Banyak hal yang mempengaruhi perilaku manusia, baik itu kecerdasan, pola asuh, pengalaman, posisi karir, tingkat pendidikan, usia, lingkungan dan lainnya.
Tapi tak sedikit pula kita menemukan mereka yang tua tapi tak dewasa, sekolah tapi tak terdidik, berpangkat tapi tak terhormat, beradat tapi tak beretika.
Manusia-manusia seperti ini memiliki potensi menyakiti cukup tinggi.
Mulai dari perkataan halus semisal perbandingan atau pertanyaan sensitif hingga yang kasar seperti ghibah, fitnah, dan makian.
Bisa juga sikap merendahkan, diskriminasi, bullying, labeling yang juga mudah saja mereka lakukan.
Parahnya, memang ada orang yang mencari kesenangan dan validasi diri dengan cara keji seperti ini.
Tentu saja sikap dan mulut seseorang bukanlah koridor kita mengaturnya. Itu di luar kendali.
Tapi masalahnya, seringkali sikap dan ucapan buruk yang tertuju kepada kita, membuat kita terlarut dalam kesedihan.
Lalu dalam lara, kita bertanya "Kok bisa orang seperti dia melakukan itu?" atau berandai, "Seharusnya dia ga mengatakan itu."
Sialnya, pertanyaan serta pengandaian yang kita sampaikan, bukan malah menyembuhkan luka namun memperdalam pedih.
Lalu harus bagaimana?
Menyambung postingan sebelumnya, cara termudah untuk menghindari sedih yang berlebih. Fokuslah terhadap hal yang dapat kita kontrol.
Apa saja?
Mulai dari perasaan kita. Kita bisa mengatur yang kita dirasakan.
Sedih memang, tapi apa kita rela ucapan dan sikap hina seperti itu bersemayam lama dalam hati?
Menjaga ketenangan batin lebih penting dari pada duka berkepanjangan karna hal di luar kendali kita.
Lalu kita bisa mengontrol sikap kita. Perlukah melawan? atau hanya memberikan peringatan? atau cukup dihadapi dengan diam?
Pengambilan sikap tersebut tentunya tergantung keadaan. Tak semua hal buruk harus kita tanggapi. Diam, cuek, tak acuh tentu bisa jadi solusi.
Walau memang ada saatnya kita memberi peringatan karena sudah berlebihan, atau harus melawan sebab sudah kelewat batas. Seperti main fisik atau merusak kehormatan.
Pada dasarnya, sikap dan perkataan orang itu diluar kendali kita. Hanya orang naif bahkan cenderung bodoh yang berpikir manusia harus seperti yang dia harapkan.
Kita saja yang harus mengatur rasa dan sikap diri. Apakah terpengaruh atau cukup dianggap angin lalu.
#MelangkahMenginspirasi