Dalam buku berjudul Fityatun Amanu bi Rabbihim seorang ulama
masyur dari Arab Saudi bernama Aidh Al Qarni memaparkan dua penyakit yang
menimpa generasi muda, yaitu Syubhat dan Syahwat. Syubhat adalah penyakit yang
menyerang pola pikiran manusia sehingga menjadi ragu terhadap Sang Maha
Pencipta, membawa kesesatan hingga menyebar pemikiran atheis. Penyakit ini
sangatlah berbahaya, karena ia menggerogoti pemikiran dan akan menjadikan penderitanya
menjadi orang-orang sok pintar yang membahas Agama tanpa landasan Al-Qur’an dan
As-Sunnah yang pas.
Kita bisa saja
mengambil contoh para pemikir islam liberal yang membuat pernyataan-pernyataan
yang mengobok-obok pemikiran umat islam. Contoh pernyataan pemikir liberal yang
seperti ini. “Agama adalah urusan pribadi dengan
Tuhannya, jadi fokuslah ibadah kita masing-masing.”
Maka
lihatlah betapa banyak pemuda yang termakan dengan pemikiran ini. Sehingga
ketika sebuah nasihat terlontar dalam tempat nongkrong mereka, tanpa waktu panjang akan banyak perkataan seperti
“Lu urus sendirilah diri lu, biar gue urus diri gue” atau “Ga usah
ceramah-ceramahin gue, lu kalo mau ceramah ke masjid tuh, jangan disini.” Dan tentunya banyak lagi
jawaban atas sebuah pernyataan itu. Pemikiran ini sungguh mengkebiri kebiasaan
saling menasihati antar pemuda, sekaligus menghilangkan sosial kontrol yang ada
di masyarakat. Sehingga bisa saja kemaksiatan merajalalela tanpa ada orang yan
meluruskan.
Tentu
saja itu baru satu contoh. Belum lagi berbagai pemikiran-pemikiran sok-sok
filsafat yang membawa kepada kesyirikan. Seperti “Allah itu Maha Pencipta,
apakah Allah dapat menciptakan Allah lainnya.” Atau “Semua agama itu sama,
nggak perlu lah merasa agama paling bener.” Naudzubillah, inilah salah satu penyakit yang membuat para pemuda tersesat sehingga jauh dari
Allah Azza wa Jalla.
Penyakit selanjutnya
adalah syahwat. Ini menjadi penyakit yang begitu mengerikan. Karena bila
syahwat ini tak terkendali, maka ia akan menjadi produsen dosa yang sangat
sulit dihentikan. Karena syahwat ini menjanjikan kesenangan dan kebebasan. Kita
ambil contoh tiga hal penyakit syahwat, pacaran, video porno dan mabuk-mabukan.
Sungguh, tiga hal ini
bukanlah hal asing disekitaran pemuda. Berpesta dengan berbotol-botol anggur,
berbatang-batang gele (ganja) dan
berbagai hal memabukan lainnya. Muda-mudi berjalan ria, menghabiskan hari
dengan suka cita, bergandeng tangan, tertawa hingga akhirnya hubungan badan
atas hubungan pacaran. Hingga pemuda yang candu akan melihat video dan foto-foto
porno.
Syubhat dan Syahwat,
keduanya menjadi krisis, dan aku sebagai pemuda akhir zaman melihatnya,
mendengarnya, bahkan merasakan berbagai penyakit umat ini. Maka izinkan aku
bercerita tentang pengalamanku dalam melihat fenomena ini dalam kacamata
sebagai pemuda.
Aku adalah pemuda yang
lahir dan besar di Jakarta. Sebuah kota metropolitan yang menjadi pusat
perkembangan berbagai hal, termasuk kehidupan sosial. Dalam beragamnya
pergaulan di ibukota negara. Allah menakdirkan aku menjadi anak supel yang mampu menyesuaikan berbagai
pergaulan. Maka jadilah aku seorang pemuda yang dapat merasakan berbagai pergaulan, baik itu anak-anak
warnet yang sering main game online, anak jalanan yang kerjanya nongkrong
pinggir jalan dan beberapa kali tawuran, anak band rock, anak-anak pintar yang
kerjanya belajar, dan berbagai pergaulan lainnya. Semua pergaulan itu tentunya
diluar aktivitasku yang juga menjalani berbagai organisasi dan ekstrakulikuler.
Dalam beragamnya warna
pergaulan maka wajar jika aku melihat berbagai kemerosotan umat. Yang anehnya pada saat
itu ternyata para pemudanya (termasuk aku saat itu) mengatakan itu “keren”.
Pernahkah kau melihatnya, seorang anak gadis kelas 6 SD menjadi pelampiasan
syahwat para anak-anak kecil lainnya dan ternyata anak gadis itu senang?
Aku yang saat ini
sesungguhnya tidak percaya, namun ternyata kehidupan masa lalu memang
merekamnya sangat jelas. Ketika itu teman-teman seumuran yang kala itu berstatus
siswa SMP kelas satu hingga kelas tiga sudah nongkrong di tempat biasa, di
pinggir jalan belakang sebuah supermarket. Saat itu aku datang terlambat,
kira-kira jam setengah 11 malam, dan langsung dikagetkan ada seorang gadis yang
sudah dikelilingi teman-temanku dan melakukan ciuman bergantian dengan kira-kira
ada 5 hingga 7 orang disana.
“Cewek dari mana tuh?”
tanya ku penasaran.
“Katanya sih anak
kampungan ******, kelas 6 tu bocah baru.” Jawab seorang temanku yang saat itu baru
saja membakar rokoknya.
“Ko bisa disini tu anak?”
“Ngga tau dah, ketemu
aja tadi. Di ajak nongkrong mau-mau aja die.”
“Dari jam berapa tu
anak dimari?” Tanyaku lebih dalam.
“Yaelah banyak nanya
amat dah lu mul. Kalo pengen gabung dah sono.” Kembali dia menjawab yang kali
ini menghembuskan asap rokok dari mulutnya.
“Ogah dah, males gue sama cewek dipake
rame-rame gitu.” Jawabku singkat. Hal ini tidaklah bohong. Karena pada saat itu
ekspektasi wanita yang ku inginkan waktu yang tidak semua lelaki bisa
memegangnya dan juga aku masih takut dosa. Maklum saja, anak pengajian. Walau
ku akui banyak isi pengajian itu yang tak terserap menjadi sebuah pemahaman.
Maka jadilah aku saat itu seperti remaja biasanya, walau memang tidak separah
yang lain.
Ketika malam semakin
larut, tahukah kalian apa yang terjadi? Teman-temanku itu semakin beringas
melakukan apa yang mereka inginkan ke gadis itu. Dan yang tak habis pikir,
gadis itu senang-senang saja. Hingga setelah sekian lama, seorang diantara
teman-temanku menyuruh agar jangan banyak-banyak yang disini. “Dua orang aja
disini, jangan kebanyakan. Nanti gantian” begitu ucapnya. Dan akhirnya kami yang
tersisa berpencar. Aku yang masa bodo dan ogah ambil pusing lebih memilih pulang dan pergi kerumah. Apa yang terjadi
selanjutnya? Aku tak tahu, yang pasti mengerikan jika dibayangkan.
Tidak begitu lama aku
mengikuti pergaulan dijalanan seperti itu, hanya beberapa bulan saja. Karena
memang ketika itu adrenalin ku sudah terpompa dalam berselancar di dunia para
gamer. Kehidupan bermain game online menjadikan aku pelanggan setia di warnet
dan banyak waktu ku habiskan disana. Banyak hal yang ku alami dalam
menjadi anak warnet ini. Misalnya di sebuah warnet yang menyediakan jasa
paket malam dan tanpa aturan membuka situs apapun. Banyak kejadian yang jika ku
ingat adalah hal yang seharusnya menjadi perhatian para orangtua.
Berulang kali
kutemukan, anak-anak kecil sekitar kelas 1 hingga 4 SD di warnet membuka
situs-situs porno. Bahkan mereka mengetahui alamat dan cara membukanya dari mas-mas yang juga membuka situs itu.
Sungguh miris rasanya jika diingat saat ini. Mengapa aku yang dulu hanya memilih untuk
tak ambil pusing dan fokus kepada game yang ku mainkan? Kenapa ketika itu aku
bersikap tak acuh, bukannya mengingatkan mereka?
Sungguh masalah pornografi
ini bukanlah hal yang remeh-temeh. Ini adalah masalah umat yang harus
diperhatikan para orangtua. Karena itu semua itu tidak hanya merusak moral
seorang anak, bahkan menurut bunda Elly Risman dapat menghancurkan lima bagian
otak. Dan hebatnya masalah ini, setiap anak-anak memiliki kesempatan besar untuk mengkonsumsi
gambar-gambar haram itu dengan gadget dan internet yang dengan mudah mereka akses.
Dua contoh diatas sudah
menjadi gambaran betapa mengerikannya dunia anak muda masa kini. Dan diluar itu
semua entah sudah berapa banyak teman-temanku yang berbangga telah melakukan
hubungan badan dengan pacarnya. Entah sudah berapa banyak teman-teman yang
berhenti sekolah karena mereka hamil diluar nikah. Entah sudah berapa banyak
teman-temanku yang dalam depresinya meminum anggur atau menghisap ganja. Entah
sudah berapa banyak teman-temanku yang direhabilitasi karena masalah narkoba,
bahkan ada yang tertangkap karena menjadi bandar narkoba. Entah sudah berapa
banyak kesia-sia’an dan kehancuran pemuda yang ku lihat disekitaran diriku
selama hidup.
Aku mengingatnya, aku
mengenangnya. Banyak diantaranya yang dulu sangat dekat. Bermain dan tertawa
bersama. Namun kini mereka menjadi korban atas kebringasan dan kerasnya kehidupan jahiliyyah modern.
Dan ini semua bukanlah
sebuah dongeng, ini bukanlah cerita fiktif di negeri antah berantah. Ini adalah
kehidupan pemuda masa kini kita jalani. Dunia yang ku lihat dan aku berada
disana, yang mungkin kalian juga menemukan hal yang lebih mengerikan dari pada
ini semua.
Maka inilah masalah pemuda
masa kini. Inilah penyakit yang mengidap hingga kejantung kehidupan para
generasi penerus. Apakah engkau juga melihatnya?
(Bersambung)
0 komentar:
Posting Komentar