Minggu, 19 Februari 2017

Aku Tak Ingin Menangis, Terlebih Membuatmu Menangis

Apa yang dapat dibanggakan dari cinta yang tak berdaya terhadap keadaan? Dia hanya dapat diam, lalu menjauh. Hanya mampu terungkap di keheningan, atau terucap dalam kesendirian. Bahkan dalam sunyi ia tak mampu bicara. Hanya menjadi manusia pengecut yang tak mampu melawan dari tembok yang menghalang.

Walau cinta tak bersuara, tapi tetap saja ia tak pernah datang sendirian. Ia selalu hadir membawa berjuta rasa lainnya. Kabar buruknya, ia juga membawa rasa ingin memiliki. Ya, sebuah rasa yang membawa ribuan harapan, juga setumpuk angan. Bodohnya sang pecinta menikmati rasa itu, bahkan terbuai dengan bayang-bayang. Ia tak sadar bahwa dibalik indahnya rasa memiliki, ada setan menakutkan bernama kehilangan.

Kehilangan tak hanya membunuh angan, ia juga menyiksa batin dan menganiaya perasaan. Mungkin saja tubuh ini tak berlumur darah. Kulit-pun tetap mulus, tanpa ada perban yang membalut. Namun tak semua luka dapat terlihat bukan?

Lihat saja aku, engkau mungkin melihatku berwajah ceria. Senyumku memekar gembira, atau sesekali  tertawa dari kelakar yang tercipta. Tapi dapatkah kau melihatnya, hati yang telah babak belur memendam rindu. Atau memar yang tertinggal dari setiap malam sendu.

Aku menahannya, mengais ketegaran yang terlupa. Lalu meramunya menjadi senyum yang menyapa. Aku tak mau terlihat merana. Aku tak ingin menangis, terlebih membuatmu menangis. Engkau tak perlu tahu apa yang aku rasa. Engkau juga tak mesti pedulikan rindu yang menikam. Ini menyakitkan, jadi jangan engkau rasakan.

Aku tak ingin engkau bersedih karena perasaan seperti ini. Biar saja hanya aku yang begini, jangan engkau. Tetaplah seperti itu, berbahagialah dalam hidupmu. Bersuka citalah tanpa ada aku yang selalu gagu dihadapanmu.




Azmul Pawzi






0 komentar:

Posting Komentar