Jumat, 05 Januari 2018

Menjaga Narasi Besar dalam Bernegara

Memimpin adalah menebarkan nilai dan menggerakkan sekitar menuju cita bersama. Setidaknya itu hakikat memimpin yang saya yakini sejak SMA. Maka gagasan adalah hal penting yang harus dimiliki para pemimpin.

Tanpa gagasan, takkan ada tujuan yang akan digapai. Tanpa narasi, tak jelas gambaran mimpi yang ingin diraih.

Saya sangat menyayangkan para aktifis yang dangkal gagasan. Bergerak hanya dasar ikutan atau diperintah. Jika ditanya visi dan narasi yang mengikutinya, tak jelas jawabannya.

Jadi, literasi dalam gerakan adalah hal pokok yang harus dibiasakan para pemuda sebagai calon pemimpin. Tapi keadaan kini malah berbalik, sebagian kalangan aktifis pemuda islam sangat minim budaya literasi.

Jangankan membaca tulisan para pemikir barat yang mereka hindari karna 'katanya' takut menjadi orientalis dan liberalis. Gagasan para pemikir muslim banyak yang tak mereka dalami. Baik pemikir muslim indonesia maupun internasional.

Berapa banyak para aktifis  pemuda islam yang gagap gagasan. Bahkan tak tahu tokoh pemikir muslim, terlebih narasi yang mereka bawa. Ini menunjukkan lemah wawasan dan bacaan.

Maka tak heran, dewasa ini menyebar sifat kritis tanpa landasan. Memimpin tanpa gagasan. Bergerak begitu saja tanpa narasi berkesan.

Jadi belajarlah dari punggawa dakwah Natsir, M.Roem, Syafrudin Prawiranegara dan pejuang islam masyumi lainnya. Mereka bergerak dengan narasi kuat dalam mengelola negara. Akal yang senantiasa berpikir besar diikuti fisik yang berkeringat hingga berdarah.

Mari menjaga narasi besar dalam bernegara. Tentunya dengan membudayakan membaca, diskusi dan menulis. Agar memimpin bukan hanya soal popularitas, namun ide yang ingin direalisasikan untuk kebermanfaatan bersama.

#MelangkahMenginspirasi
#Menuju2019