapa enggan rasanya berdomisli di ibukota, sudah terlanjut nyaman untuk tinggal di Bumi Andalas.

Tapi kembali ke Jakarta untuk wisata masa lalu tetap dinantikan. Sekedar tertawa tipis mengingat momen-momen tertentu. 

Dan setelah empat warsa tak bertemu, saatnya kembali memijak. Tunggu aku kembali, Jakarta.

----------------------------------

📷 Foto ini diambil tahun 2018 kembali ke Jakarta dengan status berbeda,
telah menjadi suami dari seorang wanita yg dicinta.
Walau setahun selanjutkan kembali ke ibukota,
dengan tambahan Ibad si anak pertama,
ternyata sejak saat itu sudah empat tahun lamanya. 😅

#MelangkahMenginspirasi

Minggu, 16 Juli 2023

Dia, Wanitaku

Dia yang selalu bercerita, setiap apa yang dia rasa, apa yang dia alami di tempat kerjanya, setiap tingkah pola lucu dan pertumbuhan anak-anak, serta segala masalah yang datang menerpa. Walau di setiap cerita sering terselip kalimat, "uda dengerin aku kan?".

Yakinlah, aku mengingatnya, bahkan hampir hal kecil dalam cerita, setiap alurnya, tokoh-tokohnya, ekspresimu saat bicara, semuanya, tentu saja terkecuali waktu kejadiannya.

Dia yang akhir-akhir ini sering bertanya : "Muka aku gimana?", "Skincare aku cocok ga ya?", "Aku abis lahiran dua kali ga gendutan, kan?" dan berbagai pertanyaan lain tentang penampilannya.

Percayalah, bagiku tak ada wanita yang lebih cantik parasnya, lebih manis senyumnya dan lebih menawan rupanya, selain dirinya.

Dia yang hingga menginjak tahun keenam pernikahan, masih sering memastikan, "uda sayang sama aku, kan?", "uda cinta sama aku, kan?" dan pertanyaan validasi lainnya. Dan memang begitulah perangai wanita.

Pahamilah, cintaku padanya meluap pengap memenuhi jiwa, terejawantah dalam upaya dan doa, dengan segenap hati dan tanggungjawab.

Dan dialah istriku, wanitaku, ibu anak-anakku.

Dialah yang hari ini berulang tahun.

Selamat ulang tahun istriku @rimbunafriyelni . Barakallah.

Segala doa terbaik kepada Sang Maha Kuasa terucap dari sanubari dan lisanku untukmu, walau tak semua kata yang tertutur engkau tahu. Tapi itu semua ku perbuat karena aku mencintaimu.

#MelangkahMenginspirasi 
#RumahTanggaSurga

Senin, 10 Juli 2023

29 Tahun = Menjelang Kepala Tiga

Ya, seperti inilah waktu berjalan, kadang tak terduga ternyata sudah banyak yang telah terlewati.

Begitu juga dengan usia, kadang tak menyangka sudah 29 Tahun diri ini Allah beri amanah untuk hidup. 

Ketika masuk bulan juli 2023, langsung saja terfikir, wah bulan ini udah 29 Tahun aja. Jadi hanya tersisa satu tahun lagi bagi gue menjadi manusia berusia dua puluhan. Karena tahun besok, InsyaAllah sudah 30 tahun. 😂

Di zaman gue sekolah, mendengar usia 30 tahun itu ya udah om-om. Tua banget lah kayaknya. Tapi gue saat ini, hanya berjarak 1 tahun saja dengan kepala tiga. MasyaAllah, walau kadang diri ini masih merasa kayak anak umur 20 tahun. (Padahal udah beranak dua ya, ga nyadar banget). 😂

Tapi sampai saat ini, masih banyak loh yg bilang gue kayak sarjana fresh graduate. 😅

Alhamdulillah, Alhamdulillah.

Dalam 29 Tahun ini banyak hal yang telah terlewati, yang setiap fasenya ada yang mengajarkan syukur dan ada yang mengajarkan sabar, ada yang menjadi kebahagiaan, dan ada pula menjadi pelajaran.

Sehingga dalam menjalaninya, ada target hidup yang telah tercapai, ada yang tertunda dan ada pula yang Allah ganti dengan cara terbaik. 

Semoga kedepannya, Allah berikan kelancaran dalam segala usaha mengejar cita, kebahagiaan dalam setiap cerita dan keberkahan dari setiap tahun, bulan, hari, jam, menit, detik hingga satuan waktu terkecil yang diri ini jalani. Hingga diri yang penuh kekurangan ini, dapat menjadi insan selamat di dunia dan akhirat.

Aamiin.

#MelangkahMenginspirasi

Minggu, 04 Juni 2023

Menggali Potensi

Ada kata-kata yang cukup membekas dari seorang guru ketika saya masih kelas sebelas SMA.

Saat itu saya masih seorang pelajar yang sekolah yang penting masuk sekolah negeri, belajar sekenanya, suka tertidur di kelas bahkan saat ujian sempet juga ketiduran dan lebih disibukkan dengan kegiatan diluar akademik (selama SMA total saya ikut Osis, tiga ekskul, dan komunitas japan art serta ngeband di luar sekolah).

Kata-kata itu dari almh. Ibu Arnah, guru fisika sekaligus wali kelas saya selama dua tahun di jelas X dan XI.

Beliau berkata "Ayok dong Azmul, Ibu liat kamu ada potensi, ayok gali dan bangun potensi kamu itu."

Kata-katanya memang tak quotable, tapi karena seingat saya, selama SMA hanya dua guru yg memuji saya secara personal yaitu Guru fisika serta wali kelas 2 tahun, Bu Arnah dan Bu Aminatun, sang guru ekonomi saat saya kelas X. Jadi wajarlah ya cukup setiap kata-kata beliau yang personal ke saya jadi membekas.

Awalnya mendengar itu saya hanya cengengesan saja di depan bu Arnah. Namun kemudian menjadi renungan saya. Kira-kira apa potensi saya? Apa yg bisa saya kembangkan?

Mulailah di kelas dua belas saya mulai mendapatkan 'insight', mulai gandrung baca buku (yg dulunya cuma suka komik), dan merencanakan kemampuan dan pencapaian apa yang harus saya dapatkan. Dan berusaha mengakselerasi diri saat kuliah. Alhamdulillah.

Poinnya, bercermin dan kembali "berkenalan" dengan diri sendiri ini penting. Berapa banyak diantara kita, terutama remaja yang disibukkan dengan tren dan hal keren lainnya, namun lupa berkaca dan bertanya "Dalam diri gue ada potensi apa ya?", "Kemampuan apa ya yg bisa gue kembangin dengan maksimal", dll.

Kalo kata motivator yang pernah saya dengar waktu ikut AMT saat SMA dulu walau saya agak gimana gitu dengan perumpamaannya, beliau berkata : "Ada singa dalam dirimu, temukan dan kembangkanlah." 😂

#MelangkahMenginspirasi

📷 Foto Abang Ibad tahun lalu, kayaknya pas sama caption ini 😂

Rabu, 31 Mei 2023

Diriku Ini

Diriku ini

Allah yang Menguatkan,
dari setiap deraan cela, hantaman fitnah dan diremehkan sekitar.

Allah yang Meneguhkan,
dari setiap pilihan sulit, cobaan pelik dan ujian yang tak jarang begitu sakit.

Allah yang Mengasihi,
dari setiap keyakinan dalam hati, mimpi yang terpatri, usaha tiada henti dan takdir yang Dia beri.

Allah yang Menganugrahkan,
dari segala naik turunnya kehidupan, hebatnya suka duka perjalanan, hingga tak ada sikap yang diekspesikan, selain syukur setiap detik kesempatan.

Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah.

#MelangkahMenginspirasi

Minggu, 26 Februari 2023

Mulut dan Sikap Orang di Luar Kendali Kita

Banyak hal yang mempengaruhi perilaku manusia, baik itu kecerdasan, pola asuh, pengalaman, posisi karir, tingkat pendidikan, usia, lingkungan dan lainnya.

Tapi tak sedikit pula kita menemukan mereka yang tua tapi tak dewasa, sekolah tapi tak terdidik, berpangkat tapi tak terhormat, beradat tapi tak beretika.

Manusia-manusia seperti ini memiliki potensi menyakiti cukup tinggi. 

Mulai dari perkataan halus semisal perbandingan atau pertanyaan sensitif hingga yang kasar seperti ghibah, fitnah, dan makian.

Bisa juga sikap merendahkan, diskriminasi, bullying, labeling yang juga mudah saja mereka lakukan.

Parahnya, memang ada orang yang mencari kesenangan dan validasi diri dengan cara keji seperti ini.

Tentu saja sikap dan mulut seseorang bukanlah koridor kita mengaturnya. Itu di luar kendali.

Tapi masalahnya, seringkali sikap dan ucapan buruk yang tertuju kepada kita, membuat kita terlarut dalam kesedihan.

Lalu dalam lara, kita bertanya "Kok bisa orang seperti dia melakukan itu?" atau berandai, "Seharusnya dia ga mengatakan itu."

Sialnya, pertanyaan serta pengandaian yang kita sampaikan, bukan malah menyembuhkan luka namun memperdalam pedih.

Lalu harus bagaimana?

Menyambung postingan sebelumnya, cara termudah untuk menghindari sedih yang berlebih. Fokuslah terhadap hal yang dapat kita kontrol.

Apa saja?

Mulai dari perasaan kita. Kita bisa mengatur yang kita dirasakan.

Sedih memang, tapi apa kita rela ucapan dan sikap hina seperti itu bersemayam lama dalam hati? 

Menjaga ketenangan batin lebih penting dari pada duka berkepanjangan karna hal di luar kendali kita.

Lalu kita bisa mengontrol sikap kita. Perlukah melawan? atau hanya memberikan peringatan? atau cukup dihadapi dengan diam?

Pengambilan sikap tersebut tentunya tergantung keadaan. Tak semua hal buruk harus kita tanggapi. Diam, cuek, tak acuh tentu bisa jadi solusi.

Walau memang ada saatnya kita memberi peringatan karena sudah berlebihan, atau harus melawan sebab sudah kelewat batas. Seperti main fisik atau merusak kehormatan.

Pada dasarnya, sikap dan perkataan orang itu diluar kendali kita. Hanya orang naif bahkan cenderung bodoh yang berpikir manusia harus seperti yang dia harapkan.

Kita saja yang harus mengatur rasa dan sikap diri. Apakah terpengaruh atau cukup dianggap angin lalu.

#MelangkahMenginspirasi

Sabtu, 25 Februari 2023

Fokus Kepada yang Dapat Kita Kontrol

Banyak masalah yang hadir dalam hidup kita bersumber dari sesuatu yang tidak dapat kita kontrol.

Bencana alam, sikap orang terhadap kita, keadaan ekonomi negara atau keluarga saat lahir, dan berbagai hal lainnya. Tapi entah kenapa kita sering kali terlalu fokus terhadap itu semua.

Sehingga akhirnya kita lebih suka berandai-andai yang dilarang, hingga berkata "Harusnya yang terjadi seperti ini", "mestinya sikap dia seperti itu."

Menyesali sesuatu yang tak dapat kita kontrol hanya akan berujung pernyataan; "Dunia ini tak adil".

Lagipula memang kehidupan di dunia, Allah ciptakan dengan segala ujian yang diberikan-Nya kepada kita. Yang jika salah dalam menyikapi, hanya akan menyumpahi takdir tersebut.

Bila kita hanya berharap merasakan kenikmatan demi kenikmatan yang abadi, bukan di dunia, tapi surga tempatnya.

Padahal ketika terjadi musibah, kita bisa merubah fokus kita, dari hal yang tidak dapat  dikendalikan, menjadi hal-hal yang dapat kita kontrol.

Kita tak dapat mengontrol bencana alam, tapi kita bisa mengendalikan respon terhadapnya.

Kita tak dapat mengatur perlakuan orang kepada kita, tapi kita bisa mengendalikan sikap kita kepadanya.

Kita tak dapat meminta dilahirkan di negara dan keluarga seperti apa, tapi kita bisa berikhtiar untuk menargetkan perbaikan.

Dengan tak overthinking pada sesuatu di luar kontrol, kita bisa menghilangkan banyak sekali beban. Toh, itu bukan kuasa kita. Difikirkan atau disesali berjuta kali pun tak dapat merubahnya.

So?

Fokuslah kepada hal yang dapat kita kontrol. Dengannya kita bisa lebih waras dan tenang dalam menjalani kehidupan.

#MelangkahMenginspirasi

Kamis, 23 Februari 2023

Kestabilan Emosi

Pada dasarnya, semua emosi yang kita miliki, baik itu : senang, sedih, marah, takut, khawatir, jijik, terkejut, kecewa dan lainnya adalah sunnatullah. Itu manusiawi kita rasakan.

Namun akan menjadi masalah jika setelah emosi tersebut, ditambahkan kata "berlebihan". Emosi yang berlebihan ini pasti berakhir negatif. Senang berlebihan berujung kesombongan, sedih berlebihan bertepi putus asa, marah berlebihan bermuara dendam kesumat.

Dan seorang yang punya kestabilan emosi, adalah dia yang mampu mengekspresikan emosi tersebut sesuai kadarnya dan tepat saatnya.

Mereka yang stabil emosinya, tau saatnya mengekspresikan emosi dan seberapa besar ekspresinya. 

Namun kenapa kita sering terlalu berlebihan dalam mengeluarkan emosi? Bahkan sampai merugikan diri.

Jawabannya persepsi kita pada momen.

Emosi yang hadir berlebihan dikarenakan persepsi kita terhadap momen juga kelewat batas.

Kita terlalu membesarkan kejadiannya, padahal kejadian tersebut tak sebesar yang kita bayangkan. Sehingga kita lebih menderita dalam imajinasi dibanding fakta yang ada.

Misal terjadi sebuah musibah, seringkali kita menggambarkan kemalangan tersebut melebihi apa yang terjadi, sehingga kita sampai meraung-raung menghadapi musibah, dan terlarut dalam kesedihan sampai waktu yang sangat lama.

Salah satu contoh terbaik manusia yang memiliki kestabilan emosi yang sangat luar biasa, yang terekam jelas oleh sejarah adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Ketika semua umat muslim bersedih atas kematian Rasulullah, insan yang dicintai amat sangat oleh umat.

Bahkan seorang Umar ibnu Khattab mengangkat pedang dan mengancam orang yang mengatakan Nabi Muhammad meninggal sebagai munafik.

Tapi Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi orang yang paling 'waras' sikapnya, yang paling stabil emosinya.

Dia sedih, namun dia tetap stabil, dengan air mata yang masih bercucuran, Abu Bakar membacakan surat Ali Imran ayat 144 yang isinya bahwa Nabi Muhammad hanya seorang rasul yang akan wafat seperti rasul-rasul sebelumnya.

Begitulah pesona seorang manusia yang memiliki kestabilan emosi. Sikap dan ucapannya tidak hanya menenangkan, juga menyadarkan.

#MelangkahMenginspirasi

Selasa, 21 Februari 2023

Ilmu dan Ketenangan Batin

Ada pertanyaan yang hadir kepada saya, kenapa kita mudah sekali khawatir berlebihan, cemas tak tentu arah, grasak-grusuk, dan was-was?

Setelah coba saya renungi, saya menemukan satu jawaban, yaitu : kita kurang ilmu.

Tanpa ilmu kita tak tahu kadar dari suatu masalah, besar atau kecil, sulit atau mudah, rumit atau sederhana.

Dampaknya kita tidak tahu apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya. Atau mengeluarkan energi yang berlebih hanya untuk masalah yang sesungguhnya biasa. Sehingga was-was sering tiba begitu saja.

Begitupun sebaliknya, Dengan ilmu kita jadi memiliki kompetensi yang diperlukan dalam menghadapi problema. Dengan kompetensi kita mampu mengkalkulasikan langkah yang harus diambil.

Karena sudah membayangkan jalan keluar, kita jadi lebih tenang, tidak ada namanya grasak-grusuk atau khawatir berlebihan. 

Seperti orang yang sudah hafal rute perjalanannya, dia akan lebih santai dalam membawa kendaraan.

Contoh, ketika awal-awal berorganisasi, kita akan begitu cemas ketika diamanahkan suatu tugas walau dalam event kecil.

Tapi ketika kita telah menjalani belasan bahkan puluhan kepanitiaan, ilmu dalam bentuk pengalaman tersebut membuat kita lebih kalem ketika menyelenggarakan acara.

Walau tak semua masalah dapat diperhitungkan dengan sempurna, pasti akan ada margin error yang tak bisa kita hindari.

Tapi setidaknya dengan ilmu itu kita bisa mengira, pilihan-pilihan sulit dari komplikasi terburuk bahkan sebelum itu terjadi. Sehingga kita bisa lebih tenang karena sudah diperkirakan.

Intinya, belajar terus sepanjang hayat.

#MelangkahMenginspirasi

📷 MasyaAllah gaya imut Adek Hawa 😍

Rabu, 25 Januari 2023

Sejatinya Pasti Ada yang Mencintai Kita

"Aku ragu ada dan tiada aku. Namun cinta mengumumkan, aku ada!"

Ketika pernyataan Muhammad Iqbal hadir dalam buku yang sedang dibaca, saya mencoba merenungi perkataan dari tokoh perintis kemerdekaan Pakistan ini.

Bahwa memang merasa kesepian itu menyiksa. Dia adalah musuh terbesar bagi manusia, tentunya sebagai makhluk sosial.

Bukan kesepian fisik, karena jasad bisa saja berjauhan, namun jika hati terisi penuh kasih sayang, maka kita takkan pernah merasa sendiri.

Maka ketika ada yang mencintai kita dengan tulus. Baik itu orangtua, pasangan, anak atau sahabat. Pasti begitu indah kehidupan.

Kita merasa ada karena terdapat seseorang yang mencintai, kita merasa hadir karena ada sosok yang memendam rindu kepada kita.

Itulah pentingnya cinta dari pihak lain terhadap kehangatan hati. Karena tanpanya kita merasa hampa dan tiada.

Namun hakikatnya, jika kita menyelami diri dengan iman. Maka jika seandainya di muka bumi ini kita benar-benar sebatang kara.

Masih ada Allah yang Maha Pengasih. Yang selalu mengasihi kita dengan penuh cinta. Masih ada Allah Sang Maha Penyayang. Yang selalu menyayangi kita apa adanya.

Jadi sebenarnya tak ada alasan bagi kita merasa sepi. Tak ada masanya kita merasa sendiri. 

Karena sejatinya akan selalu ada yang mencintai kita. Tinggal kita saja yang ingin meraih dan menyambut cinta itu, atau terbelenggu dalam dunia tipu-tipu.

Ingatlah,
ada Allah Sang Maha Cinta.
Ada Allah Sang Maha Hidup,
yang pasti selalu ada untuk kita.

#MelangkahMenginspirasi

Malu itu Mulia

Kadang kita sering tak tepat menempatkan arti rasa malu. Ia sering dibenturkan dengan rasa percaya diri.

"Ayo dong jangan malu gitu, yok dicoba ngomong/tampil di depan."

Pernyataan diatas atau yang terdengar sama sering kita jumpai. Termasuk dari lisan diri sendiri.

Dulu saya memang menganggap lawan malu adalah percaya diri, sehingga agar berani tampil kita harus menepikan rasa malu. Namun ternyata semakin dewasa dan terus belajar, pemahaman saya salah.

Malu itu fitrah yang mulia, itulah mengapa banyak sekali dalil yang membahas tentang malu.

Diantaranya Hadist Nabi yang diriwayatkan Imam Bukhari ini :
"Keimanan itu memiliki enam puluh cabang. Rasa malu adalah salah satu cabangnya"

atau Sabda Rasul riwayat Ibnu Majah yang berbunyi : "Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak Islam adalah malu."

Banyak sekali dalil tentang malu, bahkan Rasulullah tercinta mencontohkan bersikap malu. Bahkan dalam sebuah riwayat rasa malu Rasul lebih besar dibandingkan gadis yang dipingit di dalam kamar.

Rasa malu itu fitrah yang pasti ada dalam diri setiap insan. Dan itu saya sadari ketika telah menjadi orangtua.

Maka tugas orangtua adalah menjaga dan menumbuhkan rasa malu sang anak. Bukan malah dilenyapkan.

Hal negatif yang perlu dihilangkan dalam diri kita atau anak-anak adalah rasa minder. Yaitu perasaan rendah diri, merasa tidak mampu dan tak akan bisa.

Minder inilah yang sesungguhnya lawan dari percaya diri, bukan malah malu. Karena malu itu dasarnya adab, sedangkan percaya diri berdasarkan itu kompetensi.

Mereka yang tidak berkompeten cenderung minder ketika ingin tampil. Hingga akhirnya belajar lah yang akan menghilangkan minder dan meningkatkan percaya diri.

Malu akan membawa kita untuk berkata "tidak mau" berdasarkan rasa malu itu. Sedangkan minder akan membawa kita bicara "tidak bisa" karena memang merasa tidak mampu.

Jadi malu itu mulia, ia perlu ditumbuhkan dan dijaga. Rasa minder yang harus dihilangkan. Karena ia membawa kita menjadi insan yang rendah diri dan merasa tidak akan bisa.

#MelangkahMenginspirasi

Senin, 09 Januari 2023

Kebijaksanaan Seorang Insan



Saya teringat ketika kuliah dulu, kampus tiba-tiba mati listrik, masalahnya saat dosen saya membawa laptop yang harus tersambung ke listrik karena baterai laptopnya rusak.

"Yah mati, padahal ilmu ibu udah banyak berpindah ke laptop ini, kalau mati ngga tau apa yang harus dijelasin?" Kata dosen tersebut dengan sedikit tertawa.

Tentu saja dosen itu bercanda,  beliau lanjut menjelaskan dengan spidol dan papan tulis, lalu  menyampaikan materi dengan cukup dalam pada mata kuliah tersebut.

Tapi saya coba merenung, berapa banyak orang yang kepintarannya dalam menyampaikan sesuatu, akan berkurang bahkan hilang bila alat yang selama ini membantunya rusak? Baik itu komputer, laptop, hp, bahkan sekecil kalkulator.

Berapa banyak orang yang ketika diminta presentasi, namun karena  proyektor atau laptopnya tidak berfungsi, lenyap sudah apa yang harus dia sampaikan?

Berapa banyak pekerjaan yang biasa diselesaikan manusia, tak selesai karena alat tak dapat digunakan?

Jadi insan saat ini begitu bergantung pada kepintaran gawai disekitarnya. Maka apa yang kita harapkan sebagai manusia bila hanya membanggakan kepintaran, kecerdasan, dan kehebatan?

Manusia yang hanya mampu memamerkan kepintaran, lambat laun akan digantikan dengan gawai, mulai dari mesin biasa,  Artificial intelligence, hingga robot canggih.

Tapi ada beberapa hal kemampuan manusia yang takkan mungkin digantikan oleh mesin semutakhir apapun, salah satunya : kebijaksanaan.

Kita sebagai manusia modern, selain harus mengembangkan kompetensi, kepintaran, skill dan sebagainya. Sangat penting pula dibarengi dengan memiliki kebijaksanaan.

Karena kedepannya, mungkin kepintaran kita akan kalah dengan kemajuan zaman. Namun kebijaksanaan seorang insan takkan pernah tergantikan.

#MelangkahMenginspirasi 

📷 MasyaAllah gaya cool abang Ibad 😅